Kamis, 27 April 2023

 

 

SDT.KOMEN.32

BUDI SAMPURNO.APRIL.1



LAGU INDONESIA RAYA DI SEKOLAH.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh telah menginstruksikan kepada seluruh SD, SMP dan SMA Negeri di kawasan Surabaya, wajib menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebelum memulai pelajaran. Ini tentunya merupakan hal yang sangat positif. Kita tahu dan merasakan, bahwa akibat dari sistim komunikasi digital, memiliki dapak positif, tapi juga sangat banyak  dampak negatifnya. Anak-anak muda  dengan telepon genggamnya (TG), dapat berkomukasi dengan siapapun tanpa mengenal waktu. Dan bisa berkomukasi dengan orang-orang yang tidak di kenal sebelumnya. Karena jiwanya yang masih labil, maka anak- anak muda mengalami kesulitan dalam menyaring sumber informasi dan informasi yang masuk kepadanya. Pengalaman yang masih sangat kurang dalam pergaulan secara personal maupun kelompok, menyebabkan anak-anak muda, menjadi terjerumus, memakan informasi yang belum sesuai atau tidak pantas untuk mereka konsumsi.

Kita lihat dan perhatikan saja, pengaruh media sosial, budaya asing masuk dengan leluasa derasnya, sehingga anak-anak muda banyak yang tergiur dan mengidolakan budaya asing yang mereka konsumsi tanpa mengenal batas waktu dan batas usia. Kebanyakan anak-anak muda sekarang sudah jarang yang mengenal lagu-lagu keroncong, musik gamelan, musik angklung. Mengenal saja sudah tidak, apalagi untuk menyukai musik-musik tsb. Mereka lebih tergiur dan bahkan hafal dengan lagu-lagu dari luar dan tampaknya sekarang anak-anak muda keranjingan dengan film-film Korea serta lagu-lagunya. Bahkan jenis-jenis makanannyapun mereka gemari. Disinilah tampak sekali lunturnya nilai-nilai kebangsaan kita.

Kembali pada kewajiban sekolah menyanyikan lagu Indonesia Raya, adalah suatu hal yang tepat dan sangat positif. Karena sekolah adalah sebagai tempat pendidikan. Pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke IV, Departemen Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2008 di halaman 534 disebutkan, sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sekolah merupakan tempat pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara teratur atau terorganisir secara berjenjang. Disinilah peran penting para penyandang predikat pendidik. Pendidik harus bisa menjadi suri tauladan yang baik. Para pendidik bisa berkomunikasi langsung dengan para anak didiknya, di waktu-waktu senggang, inilah saatnya para pendidik memberikan bimbingan tentang hal-hal kebaikan di luar mata pelajaran formal. Menyadarkan tentang fungsi positifnya dan pengaruh negatifnya dari media sosial, yang kontennya banyak amburadul, di luar nalar dan di luar etika berbudaya. Berita hoaxs, gambar dan film-film yang mengarah ke pornografi bertebaran setiap detik yang dapat di akses mereka melalui telepon genggamnya (TG). Para orang tuapun tidak bisa berbuat apa-apa, tidak punya kemampuan untuk mengontrol. Contoh yang dapat di simak, adalah polah Mario Dandy Satriyo, anak pejabat Kementerian Keuangan, menghajar habis-habisan Cristalino David Ozora. Akibatnya, ayah Mario Dandy Satriyo, Rafael Alun Trisambodo, pejabat Ditjen Pajak, jabatannya rontok, di copot. Dan institusi tempat orang tuanya bekerja mendapat imbas memalukan. Contoh yang juga mengerikan adalah kebiadaban Aditya Hasibuan, anak perwira polisi yang menghajar Ken Admiral (mahasiswa) dihadapan orang tua penghajar. Orang tua penghajar justru membiarkan anaknya berbuat biadab di depan matanya, serta disaksikan banyak orang. Orang tua penghajar, seorang perwira polisi , AKBP. Achiruddin, Kabag Bin Ops Direktorat Narkoba Polda Sumut, langsung di copot dari jabatannya.

Program wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran di mulai  diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kebangsaan, jiwa kemanusiaan para anak didik. Memiliki karakter yang kuat, sehingga sadar dan mampu menangkis hal-hal yang sifatnya negativ, tidak sesuai dengan kebudayaan, etika serta adat-istiadat bangsa Indonesia.

Alangkah indahnya kalau program yang baik ini  juga bisa diterapkan di kota-kota lain di seluruh Indonesia, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Karena jumlah sekolah swasta, jumlah muridnya justru lebih banyak dari pada sekolah negeri.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.27.4.2023)

 

 

Rabu, 12 April 2023

 

SDT NGOBROL.27

BUDI SAMPURNO.April.2


NGOBROL “SUAP SANGU”

Wagiman meletakkan TG nya (Telepon Genggam) di meja kerja. Wagiarti  menghampiri, mukanya musam, tangannya membawa beberan koran terbitan hari itu. Wagiman masih memberesi klipping yang ada di meja, ditempatkan di rak buku.

WAGIMAN  : “ Ada apa bu. Kok mukanya musam begitu ?”. 

WAGIARTI  : “ Ini pak, berita hari ini. KPK tangkap tangan Bupati Kepulauan Meranti, M. Adil”.

WAGIMAN  : “ Lho, kok… Bapak belum sempat baca koran hari ini, bu”.

WAGIARTI  : “ Ya, sibuk bikin klipping sejak habis sahur tadi. Biasa, Bupati…main suap suapan”.

WAGIMAN  : “  He he he…Bupati di tangkap tangan KPK, kok karena main suap suapan”.

WAGIARTI  : “ Ya, gitulah. Bupati motong anggaran-anggaran dari dinas-dinas…Itu lho pak, Satuan Kerja Perakat Daerah . Disamping itu sang Bupati juga terima suapan dari sebuah Biro Travel Perjalanan Haji, agar dimenangkan Proyek Pemberangkatan Umroh para takmir masjid se Kabupaten Meranti”.

WAGIMAN  : “ Terus, memang nggak diperiksa sama Inspektorat atau BPK ?”.

WAGIARTI  : “ Nggih diperiksa pak. Tapi Pemeriksa Muda dari BPK Perwakilan Riau… pulang disangoni…di suap. Jadi hasilnya ya, bersih. Ini berita di koran yang ibu baca hari ini, lho pak. Nih korannya….Nanti bapak baca sendiri ya. Biar bapak  nggak curiga, yang ibu omong tadi bukan hoax”.

WAGIMAN  : “ Ya…praktek begitu sudah lama… Jaman bapak masih dinas kan juga begitu. Bukan berarti hasilnya harus bersih, tanpa ada yang perlu diperbaiki… Tapi ya sekedar sangu. Sebagai tanda terima kasih. Gitu saja”.

WAGIARTI : “ He he…ketahuan….bapak dulu waktu dinas juga main nakal…”.

WAGIMAN : “ Biasa itu bu. Terus Bupati ngumpuli uang dengan motong anggaran itu ya …untuk apa? Toh gajinya sudah gede”.

WAGIARTI  : “ Pertama ya memang rakus, pak. Yang kedua untuk sangu kampanye, karena bermaksud mau mencalonkan dirinya, supaya terpilih sebagai Gubernur Riau”.

WAGIMAN   : “ Ah…Kok begitu. Moralnya gimana, ya !”.

WAGIARTI  : “ Ini dari berita koran ternama pak. Nggak mungkinlah kalau beritanya ini hoax. Ya…jamannya sudah jaman edan pak. Kalau nggak ngedan, katanya nggak keduman”.

WAGIMAN  : “ Tapi ya, anekdot itu jangan di tiru dong. Bisa rusak nanti negara kita ini”.

WAGIARTI  : “ Pingin jabatan….mbayar. Maka terjadilah jual beli jabatan. Lah… ketangkaplah Bupatinya…seperti itu Bupati Klaten….Bupati Probolinggo”.

WAGIMAN  : “ Apalagi sekarang ini tahun panas…tahun politik. Pemilu sudah semakin dekat. Politikus yang merasa dirinya bisa menjadi pemimpin, ya… cari-cari ongkoslah…”.

WAGIARTI  : “ Harapan kita ya KPK lebih jeli dan tegas lagi “.

WAGIMAN  : “ KPK sendiri juga sedang kiruh, bu!. Antar pimpinan juga baru silang-silangan. Mudah-mudahan bukan karena kemasukan unsur-unsur politik. Ya…susahlah kalau sudah dipolitisir”.

WAGIARTI  : “ Semoga pengganti Pak Jakowi besok juga keras seperti dia. Pak Jakowi sudah keras saja masih banyak masalah moral . Moral yang penceng begitu” .

WAGIMAN  : “Ya, semoga bu! Nanti kalau terlalu keras, dianggap melanggar HAM…”.

WAGIARTI  : “ Sudahlah saya tak cuci piring dulu. Mau ikut nyuci para koruptor juga nggak punya wewenang!”.

WAGIMAN  : “ Sabar, bu….sudah ada yang ngurusi”.

WAGIARTI  : “ Sabar…sabar… Uang rakyat di rampok kok di suruh sabar…. Itu pak.. korannya di baca. Kalau nggak percaya”

Wagiarti meninggalkan suaminya, berjalan masuk, menuju dapur. Wagiman geleng-geleng kepala. Tangannya menyahut gelas kopi. Ditenggaknya sisa cairan yang sudah dekat leteknya. (BUDI SAMPURNO. Mak’skom.IPJT.12.4.2023)

 

 

Sabtu, 08 April 2023

 

 

SDT.NGOBROL26

BUDI SAMPURNO.April 1.

NGOBROL ERICK BUMN

Listrik di rumah Wagiman mulai nyala lagi. Masih terlihat beberapa pekerja PLN bebenah serta memasukkan berbagai peralatan ke dalam mobil. Wagiman dan beberapa tetangga masih berkerumun, memperhatikan para pekerja. Setelah mobil PLN meluncur meninggalkan area, barulah para tetangga membubarkan diri. Wagiman pun segera masuk ke rumah, yang di sambut Wagiarti sambil memegang lembaran koran.

WAGIARTI  : “ Asyik… listrik sudah nyala , sudah bisa cuci baju lagi…”.

WAGIMAN   : “ Cieee…dulu waktu belum punya mesin cuci…listrik mati, pun tetap nyuci”.

WAGIARTI : “ Lho……bapak ini bagaimana…Hidup itu kan harus ada peningkatan. Alhamdulillah, kita di beri kesempatan meningkat. Makanya ya cuci baju harus pakai mesin cuci listrik. Gitu dong!!.

WAGIMAN    : “ Manja….Itu koran kenapa di pegang, di beber kayak mau di seterika!”.

WAGIARTI   : “ Ini, kasihan pak Erick, sepakbola U 20 nggak jadi di Indonesia”

WAGIMAN    : “ Nah, sejak dulu bapak kan nggak setuju pak Erick itu jadi Ketua PSSI”

WAGIARTI   : “ Lho, sepak bola itu kan olah raga favorit, pak. Tua muda banyak yang suka. Pak Presiden Jakowi saja suka kok. Gimana sih bapak ini. Bapak sendiri juga suka. Kalau nonton pertadingan di TV, malah suka berteriak-teriak, mendukung kesebelasan kesayangan bapak”

WAGIMAN    : “ I ya. Bapak suka permainan sepak bola. Waktu muda ya ikut kesebelasan. Main sampai luar kota. Tapi sejak dulu bapak nggak setuju kalau pak Erick itu rangkap jabatan. Sebagai Menteri BUMN, itu sudah berat. Banyak masalah di situ. Pak Erick perlu konsentrasi penuh”.

WAGIARTI : “ Kan ada wakilnya, kan ada staf-stafnya yang mumpuni”.

WAGIMAN  : “ Ya ada. Tetapi lain kalau ada menterinya, Wakil atau staf itu pasti lebih konsen kalau ada yang mengawasi langsung. Langsung pak Menteri. Lagi pula Wakil atau staf itu tidak bisa mengambil keputusan. Pasti konsultasi ke menterinya dulu. Ya kalau menterinya ada waktu, kalau lagi rapat PSSI. Nunggu… berarti kehilangan waktu dong”.

WAGIARTI  : “ I ya…ya, pak. Itu waktu ada kebakaran kilang minyak Pertamina, itu perlu penanganan yang serius dan cepat di ambil keputusan”.

WAGIMAN  : “ Apalagi kebakaran kilang minyak itu menyangkut hajat hidup orang banyak dan banyak membawa korban”.

WAGIARTI   : “ Disamping korban meninggal banyak, juga timbul masalah tanah hunian, yang ternyata tanah milik Pertamina, diserobot oleh masyarakat dan mendapat backing dari oknum-oknum mafia tanah “.

WAGIMAN   : “ Makanya Presiden dan Wakil Presidan juga turun tangan dan langsung memberikan instruksi relokasi pemukiman. Ini Menteri yang harus memutuskan, karena juga menyangkut masalah anggaran—masalah uang”.

WAGIARTI   : “ Kasihan ya pak Erick. Apalagi sepak bola U-20 gagal diselenggarakan di Indonesia. Banyak yang sedih dan kecewa lho itu, pak”.

WAGIMAN   : “ Kita ikut sedih…meskipun itu tidak seratus persen kesalahan pak Erick.

Ada orang-orang tertentu yang mencampuradukan permasalahan olah raga sepak bola dengan politik. Ya kacau “.

WAGIARTI   : “ Yang sedih…yang malu bukan pak Ercik saja pak. Tapi kita semua bangsa Indonesia”.

WAGIMAN   : “ Makanya, sejak dulu kan bapak nggak setuju pak Erick itu rangkap jabatan sebagai Ketua Umum PSSi. Kedalamannnya organisasi PSSI itu sendiri ya kacau. BUMN juga belum habis permasalahannya”.

WAGIARTI   : “ Pak Erick sebagai Menteri BUMN, memang harus konsetrasi penuh ngurusi BUMN, karena BUMN itu sangat menyangkut hajat hidup orang banyak, serta menunjang keuangan negara. Ya sudah pak. Kita orang kecil…bisanya cuma ngrasani. Saya tak nyuci baju. Kan listriknya sudah nyala. PLN kan BUMN”.

Wagiarti berdiri, langsung masuk ke dalam sambil berteriak :” Ngobrolnya dilanjut nanti malam ya pak”.

WAGIMAN   : “ Ngobrol apa lagi?”.

WAGIARTI   : “ Ngobrol yang lebih serius seru “.

Wagiman berdiri, menyeruput sisa kopinya. Geleng-geleng kepala.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.8.4.2023)