Rabu, 10 Agustus 2016

FILM DAN SETAN
Setan adalah roh jahat yang selalu menggoda manusia supaya berbuat jahat. Itu menurut Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, diterbitkan oleh Badan Pngembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, th 2011, hal 494.  Film  yang terdiri dari gambar gambar dan dilengkapi dengan suara sebagai hasil rekaman kamera, serta kalau diproyeksikan menimbulkan gambar bergerak seperti benar benar hidup, pastilah membawa pengaruh positif ataupun negativ Gambarnya yang menarik, ceriteranya yang menarik, bintangnya yang menarik dapat membuat orang lupa segalanya. Pelajar jadi malas belajar, ibu ibu berhenti memasak, hanya karena acara televisi menayangkan film yang menarik baginya. Fenomena film percintaan remaja, baik film produksi luar negeri atau produksi dalam negeri banyak menginspirasi anak anak muda untuk meniru dalam bercinta. Dan bahkan kebablasan sampai sampai diluar batas kesusilaan. Seorang anak terjun dari lantai tingkat tinggi karena hanya ingin meniru adegan dari film Superman. Anak Kampung Selatan berantem dengan anak Kampng Utara gara gara gadis idola di Kampung Selatan  diajak nonton bareng sama pemuda Kampung Utara.
Moral anak anak muda maupun moral orang orang tua menjadi lentur karena mereka dicekoki terus menerus adegan adegan yang dulunya merupakan hal tabu, namun sekarang menjadi hal yang dianggap biasa. Etika masyarakat menjadi luntur dikatakan karena mereka menjadi terbiasa dengan hal hal diluar etika, gara gara pengaruh negativ dari barang yang diberi nama film.
Itulah sebabnya sejak jaman Hidia Belanda sampai sekarang, pemerintah menetapkan aturan, bahwa film hanya diperbolehkan ditayangkan di depan publik kalau sudah dinyatakan lulus sensor oleh lembaga yang berwenang, Yaitu Lembaga Sensor Film. Terakhir melalui Undang Undang RI Nomor 33 Tahun 2009. Tentang Perfilman.
Itulah sebabnya ada orang orang yang mengatakan, bahwa film itu adalah sama dengan  setan, yang siap setiap saat menggoda siapapun yang “lengah”
Benarkah demikian?!. Memang ada benarnya tetapi ada juga tidak benarnya.(Budi Sampurno,Makskom,IPJT)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar