Jumat, 24 Februari 2023

 

 

SDT KOMEN.28

BUDI SAMPURNO.Feb.1




 

RUMONGSO BISA

Pemilu, Pemilihan Presiden masih di tahun 2024, tetapi aroma politik sudah menyengat ke  mana-mana. Ya partainya, ya politikusnya, ya masyarakatnya. Tetapi hal semacam ini memang sudah menjadi fenomena biasa ketika akan ada gawe besar bangsa, yaitu Pemilihan Umum. Di mana saja, tidak hanya di Indonesia. Negara-negara di seluruh dunia yang menganut paham demokrasi, pasti juga mengalami hal serupa.

Semua partai berlomba untuk mendapatkan simpati dari masyarakat dan berharap nantinya akan mendapat suara terbanyak. Yang artinya akan menjadi partai yang berkuasa. Baik di MPR, DPR,  DPD .Dan yang penting, lebih bergengsi, yaitu Presidennya dari partai tertentu atau koalisi partai-partai pemenang.

Baliho-baliho di pasang di mana-mana. Masing-masing menawarkan diri agar di pilih untuk menjadi Presiden nantinya, atau paling tidak menjadi Wakil Presiden. Ada nama-nama yang balihonya dengan gambar diri terpampang dimana-mana. Seperti Prabowo Subianto dari Gerindra; Ganjar Pranowo; Puan Maharani PDIP; Erlangga Hartanto Golkar. Muncul pula nama yang menawar-nawarkan diri, seperti Muhaimin dari  PKB; Agus Hari Murti  dari Partai Demokrat; Anies Bawedan yang tak berpartai tapi di dukung oleh Nasdem. Lainnya tentu ada yang pingin, tetapi belum atau tidak mendapat dukungan partai. Politisi dengan partainya sibuk membentuk koalisi, mencocok-cocokan  program kedepannya, mencocok-cocokkan dan tawar-menawar jatah kedudukan menteri bila jagonya di koalisi terpilih sebagai pemenang.

Mereka-mereka ini yang sebenarnya merasa “rumongso bisa”. Bisa menjadi Presiden, atau paling tidak, bisa menjadi Wakil Presiden.

Mereka “rumongsa bisa” memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia, suatu negara kepulauan yang sangat luas, memiliki beribu pulau, lautan yang luas, memiliki beragam suku, beragam bahasa, serta beragam agama, beragam karakteristik lainnya.

Kekayaan yang terkandung dalam bumi kita sangat berlimpah, memerlukan perencanaan eksploitasi yang terprogram secara matang. Seperti minyak, uraium, biji besi, batu bara, nikel, bauksit, gas alam, air tanah, panas bumi dll. Yang belum sepenuhnya berhasil kita manfaatkan demi kesejahteraan rakyat Indonesia, karena selama ini selalu di eksport sebagai bahan mentah. Masalah-masalah sosial yang sering dikaitkan dengan kepentingan politik, agama dan kekuasaan menjadi tantangan berat guna membangun negara tercinta ini. Gawe besar pemindahan Ibu Kota Negara.

Belum lagi tekanan-tekanan dari negara-negara besar yang selalu ingin menguasai Indonesia dari berbagai segi guna kemakmuran mereka.

Akankah mereka nanti bisa menjadi Presiden atau Wakil Presiden ?!. Rakyatlah yang menentukan. Kita tunggu konsep mereka untuk membangun Indonesia. Konsep yang tidak muluk-muluk. Konsep yang realistis serta pelaksanaannya tidak tersendat-sendat. Tetapi, mereka-mereka sampai sekarang belum ada yang membocorkan konsepnya untuk dipersembahkan dalam membangun negara Indonesia. Konsep, program sangat diperlukan masyarakat, sebagai referensi pemikiran untuk menentukan pilihan siapa  Presiden dan Wakil Presiden yang layak dan tepat memimpin NKRI. Sekarang ini masih sibuk dan ribut mencari dukungan. Partai-partai mereka-reka pembentukan koalisi. Mencocok-cocokan konsep, program. Tawar menawar kedudukan. Siapa Presidennya, siapa Wakil Presidennya. Berani patungan berapa Rp untuk pelaksanakan kampanye pemenangan. Dari mana uang sebesar itu di peroleh. Siapa penyokong terbesar dalam pembiayaan pemenangan?.

Harapan kita, Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih nantinya janganlah orang yang bisa dan mau di dekte oleh para avonturir politikus, avonturir pejuang ekonomi dalam negeri dan dari luar negeri. Yang di pilih haruslah orang yang tegas menolak permainan para avonturir yang hanya punya kepentingan pribadi dan golongannya. Harus tegas dan berani pula menolak ancaman-ancaman dari negara luar yang hanya mau menguras kekayaan alam Indonesia. Persaingan global sangat tajam dan mengerikan.

Perjalanan negara Indonesia dan bangsa Indonesia masih sangat panjang. Maka rakyat jangan sampai salah pilih pemimpin. Berat sangat berat memimpin negara Indonesia. Jangan cuma “rumongso bisa!”.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.24.20233)

 

 

 

Jumat, 17 Februari 2023

SDT.NGOBROL.23

BUDI SAMPURNO.FEB.2.



NGOBROL “ERICK”

Pak Rudy, Seksi Kebersihan kampung masih asyik ngobrol di gerbang rumah Wagiman. Bicaranya sambil menunjuk ke arah Utara. Dan memang rumah ber-cat putih bergaya Romawi itu sudah kosong. Daerah itu sering airnya mampet. Banyak semak-semak yang rimbun, tidak terurus. Penghuninya pindah tugas ke Makasar. Wagiarti duduk di ruang tamu, asik membaca koran. Wajahnya sumringah. Matuk-mantuk, tampak gembira dan sepaham dengan berita yang dibacanya. Ketika Wagiman masuk, Wagiarti langsung nerocos.

WAGIARTI : “ Pak, sudah baca koran hari ini?. Ada berita bagus pak. Wah sepak bola Indonesia bakalan maju pesat”.

WAGIMAN  :” Memang kena apa kok maju pesat ?!”.

WAGIARTI  : “ Ini…pak Erick Tohir terpilih sebagai Ketua Umum PSSI”.

WAGIMAN  : “ Ah…ada-ada saja. Kalau bapak jadi pak Erick Tohir…nggak mau!.

WAGIARTI : “ Lho kena apa?. Banyak yang setuju dan berharap sepak bola Indonesia bisa maju. Nggak kalah terus seperti sekarang ini”.

WAGIMAN : “ Pak Erick Tohir itu kan Menteri BUMN….Ya fokuslah pada tugas pokoknya. Jangan mau merangkap seperti itu. Itu akal-akalan orang-orang saja. Pak Erick didorong-dorong. Sayangnya beliau kok ya mau. Kalau bapak yang jadi Presiden, bapak larang itu”.

WAGIARTI : “ Banyak yang senang pak. Pak Erick Tohir jadi Ketua Umum PSSI. Dan beliau langsung gebrak Gelaran Piala Dunia U-20”.

WAGIMAN : “ Ya…, akhirnya kan curahan pikiran dan tugas pokok sebagai Menteri BUMN terbelah. Nggak fokus menangani BUMN

WAGIARTI : “ Tapi, pak Erick itu orang cerdas. Prestasinya melangit terus…!”

WAGIMAN  : “ Secerdas-cerdasnya orang…kalau pikiran, tenaga, di kuras dengan tugas lainnya. Ya, jadi nggak fokus pada tugas pokoknya. Apalagi PSSI…organisasi yang sudah amburadul, banyak petualang-petualang di situ. Kasus yang bergandengan dengan PSSI selalu muncul beruntun. Pak Erick harus membenahi semua itu, kalau PSSI pingin berjaya.

WAGIARTI : “ Kan ada wakil-wakilnya…”

WAGIMAN  : “ BUMN kita itu belum sempurna, belum tegak benar. Kasus PT.Garuda, belum selesai, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung belum selesai, jalur kereta api di Sumatra, di Sulawesi, pembangunan kilang minyak bumi belum selesai dan lain-lain, bu. Banyak lagi. BUMN itu menyangkut hajat hidup masyarakat kita. BULOG, minyak goreng, obat-obatan, vaksin….”.

WAGIARTI : “ Ah…bapak ini….”

WAGIMAN : “ Itu semua kalau tidak diawasi langsung oleh pak Menteri…fatal bu..Jadi sarang koruptor lagi…Bahaya, bu!”.

WAGIARTI : “ O….Gitu ya pak. Wah gawat dong kalau begitu. Pantas bapak dulu mau di kasi jabatan rangkap lain, nggak mau…Malah bapak dibodoh-bodohi teman-teman…He he… Ingat saya pak, dulu itu!!”.

WAGIMAN : “Syukurlah kalau ibu masih ingat…!”

WAGIARTI : “ Wah…suamiku memang orang hebat…nggak serakah. Tapi fokus pada tugas pokok, fokus pada isteri yang cantik ini…he he he..”.

WAGIMAN : “ Oooo…muji-muji….Bikinkan wedang kopi lagi dong…!!”

WAGIARTI  : “ Siap…Suamiku yang cerdas dan fokus!”.

Wagiarti berdiri dan langsung menuju dapur. Wagiman tersenyum memandangi jalannya Wagiarti.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.17.2.2023)

 

 

Senin, 13 Februari 2023

 SDT NGOBROL22

BUDI SAMPURNO.FEB.1


NGOBROL PALANG PINTU

Suami isteri, Wagiman Wagiarti memarkirkan mobilnya langsung di garasi. Mukanya Wagiarti tegang. Turun mobil langsung masuk rumah. Wagiman memberesi barang-barang belanja. Satu persatu diturunkan, dibawa masuk dan diletakkan di ruang makan.

WAGIMAN  : “ Barang belanja saya taruh di sini semua, bu”.

WAGIARTI : “ Saya nggak mau lho kalau cara nyupirnya kayak tadi. Hampir mati kita…!!!”

WAGIMAN  : “ Cara nyupirnya, gimana lho ?!”

WAGIARTI  : “ Tadi…hampir mati kita di tabrak kereta api…”.

WAGIMAN   : “ Kok nyalahi bapak ?”.

WAGIARTI   : “ Kereta api sudah di pelupuk mata….bapak ngerem..Malah berhenti…!”

WAGIMAN   : “ Kok ibu tidak menyalahkan pak tukang becak….yang mendadak berhenti di depan mobil kita. Ya bapak terpaksa injak rem. Kalau nggak ngerem ya malah becaknya yang bapak tabrak, dua-duanya berhenti, dan…brak.., becak dan kita di tabrak kereta api”.

WAGIARTI   : “ Ya…bapak kan tenaga bensin…pak becak itu tenaga nasi pak…”

WAGIMAN   : “ He he he….ampun deh kalau pemikiran ibu begitu….”.

WAGIARTI   : “ Bahaya…bahaya bener… kalau pelintasan kereta api tidak ada palang pintunya. Sudah sering kejadian…kecelakaan. Lah…pengelola kereta api kok ya nggak segera bikin palang pintu . Payah…!!!”.

WAGIMAN   : “ Memangnya gampang bu…bikin palang pintu pelintasan kereta api?!”.

WAGIARTI :“ Ya gampang saja. Tinggal Pemerintah menggeluarkan anggaran…Jret…Menteri Keuangan tandatangan….Menteri BUMN, tandatangan….Nah, pimpinan Kereta Api Indonesia tinggal jret…melaksanakan…Jret..selesai…Masyarakat aman terlindungi. Korban kecelakaan jadi Nol….Gitu aja kok repot !!!”. 

WAGIMAN   : “ Bu…Mbok ya jangan tiru-tiru Gus Dur…Gitu saja kok repot…Jalannnya panjang bu…”.

WAGIARTI   : “ Lha terus gimana ?. Saya itu pernah baca di kliping bapak. Jumlah pelintasan kereta api di Jawa Timur itu ada 1.082. Yang ada palang pintunya dan di jaga itu cuma …260 buah. Justru yang tidak di jaga itu 748 buah. Bayangi pak,…bahayanya seperti apa…”.

WAGIMAN    : “ Ya…pelintasan tidak sebidang di flyover jumlahnya 175 buah. Itu data yang dikemukakan ibu Khofifah, Gubernur Jatim dalam Rapat Koordinasi Tentang Pelintasan Kereta Api di Jawa Timur”.

WAGIARTI     : “ Ya, jangan hanya rapat-rapat saja. Laksanakan!!!”.

WAGIMAN      : “ Pasti bu. Toh rapat itu dihadiri, selain Gubernur juga Kapolda, Bupati dan Walikota, Kapolres se Jawa Timur, serta Perwakilan PT. KAI dan Kementerian Perhubungan. Terungkap di situ, bahwa pembuatan per titik pelintasan dibutuhkan dana Rp.200.000.000,-. Untuk seluruh Jawa Timur di perlukan dana Rp.1,8 triliun…”

WAGIARTI    : “ Hasilnya rapat koordinasi…..??!!”.

WAGIMAN     : “ Wih… ibu galak bener…!!!”.

WAGIARTI  : “ Lho…saya ini salah satu anggota masyarakat yang mendambakan perlindungan dan keselamatan. Ini mutlak pak”.

WAGIMAN     : “ Namanya saja Rapat Koordinasi…Ya para bapak-bapak dan ibu-ibu itu sekarang ya sedang berkoordinasi bu…!!”

WAGIARTI     : “ Ah…ngomong tok…Hujan….!!. Sudah saya tak ngentasi jemuran!!”.

Tiba-tiba hujan turun. Suara petir, hujan disertai angin tiba-tiba mengagetkan Wagiarti. Wagiarti berdiri, langsung menuju ruang jemuran. Wagiman mengawasi sambil tersenyum-senyum karena Wagiarti jalannya berjinjit-jinjit menirukan peragawati kondang yang sering dilihatnya di layar TV.(Budi Sampurno.13.2.2023)