Kamis, 04 Agustus 2016

PENDIDIKAN DAN FILM
Pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke IV, Departemen Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2008 di halaman 534 disebutkan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Hal ini berarti, bahwa pendidikan itu tidak hanya yang dilakukan di bangku bangku sekolah, tetapi pendidikan dapat terjadi dimana mana dan kapanpun. Sejalan dengan Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada halaman 97 disebutkan , bahwa pendidikan formal adalah bentuk pendidikan yang diberikan secara teratur (terorganisir) dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Disamping itu disebutkan pula, bahwa pendidikan juga bisa dalam bentuk informal yaitu pendidikan dalam keluarga atau masyarakat yang tidak terorganisir. Artinya, bahwa pendidkan itu dapat langsung dari para pendidik atau dapat pula terlaksana melalui media massa. Media massa yang sangat memungkinkan adalah media film, karena sifatnya yang realistis, dapat langsung memberi contoh contoh melalui gambar bergerak dan didukung dengan islustrasi suara dan musik. Sehingga apa yang disajikan dapat berkesan lama pada siapapun yang melihat media film tersebut.
A.Margijo Mangunhardjana, SJ, dalam bukunya Mengenal Film yang diterbitkan Yayasan Kanisius Yogyakarta th 1976 pada halaman 21 menyebutkan, bahwa gambar gambar dalam film bukanlah sekedar reproduksi gambar dari obyek obyek yang diambil melalui kamera. Nilainya tidak diukur menurut tepat tidaknya gambar itu dengan obyeknya, melainkan diukur dari kemampuan untuk menyampaikan makna dari obyek itu
Dalam buku yang sama pada halaman 95, disebutkan bahwa warna mempertajam pengelihatan kita penonton pada obyek yang ada dilayar. Sebab dengan warna itu obyek menjadi jelas bagian bagainnya. Sewaktu kita menikmati obyek yang berwarna dilayar, kita tidak hanya sadar akan bagian bagaian dari obyek yang disajikan itu, melainkan juga menjadi sadar akan arti warna pada umumnya. Dalam kehidupan sehari hari tidak setiap obyek yang berwarna lekas menarik dan menahan perhatian kita. Tetapi obyek obyek yang berwarna itu menjadi sangat mengesan bila disajikan dilayar.
A.Margijo juga mengatakan pada halaman 74, bahwa    suara suara yang paling lembut, yang dalam kehidupan sehari hari kurang diperhatikan orang, bisa menjadi penting dalam film. Penonton dipaksa untuk mendengarkan suara suara yang dikehendaki oleh pembuat film.
Seperti disebutkan diatas, bahwa film merupakan realitas yang ada dimasyarakat, peristiwa peristiwa dimasyarakat tercermin didalam film. Dengan demikian maka seseorang atau sekelompok orang yang menonton film dapat memetik pengetahuan dari film tersebut. Pengetahuan yang bertambah luas menandakan dari sisi pendidikan juga meningkat.(Budi Sampurno,Makskom,IPJT)
                                                                       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar