PENDIDIKAN DAN FILM
Pendidikan menurut Kamus Bahasa
Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke IV, Departemen Pendidikan Nasional yang
diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2008 di halaman 534
disebutkan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Hal ini berarti, bahwa pendidikan itu tidak hanya yang dilakukan di
bangku bangku sekolah, tetapi pendidikan dapat terjadi dimana mana dan
kapanpun. Sejalan dengan Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada
halaman 97 disebutkan , bahwa pendidikan formal adalah bentuk pendidikan yang
diberikan secara teratur (terorganisir) dan berjenjang, baik yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus. Disamping itu disebutkan pula, bahwa pendidikan
juga bisa dalam bentuk informal yaitu pendidikan dalam keluarga atau masyarakat
yang tidak terorganisir. Artinya, bahwa pendidkan itu dapat langsung dari para
pendidik atau dapat pula terlaksana melalui media massa. Media massa yang
sangat memungkinkan adalah media film, karena sifatnya yang realistis, dapat
langsung memberi contoh contoh melalui gambar bergerak dan didukung dengan
islustrasi suara dan musik. Sehingga apa yang disajikan dapat berkesan lama
pada siapapun yang melihat media film tersebut.
A.Margijo Mangunhardjana, SJ, dalam
bukunya Mengenal Film yang diterbitkan Yayasan Kanisius Yogyakarta th 1976 pada
halaman 21 menyebutkan, bahwa gambar gambar dalam film bukanlah sekedar
reproduksi gambar dari obyek obyek yang diambil melalui kamera. Nilainya tidak
diukur menurut tepat tidaknya gambar itu dengan obyeknya, melainkan diukur dari
kemampuan untuk menyampaikan makna dari obyek itu
Dalam buku yang sama pada halaman 95, disebutkan bahwa
warna mempertajam pengelihatan kita penonton pada obyek yang ada dilayar. Sebab
dengan warna itu obyek menjadi jelas bagian bagainnya. Sewaktu kita menikmati
obyek yang berwarna dilayar, kita tidak hanya sadar akan bagian bagaian dari
obyek yang disajikan itu, melainkan juga menjadi sadar akan arti warna pada
umumnya. Dalam kehidupan sehari hari tidak setiap obyek yang berwarna lekas
menarik dan menahan perhatian kita. Tetapi obyek obyek yang berwarna itu menjadi
sangat mengesan bila disajikan dilayar.
A.Margijo juga mengatakan pada halaman 74, bahwa suara suara yang paling lembut, yang dalam
kehidupan sehari hari kurang diperhatikan orang, bisa menjadi penting dalam
film. Penonton dipaksa untuk mendengarkan suara suara yang dikehendaki oleh
pembuat film.
Seperti disebutkan diatas, bahwa
film merupakan realitas yang ada dimasyarakat, peristiwa peristiwa dimasyarakat
tercermin didalam film. Dengan demikian maka seseorang atau sekelompok orang
yang menonton film dapat memetik pengetahuan dari film tersebut. Pengetahuan
yang bertambah luas menandakan dari sisi pendidikan juga meningkat.(Budi
Sampurno,Makskom,IPJT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar