SDT.SASTRA.34
BUDI SAMPURNOJuni 1
KISAH
SEORANG JENDRAL
Cerpen
ini sebenarnya mencoba mengupas mesteri sebutan Jendral Kardus yang diberikan
oleh Mak Inah kepada Pak Idham. Kedatangan Pak Idham sebagai Jendral Kardus di
kampung itu ternyata sangat diterima dengan senang oleh warga kampung .Bahkan Jendral Kardus ini bisa mencairkan
warga kampung yang selama ini beku dalam kehidupan bermasyarakat.
Digambarkan
oleh TRUDONAHU, “ Sekian bulan berlalu, banyak hal lambat-lambat berubah di sini.
Dari awalnya di kenal sebagai lingkungan kaku dan minim komunikasi, masjid menjadi
lingkungan lebih santai serta lebih meriah menyenangkan. Dari semula
perkampungan keras dan beku berganti jadi perkampungan penuh canda serta
kehangatan. Lelaki tua itulah yang tanpa terasa mengubah wilayah ini jadi lebih
meriah”.
Perubahan
ini tidak hanya pada situasi kampung, tetapi juga pada anak anak, yang dulunya
datang ke masjid sekedar untuk ikut sholat orang tuanya, dan setelah itu
pulang. Tetapi sekarang anak-anak betah bermain di masjid serta tidak ada lagi
yang memarahi. Kegiatan para warga juga banyak sekali terjadi perubahan. Orang-orang
dewasa sekarang juga mejadi lebih cair. Dahulu mereka selesai melaksanakan
sholat, langsung pulang tanpa ada tegur sapa diantara mereka. Bahkan kalau ada
yang sedikit akrab, sudah dicurigai. Dianggap merupakan bentuk ada udang
dibalik batu. Disebut sebagai menyiapkan ular di balik ketiak. Dimungkinkan
sikap mereka yang demikian itu terbentuk karena pengalaman mereka diluar
kampung. Mungkin di tempat kerja, di kereta, di bus. Mereka selalu mementingkan
individunya dan mencurigai orang-orang disekeliling.
Cairnya
suasana warga kampung digambarkan oleh TRUDONAHU : Sekai lagi bersyukur
kondisi demikian telah berganti. Sekarang semua terasa menyenangkan Ketika
warga berada di luar rumah. Lelaki, perempuan, remaja dan orang tua seolah
menampakkan raut wajah riang gembira tanpa sikap bermusuhan. Beberapa tempat
bahkan memasang banner dan spanduk ukuran kecil dengan kata-kata unik. Misalkan
“ Cemberut itu mengundang stroke, mengundang musuh juga penuaan dini” Atau
kata-kata ringkas semacam “ Ngopi dan cengengesan lah bersamaku, lupakan
sejenak tagihanmu”,
Dari
hal-hal demikianlah keakraban antara mereka semakin hari semakin terasa.
Kegiatan gotong royong, membersihkan selokan yang sejak dulu tak pernah
dikerjakan kini terjadwal sebulan sekali dan itu benar-benar dikerjakan dengan
sukacita bukan sekadar terpajang di papan pengumuman saja.
Setelah
berputar, bercerita tentang perubahan sikap-sikap warga yang terjadi di kampung,
TRUDONAHU mulai melempar imajinasi pembaca tentang sebutan Jendral Kardus yang
disandangkan kepada Pak Idham oleh Mak
Inah yang sebetulnya masyarakat juga banyak yang bertanya-tanya, tetapi
tampaknya belum ada kesempatan untuk mengorek keterangan dengan Mak Inah. TRUDO
menjawab pertanyaan warga dengan cara Mak Inah di bikin terjatuh di pekarangan
depan rumah dan di tolong oleh perempuan yang sehari-hari menjaganya. Beberapa
tetangga langsung membawa Mak Inah ke rumah sakit. Kata dokter Mak Inah hanya
kelelahan dan kurang tidur. Disela-sela para tetangga yang menjenguk,
terkuaklah sebutan Jendral Kardus tsb. Mak Inah bilang “ Dia lelaki yang
baik sekaligus menyebalkan”. Ternyata mak Inah sudah kenal lama dengan pak
Idham
Singkatnya
Mak Inah ternyata sudah lama mengenal
Pak Idham, lelaki yang diceritarakan tersebut sekitra 50 tahun yang lalu. Mereka
sebetulnya suami-isteri dan statusnya belum bercerai. Hampir segala hal
mengenai Pak Idham tentu sudah diketahui dengan detail termasuk mengenai
kebiasaannya memenuhi barang apa saja di dalam satu kardus. Mulai dari
isolative hingga perkakas dapur.
Bahkan
bukan karena itu,Mak Inah bilang:
Memasukkan semua barang saja di satu tempat sudah sangat menjengkelkan. Ditambah ia
sering terlalu ramah pada para perempuan terutama para janda di lingkungan
tempat kami tinggal dulu.Seolah tak cukup hanya memasukkan semua barang di satu
tempat, ia ingin juga memasukkan semua orang, semua kalangan termasuk para
perempuan kehatinya, tambahnya seraya bersungut.
Di
awal ceritanya, TRUDONAHU, lincah
menggiring imajinasi pembaca tentang perubahan yang sangat radikal di suatu
kampung. Enak dan lincah dalam menyaajikan. Perwatakan orang-orang kampung
dikupas secara sigap dan lugas. Namun dia terjebak dalam kekakuan untuk
mengungkap pokok persoalan, yaitu
menjawab persoalan dasar mengapa Mak Inah menyebut Pak Idham sebagai Jendral
Kardus.(BUDI SAMPURNO.Mak’kom.IPJT.17.6.2024)
Monggo pak Budi sja yg mnjelaskan pak, bisa tepat sasaran tapi luwes dan enak didengar. Kita penasaran banget nih , hehehe
BalasHapus