Sabtu, 04 September 2021

 

Budi Sampurno. September.1

SDT.SASTRA.9.

ISMAIL ANAK BAIK.

KOMPAS MINGGU, 29 AGUSTUS 2021

Entah kenaapa, ketika membuka surat kabar pada rubric HIBURAN saya langsung ingin membacanya. Cerpen yang di muat pada hari itu. Judulnya singkat dan menarik serta membawa imajinasi positiv. Judulnya ISMAIL ANAK BAIK, di muat pada Harian KOMPAS, Minggu, tgl. 29 Agustus 2021 di halaman 10, dengan penulis bernama KIKI SULISTIYO.

Cerpen di buka dengan kalimat : Beberapa hari sebelum terserang tifus, Ismail pergi ke pantai untuk berburu kerang. Dia membawa satu kantong kecil terbuat dari kain tipis untuk menampung buruannya………

Imajinasi saya segera tergambar, Ismail bertubuh kecil, berpakaian sederhana seperti halnya anak-anak pantai lainnya. Dia tidak nakal, agak pendiam.

Entah kenaapa saya membaca cerpen itu dengan lancar sampai habis.

Dalam cerpen diceritakan, Ismail telah kehilangan ayahnya. Dan tidak tahu apa sebabnya ayahnya hilang. Kata orang ayahnya telah di makan hantu petrus. Ayahnya bertato.Ismail tidak percaya ceritera tentang petrus itu. Ismail lebih percaya, ayahnya hilang karena dia telah menjadi anak yang nakal. Dan anak-anak nakal pasti di hukum Tuhan. Begitu yang selalu ditanamkan oleh guru ngajinya. Ketika dia akan belajar ngaji, ibunya yang mengantar ke guru ngaji untuk mendaftarkan diri.

Selanjutnya Kiki Sulistiyo menceritakan, bahwa guru ngajinya itu perawakannya mirib dengan bapaknya, tetapi memelihara berewok, bertubuh besar dan tinggi. Hanya bedanya dengan bapaknya Ismail, guru ngajinya ini tidak bertato. Guru ngajinya itu kadang-kadang datang ke rumah dan Ismail di suruh bermain di luar.

Sejak belajar ngaji, Ismail selalu berusaha menjadi anak yang baik, dengan harapan bapaknya akan datang kembali.

Usaha Ismail untuk menjadi anak yang baik, yaitu ketika dia di pantai serta sudah mendapatkan kerang yang di tampung dalam kantong kecilnya, dilepaskan kembali ke laut. Ismail merasa tenang menyusup dalam batinnya, karena dia telah menjadi anak baik dan Tuhan akan memberi rahmat. Serta terbayang ketika pulang sampai ke rumah, bapaknya sudah kembali. Maka dia segera bergegas pulang. Di tengah jalan brrtemu dengan seorang anak yang membawa burung dalam sangkar. Ismail kenal tetapi dia pura-pura tidak melihat. Namum anak tsb mengejarnya dan mengatakan, bahwa hari ini  tidak ada orang ngaji. Tatapi gurunya ngajinya berada di rumah Ismail serta di rumahnya juga banyak orang.

Sekali lagi saya katakan, bahwa membaca cerpen ini dengan lancar dan saya berkesimpulan, Hilangnya ayah Ismail memang karena “petrus” .Yang di maksud adalah penembak mesterius ( ingat jaman Orba, untuk menciptakan keamanan dan rasa aman, para penjahat banyak yang di tembak mati, tanpa tahu siapa yang menembak ). Bapaknya Ismail bertato. Dan waktu itu orang yang suka bertato biasanya orang jahat.

Kesimpulan berikutnya yaitu yang menyangkut pesan moral, yaitu anak itu harus tidak nakal, harus menjadi anak yang baik. Tetapi ironisnya kesimpulan berikutnya bertentangan dengan etika serta moral. Tetera dalam cerpen, guru ngaji kadang-kadang ke rumah Ismail dan Ismail “di suruh  bermain  di luar rumah. Tragisnya ketika Ismail sedang mencari kerang dan melepas kembali ke laut kerang-kerang yang sudah ditangkapnya sebagai tanda Ismail anak yang baik, guru ngajinya sedang berada dirumahnya. Menurut teman yang membawa burung dalam sangkar, dirumahnya juga “ banyak “ orang. Ironis. Guru ngaji berselingkuh dengan ibunya Ismail dan di gerebek masyarakat. Imajinasi positiv saya di awal membaca menjadi bubar ketika mengakhiri cerpen berjudul, Ismail Anak Baik. Selamat Kiki. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.4.9.2021)

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar