Minggu, 16 Juni 2024

 

SDT.SASTRA.34

BUDI SAMPURNOJuni 1



KISAH SEORANG JENDRAL

 Harian KOMPAS, Minggu tgl. 25 Februari 2024, menurunkan cerpen berjudul JENDRAL KARDUS, di tulis oleh TRUDONAHU ABDURRAHMAN RAFFLES tinggal di Cianjur. Judul cerpen di ambil dari sebutan atau julukan seorang lelaki tua bernama Pak Idham, oleh Mak Inah seorang nenek yang tinggal di kampung itu belum ada setahun. Nenek ini lebih sering berdiam di rumah serta jarang bergaul dengan orang kampung. Pak Idham sendiri juga orang baru. Perangainya ramah dan suka senyum serta rajin membantu siapa saja, membuat warga dapat menerima dan bersimpati padanya.  

Cerpen ini sebenarnya mencoba mengupas mesteri sebutan Jendral Kardus yang diberikan oleh Mak Inah kepada Pak Idham. Kedatangan Pak Idham sebagai Jendral Kardus di kampung itu ternyata sangat diterima dengan senang oleh warga kampung  .Bahkan Jendral Kardus ini bisa mencairkan warga kampung yang selama ini beku dalam kehidupan bermasyarakat.

Digambarkan oleh TRUDONAHU, “ Sekian bulan berlalu, banyak hal lambat-lambat berubah di sini. Dari awalnya di kenal sebagai lingkungan kaku dan minim komunikasi, masjid menjadi lingkungan lebih santai serta lebih meriah menyenangkan. Dari semula perkampungan keras dan beku berganti jadi perkampungan penuh canda serta kehangatan. Lelaki tua itulah yang tanpa terasa mengubah wilayah ini jadi lebih meriah”.

Perubahan ini tidak hanya pada situasi kampung, tetapi juga pada anak anak, yang dulunya datang ke masjid sekedar untuk ikut sholat orang tuanya, dan setelah itu pulang. Tetapi sekarang anak-anak betah bermain di masjid serta tidak ada lagi yang memarahi. Kegiatan para warga juga banyak sekali terjadi perubahan. Orang-orang dewasa sekarang juga mejadi lebih cair. Dahulu mereka selesai melaksanakan sholat, langsung pulang tanpa ada tegur sapa diantara mereka. Bahkan kalau ada yang sedikit akrab, sudah dicurigai. Dianggap merupakan bentuk ada udang dibalik batu. Disebut sebagai menyiapkan ular di balik ketiak. Dimungkinkan sikap mereka yang demikian itu terbentuk karena pengalaman mereka diluar kampung. Mungkin di tempat kerja, di kereta, di bus. Mereka selalu mementingkan individunya dan mencurigai orang-orang disekeliling.

Cairnya suasana warga kampung digambarkan oleh TRUDONAHU : Sekai lagi bersyukur kondisi demikian telah berganti. Sekarang semua terasa menyenangkan Ketika warga berada di luar rumah. Lelaki, perempuan, remaja dan orang tua seolah menampakkan raut wajah riang gembira tanpa sikap bermusuhan. Beberapa tempat bahkan memasang banner dan spanduk ukuran kecil dengan kata-kata unik. Misalkan “ Cemberut itu mengundang stroke, mengundang musuh juga penuaan dini” Atau kata-kata ringkas semacam “ Ngopi dan cengengesan lah bersamaku, lupakan sejenak tagihanmu”,

Dari hal-hal demikianlah keakraban antara mereka semakin hari semakin terasa. Kegiatan gotong royong, membersihkan selokan yang sejak dulu tak pernah dikerjakan kini terjadwal sebulan sekali dan itu benar-benar dikerjakan dengan sukacita bukan sekadar terpajang di papan pengumuman saja.

Setelah berputar, bercerita tentang perubahan sikap-sikap warga yang terjadi di kampung, TRUDONAHU mulai melempar imajinasi pembaca tentang sebutan Jendral Kardus yang disandangkan kepada Pak  Idham oleh Mak Inah yang sebetulnya masyarakat juga banyak yang bertanya-tanya, tetapi tampaknya belum ada kesempatan untuk mengorek keterangan dengan Mak Inah. TRUDO menjawab pertanyaan warga dengan cara Mak Inah di bikin terjatuh di pekarangan depan rumah dan di tolong oleh perempuan yang sehari-hari menjaganya. Beberapa tetangga langsung membawa Mak Inah ke rumah sakit. Kata dokter Mak Inah hanya kelelahan dan kurang tidur. Disela-sela para tetangga yang menjenguk, terkuaklah sebutan Jendral Kardus tsb. Mak Inah bilang “ Dia lelaki yang baik sekaligus menyebalkan”. Ternyata mak Inah sudah kenal lama dengan pak Idham

Singkatnya Mak Inah ternyata sudah lama  mengenal Pak Idham, lelaki yang diceritarakan tersebut sekitra 50 tahun yang lalu. Mereka sebetulnya suami-isteri dan statusnya belum bercerai. Hampir segala hal mengenai Pak Idham tentu sudah diketahui dengan detail termasuk mengenai kebiasaannya memenuhi barang apa saja di dalam satu kardus. Mulai dari isolative hingga perkakas dapur.

Bahkan bukan karena itu,Mak Inah bilang:

Memasukkan semua barang saja di satu tempat  sudah sangat menjengkelkan. Ditambah ia sering terlalu ramah pada para perempuan terutama para janda di lingkungan tempat kami tinggal dulu.Seolah tak cukup hanya memasukkan semua barang di satu tempat, ia ingin juga memasukkan semua orang, semua kalangan termasuk para perempuan kehatinya, tambahnya seraya bersungut.

Di awal ceritanya, TRUDONAHU,  lincah menggiring imajinasi pembaca tentang perubahan yang sangat radikal di suatu kampung. Enak dan lincah dalam menyaajikan. Perwatakan orang-orang kampung dikupas secara sigap dan lugas. Namun dia terjebak dalam kekakuan untuk mengungkap pokok  persoalan, yaitu menjawab persoalan dasar mengapa Mak Inah menyebut Pak Idham sebagai Jendral Kardus.(BUDI SAMPURNO.Mak’kom.IPJT.17.6.2024)

 

1 komentar:

  1. Monggo pak Budi sja yg mnjelaskan pak, bisa tepat sasaran tapi luwes dan enak didengar. Kita penasaran banget nih , hehehe

    BalasHapus