Budi Sampurno. September.1
SDT.SASTRA.9.
ISMAIL ANAK
BAIK.
KOMPAS MINGGU, 29 AGUSTUS 2021
Entah kenaapa,
ketika membuka surat kabar pada rubric HIBURAN saya langsung ingin membacanya.
Cerpen yang di muat pada hari itu. Judulnya singkat dan menarik serta membawa
imajinasi positiv. Judulnya ISMAIL ANAK BAIK, di muat pada Harian KOMPAS,
Minggu, tgl. 29 Agustus 2021 di halaman 10, dengan penulis bernama KIKI
SULISTIYO.
Cerpen di buka
dengan kalimat : Beberapa hari sebelum terserang tifus, Ismail pergi ke pantai
untuk berburu kerang. Dia membawa satu kantong kecil terbuat dari kain tipis
untuk menampung buruannya………
Imajinasi saya
segera tergambar, Ismail bertubuh kecil, berpakaian sederhana seperti halnya
anak-anak pantai lainnya. Dia tidak nakal, agak pendiam.
Entah kenaapa
saya membaca cerpen itu dengan lancar sampai habis.
Dalam cerpen
diceritakan, Ismail telah kehilangan ayahnya. Dan tidak tahu apa sebabnya
ayahnya hilang. Kata orang ayahnya telah di makan hantu petrus. Ayahnya
bertato.Ismail tidak percaya ceritera tentang petrus itu. Ismail lebih percaya,
ayahnya hilang karena dia telah menjadi anak yang nakal. Dan anak-anak nakal
pasti di hukum Tuhan. Begitu yang selalu ditanamkan oleh guru ngajinya. Ketika
dia akan belajar ngaji, ibunya yang mengantar ke guru ngaji untuk mendaftarkan
diri.
Selanjutnya Kiki
Sulistiyo menceritakan, bahwa guru ngajinya itu perawakannya mirib dengan bapaknya,
tetapi memelihara berewok, bertubuh besar dan tinggi. Hanya bedanya dengan
bapaknya Ismail, guru ngajinya ini tidak bertato. Guru ngajinya itu
kadang-kadang datang ke rumah dan Ismail di suruh bermain di luar.
Sejak belajar
ngaji, Ismail selalu berusaha menjadi anak yang baik, dengan harapan bapaknya
akan datang kembali.
Usaha Ismail
untuk menjadi anak yang baik, yaitu ketika dia di pantai serta sudah
mendapatkan kerang yang di tampung dalam kantong kecilnya, dilepaskan kembali
ke laut. Ismail merasa tenang menyusup dalam batinnya, karena dia telah menjadi
anak baik dan Tuhan akan memberi rahmat. Serta terbayang ketika pulang sampai
ke rumah, bapaknya sudah kembali. Maka dia segera bergegas pulang. Di tengah
jalan brrtemu dengan seorang anak yang membawa burung dalam sangkar. Ismail
kenal tetapi dia pura-pura tidak melihat. Namum anak tsb mengejarnya dan
mengatakan, bahwa hari ini tidak ada orang
ngaji. Tatapi gurunya ngajinya berada di rumah Ismail serta di rumahnya juga
banyak orang.
Sekali lagi saya
katakan, bahwa membaca cerpen ini dengan lancar dan saya berkesimpulan, Hilangnya
ayah Ismail memang karena “petrus” .Yang di maksud adalah penembak mesterius (
ingat jaman Orba, untuk menciptakan keamanan dan rasa aman, para penjahat banyak
yang di tembak mati, tanpa tahu siapa yang menembak ). Bapaknya Ismail bertato.
Dan waktu itu orang yang suka bertato biasanya orang jahat.
Kesimpulan berikutnya
yaitu yang menyangkut pesan moral, yaitu anak itu harus tidak nakal, harus
menjadi anak yang baik. Tetapi ironisnya kesimpulan berikutnya bertentangan
dengan etika serta moral. Tetera dalam cerpen, guru ngaji kadang-kadang ke
rumah Ismail dan Ismail “di suruh bermain
di luar rumah. Tragisnya ketika Ismail
sedang mencari kerang dan melepas kembali ke laut kerang-kerang yang sudah
ditangkapnya sebagai tanda Ismail anak yang baik, guru ngajinya sedang berada
dirumahnya. Menurut teman yang membawa burung dalam sangkar, dirumahnya juga “ banyak
“ orang. Ironis. Guru ngaji berselingkuh dengan ibunya Ismail dan di gerebek
masyarakat. Imajinasi positiv saya di awal membaca menjadi bubar ketika
mengakhiri cerpen berjudul, Ismail Anak Baik. Selamat Kiki. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.4.9.2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar