SDT.NGOBROL.15
BUDI
SAMPURNO.JULI.1
NGOBROL
BIN AJAIB
Wagiarti menghampiri
Wagiman yang sedang duduk di teras sambil membenahi buku-buku kliping koran
kesayangannya. Wajah Wagiarti tegang cemberut, menghentakkan pantatnya di kursi
sebelah Wagiman. Wagiman agak terkejut melihat polah isterinya yang biasanya
lembut, tapi kali ini tampak tegang seperti ada sesuatu yang tidak berkenan
dihatinya.
WAGIMAN : “ Ada apa, sayang…kok wajahnya kayak
mahasiswa yang sedang demonstrasi?. Suamimu ini tetap sayang kok….”.
WAGIARTI : “ Gombal !!”
WAGIMAN : “ Lho……!!”.
WAGIARTI : “ Yang gombal bukan bapak. Ibu sangat tahu
kalau bapak itu sangat sayang sama saya. Yang gobal itu yang nggak kuat drajat.
Sudah pangkat tinggi, kelakuannya bikin malu institusinya!. Alhamdulillah, kita
nggak punya anak yang jadi polisi, ya pak!”.
WAGIMAN : “ Eee…kok gitu…”
WAGIARTI : “ I ya lah pak. Polisi kok bunuh polisi.
Dan sekarang jadi masalah. Jeruk kok makan jeruk”.
WAGIMAN : “ Ya… Namanya khilaf, bu. Tapi ya memang
benar ibu. Bikin malu institusinya. Peristiwa pembunuhan itu di rumah Komandan
yang punya jabatan strategis, sudah bikin malu. Apalagi pengusutannya malah
tidak segera tuntas. Siapa pembunuh yang sebenarnya, masih jadi polemik”.
WAGIARTI : “ Kasihan keluarga korban, sudah
kehilangan anak. Pembunuh sebenarnya sampai sekarang belum di tangkap. Saksi
sudah banyak yang dimintai keterangan. Termasuk tujuh ajudannya……. Ajudan kok
sampai tujuh ya, pak. He he he…Berbagai organisasi juga sudah ikut terlibat.
Masak i ya masalah begitu saja kok sampai sekarang belum ada titik terangnya”.
WAGIMAN : “ Kapolri telah membentuk Tim Khusus yang
diketuai oleh Wakapolri. Tidak ketinggalan Kompolnas juga sudah berinisiatif
ikut mencoba mengungkap mesteri pembunuhan ini. Sementara, Kompolnas juga
memiliki tugas untuk mengawasi kinerja Polisi”.
WAGIARTI : “ Ada lagi pak…itu HAM juga sudah
bergerak. Tambah lagi, …. itu Tim Pembelanya si korban, juga sudah melakukan
pencarian fakta kemana- mana. Katanya menemukan berbagai keanehan atau
kejanggalan. Sebagian hasilnya investigasinya juga sudah diinformasikan ke
kalayak ramai”.
WAGIMAN : “ Media, televisi dan surat kabar rame
memberitakan. Kok itu bu. Medsos lewat internet juga sudah berseliweran rame-rame
menggunjingkan peristiwa yang unik di Lembaga Kepolisian. Tentunya ini menjadi
pertaruhan nama baik Lembaga Kepolisian. Apalagi Presiden juga sudah menghimbau
secara khusus, supaya kasus ini ditangani secara terbuka dan secepatnya…..
Apalagi coba!..... Aneh ya bu!?”.
WAGIARTI : “ Bin ajaib….”. Kalau mengusut perkara
orang kecil saja cak cek, alias cepat. Ini yang di bilang orang bahwa hukum itu
tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Kabarnya sang jenderal sudah dinonaktifkan
dari jabatannya. Kan menjadi lebih gampang, karena sudah tidak bisa
mempengaruhi orang-orang disekelilingnya”.
WAGIMAN : “ Lho… tetapi menurut harian JAWA POS hari
Jum’at tgl 29 Juli ini, masih punya jabatan yang belum dinonaktifkan, bu”.
WAGIARTI : “ Lah…kok bisa aneh “.
WAGIMAN : “ Jabatannya juga penting. Sebagai
Kasatgasus…”.
WAGIARTI : “ Jabatan apa dan tugasnya apa, pak !?.
WAGIMAN
: “ Embuh, ora weruh… Di Lembaga Kepolisian itu kan banyak mempergunakan
singkatan-singkatan. Yang bagi orang awam seperti kita dan kebanyakan
orang,…..juga mbuh ora weruh….. Ora ngerti “.
WAGIARTI : “ Untung kita nggak punya anak yang jadi
polisi…. Wis lah, ngobrol nggak ada gunanya. Tak ke belakang, meneruskan
seterika baju suami sayangku…..”.
Wagiman cepat berdiri, bermaksud
mendekati Wagiarti. Isterinya langsung berdiri, berlari kebelakang sambil
megal-megol. Sore itu tidak ada segumpal awanpun di atas langit. Cerah, seperti
wajah Wagiarti yang sedang lari megal-megol. Hilang sudah cemberut dan ketegangannya setelah habis berbicara dengan suami tersayang (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.30.7.22)