SDT
KOMEN.28
BUDI
SAMPURNO.Feb.1
RUMONGSO BISA
Pemilu,
Pemilihan Presiden masih di tahun 2024, tetapi aroma politik sudah menyengat
ke mana-mana. Ya partainya, ya
politikusnya, ya masyarakatnya. Tetapi hal semacam ini memang sudah menjadi
fenomena biasa ketika akan ada gawe besar bangsa, yaitu Pemilihan Umum. Di mana
saja, tidak hanya di Indonesia. Negara-negara di seluruh dunia yang menganut
paham demokrasi, pasti juga mengalami hal serupa.
Semua
partai berlomba untuk mendapatkan simpati dari masyarakat dan berharap nantinya
akan mendapat suara terbanyak. Yang artinya akan menjadi partai yang berkuasa.
Baik di MPR, DPR, DPD .Dan yang penting,
lebih bergengsi, yaitu Presidennya dari partai tertentu atau koalisi
partai-partai pemenang.
Baliho-baliho
di pasang di mana-mana. Masing-masing menawarkan diri agar di pilih untuk
menjadi Presiden nantinya, atau paling tidak menjadi Wakil Presiden. Ada
nama-nama yang balihonya dengan gambar diri terpampang dimana-mana. Seperti
Prabowo Subianto dari Gerindra; Ganjar Pranowo; Puan Maharani PDIP; Erlangga
Hartanto Golkar. Muncul pula nama yang menawar-nawarkan diri, seperti Muhaimin
dari PKB; Agus Hari Murti dari Partai Demokrat; Anies Bawedan yang tak
berpartai tapi di dukung oleh Nasdem. Lainnya tentu ada yang pingin, tetapi
belum atau tidak mendapat dukungan partai. Politisi dengan partainya sibuk
membentuk koalisi, mencocok-cocokan
program kedepannya, mencocok-cocokkan dan tawar-menawar jatah kedudukan
menteri bila jagonya di koalisi terpilih sebagai pemenang.
Mereka-mereka
ini yang sebenarnya merasa “rumongso bisa”. Bisa menjadi Presiden, atau paling
tidak, bisa menjadi Wakil Presiden.
Mereka
“rumongsa bisa” memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia, suatu negara
kepulauan yang sangat luas, memiliki beribu pulau, lautan yang luas, memiliki
beragam suku, beragam bahasa, serta beragam agama, beragam karakteristik
lainnya.
Kekayaan
yang terkandung dalam bumi kita sangat berlimpah, memerlukan perencanaan eksploitasi
yang terprogram secara matang. Seperti minyak, uraium, biji besi, batu bara,
nikel, bauksit, gas alam, air tanah, panas bumi dll. Yang belum sepenuhnya
berhasil kita manfaatkan demi kesejahteraan rakyat Indonesia, karena selama ini
selalu di eksport sebagai bahan mentah. Masalah-masalah sosial yang sering
dikaitkan dengan kepentingan politik, agama dan kekuasaan menjadi tantangan
berat guna membangun negara tercinta ini. Gawe besar pemindahan Ibu Kota
Negara.
Belum
lagi tekanan-tekanan dari negara-negara besar yang selalu ingin menguasai
Indonesia dari berbagai segi guna kemakmuran mereka.
Akankah
mereka nanti bisa menjadi Presiden atau Wakil Presiden ?!. Rakyatlah yang
menentukan. Kita tunggu konsep mereka untuk membangun Indonesia. Konsep yang
tidak muluk-muluk. Konsep yang realistis serta pelaksanaannya tidak
tersendat-sendat. Tetapi, mereka-mereka sampai sekarang belum ada yang
membocorkan konsepnya untuk dipersembahkan dalam membangun negara Indonesia.
Konsep, program sangat diperlukan masyarakat, sebagai referensi pemikiran untuk
menentukan pilihan siapa Presiden dan
Wakil Presiden yang layak dan tepat memimpin NKRI. Sekarang ini masih sibuk dan
ribut mencari dukungan. Partai-partai mereka-reka pembentukan koalisi.
Mencocok-cocokan konsep, program. Tawar menawar kedudukan. Siapa Presidennya,
siapa Wakil Presidennya. Berani patungan berapa Rp untuk pelaksanakan kampanye
pemenangan. Dari mana uang sebesar itu di peroleh. Siapa penyokong terbesar
dalam pembiayaan pemenangan?.
Harapan
kita, Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih nantinya janganlah orang yang
bisa dan mau di dekte oleh para avonturir politikus, avonturir pejuang ekonomi
dalam negeri dan dari luar negeri. Yang di pilih haruslah orang yang tegas
menolak permainan para avonturir yang hanya punya kepentingan pribadi dan
golongannya. Harus tegas dan berani pula menolak ancaman-ancaman dari negara
luar yang hanya mau menguras kekayaan alam Indonesia. Persaingan global sangat
tajam dan mengerikan.
Perjalanan
negara Indonesia dan bangsa Indonesia masih sangat panjang. Maka rakyat jangan
sampai salah pilih pemimpin. Berat sangat berat memimpin negara Indonesia.
Jangan cuma “rumongso bisa!”.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.24.20233)
Dengan kata lain calon yg bisa rumangsa akan kemampuan dirinya masih belum muncul. Terbukti belum ada yg berani untuk mengekspose konsepnya, yang matang tentunya, bukan sekedar nanti mai melakukan ini fan itu, alias janji janji kosong dan imposible dg tujuan iming² belaka
BalasHapusRekam jejak digital. Lihat sepak terjangnya, pengalamannya, dan yg telah diperbuatnya. Itulah calon pemimpin yg wajib kita pilih. Jangan sampai nasi menjadi bubur. Sekali salah pilih, sesal kemudian tidak berguna.
BalasHapus