SENANG DAN TIDAK SENANG.
Saya agak membanting stir ke kiri, ketika isteri saya secara mendadak bilang : Mas, beli ayam dulu ke tempat mbahe. Buat besok pagi . Lagi males masak. Untung ( begitu orang sering bilang ) di depan Telkom agak ke barat masih ada tempat untuk parkir. Saya parkir dan disapa tukang parkir yang saya memang sudah akrab karena sering parkir di situ.
". Belanja pak ?! ", sapa si tukang parkir, ramah. Pakai sandal jepit, celananya hitam pendek panjang, selutut. Pakai rompi biru, pertanda tukang parkir.
" Ya " Jawab saya. " Isteri saya mau beli lauk buat besok pagi. ",jawab saya kepada tukang parkir, meskipun sudah lama sering bertukar sapa, tapi sampai sekarang saya tidak tahu persis siapa namanya. Saya selalu memanggilnya dengan kata " Mas " dia saya yakini juga tidak tahu nama saya. Karena saya juga tidak pernah memperkenalkan nama saya. Yang penting parkir di situ aman karena dia yang memarkiri dan menjaganya. Saya tengok ke depan, ternyata isteri saya sudah jalan jauh ke depan dan sudah dekat dengan warung mbahe. Saya tidak ikut turun, karena memang ketika isteri saya turun dari mobil, dia berkata " Mas di mobil saja ". Saya belum menjawab kalimat yang dilontarkan isteri saya, karena sudah terlanjur disapa oleh tukang parkir.
Tukang parkir sudah pergi, karena ada sepeda motor yang masuk pinggir jalan, tepat di depan warung yang jual rujak cingur. ( cukup enak rujak cingurnya, cuma yang jual terlalu familier, alias ngajak ngomong saja )
Kaca jendela saya buka sedikit, dan saya angkat tuas sandaran kursi, lalu saya tiduran. Mata saya pejamkan. Belum lama setelah saya merebahkan badan dalam posisi tidur di kursi, saya mendengar percakapan dua orang laki laki setengah baya. Mungkin mereka sedang menunggu temannya, karena laki laki yang satu berkata " Cek suwene rek si dul iku, lah apa ae ndok warung kono "
Laki laki yang satunya menjawab " Allah...... wis biarkan saja ". Hening sejenak. Tetapi tiba tiba laki laki yang berbaju merah berkata " Pinter yo Jakowi. Putusannya memuaskan semua pihak ".
" Ya nggak lah." jawab laki laki yang satunya dan ketika saya mendongakkan kepala sedikit saya bisa melihat, laki laki yang menjawab memakai celana berwarna putih. Rambutnya agak gondrong sudah memutih.
" O ya " jawab yang ber baju merah. " Jelas, ada yang nggak puas. Itu pasti. Apalagi Budi yang nggak jadi dilantik, pasti kecewa.".
Saya tetap memejamkan mata dan kata kata mereka bisa saya dengar jelas, karena kaca pintu depan mobil saya buka sedikit, jadi suaranya bisa masuk ke dalam mobil dan saya bisa menangkap dengan jelas pembicaraan mereka.
" Ya pastilah dia sangat kecewa " kata yang berbaju merah lagi. " Ya gimana to wong sudah dicalonkan, sudah dikirim ke DPR dan sudah disetujui DPR, eeee kok nggak jadi....". " Kasian keluarganya, ya "
" I yalah, keluarga pasti kecewa dan malu. Tapi mereka kan terdidik dalam lingkungan yang disiplin dan pasti bisa menerima ".
" Ya, pada akhirnya memang begitu ", jawab yang bercelana putih. " Tapi yang penting, masyarakat banyak bisa menerima dan nyatanya mereka yang demo membela Budi juga sudah nggak demo lagi ".
" Ya, suatu keputusan pasti akan membawa efek suka dan tidak suka ", yang berbaju merah berkomentar. Sementara dalam hitngan detik setelah komentar yang berbaju merah berhenti, tiba tiba pintu mobil di ketok ketok. E , ternyata isteri saya sudah ada di samping mobil dan berkata kepada mereka " Maaf, mas ".
Spontan mereka berdua menjawab " O.... nggak apa apa bu...."
" Mari mas " Kata isteri saya sambil masuk mobil.
Mereka juga serentak menjawab bareng " Mari bu......"
Isteri saya sibuk meletakkan barang belanjanya sambil berkata " Saya beli ayam saja. Nggak bei bebek, kolestelor ".
" Ya sudahlah nggak apa apa, malah sehat " Jawab saja sambil memasukkan kegigi satu lalu membuka kaca jendela guna memberikan uang parkir kepada tukang parkir.
Mobil sudah jalan dan saya membatin " Ya memang benar, pasti ada yang senang dan tidak senang atas putusan pak Jakowi" . Mobil melaju kearah rumah.