SDT.KOMEN.26
Budi
Sampurno.Juli.1.22
CAPRES-CAWAPRES
Pemilu masih di tahun 2024, tetapi suasana sudah menghangat. Suasana politik. Coba kita perhatikan. Peristiwa beberapa waktu berlalu, BUMN tidak menseponsori ajang balab FORMULA E, sedangkan awalnya minuman keras menseponsori, dua-duanya diributkan secara politis. Kehadiran Presiden Joko Widodo di arena lomba balab tsb, juga menjadi arena pembicaraan berbau politis. Kalau tidak datang menghadiri, merupakan kekalahan besar bagi Anies Baswedan. Tetapi kalau Presiden hadir, ditafsirkan sebagai kemenangan politis bagi Anies Baswedan. Dan ternyata Presiden Jakowi menghadiri, bersama beberapa Menterinya.
Ada
lagi yang membuat heboh, ketika ada Menteri yang duduk di Kabinet, serta
Lembaga Survei melontarkan gagasan penambahan masa jabatan Presideen Jakowi. Ini
berarti harus ada amandemen, mengubah
Pasal 7 UUD 1945, tentang masa jabatan Presidenn dan Wakil Presiden. Yang
diterakan : “ Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan”. Pro kontra langsung membara dimana-mana. Banyak tokoh
muncul berbicara dengan berbagai argumentasi, baik dari yang pro atau pun yang
kontra dengan penambahan masa jabatan tsb. Tampaknya Presiden Jakowi tidak
ingin di pandang tidak konstitusional dan nantinya di kenang sebagai Presiden yang
haus dengan kekuasaan seperti pada jaman
Orde Baru. Dengan jelas dan tegas Presiden menolak gagasan penambahan masa
jabatannya. Presiden Jakowi melarang para Menterinya untuk berbicara tentang
penambahan masa jabatan dan tentang penundaan pelaksanaan Pemilu 2024. Dan
meminta kepada masyarakat serta para tokoh politik untuk segera menghentikan
polemik yang sudah membara dimana-mana. Bahkan sudah ada mahasiswa yang turun
ke jalan menyuarakan aspirasinya.
Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden masih cukup lama, tetapi sudah ada beberapa tokoh yang muncul dan
dimunculkan oleh para simpatisannya. Masyarakat juga sudah mereka-reka siapa
yang pantas untuk menjadi Presiden di th 2024, mengingat tugas berat pasti
menanti, karena diharapkan ada pengganti yang benar-benar mampu meneruskan
program Pemerintah sekarang (Presiden Jakowi), termasuk proyek besar pemindahan
Ibu Kota Negara RI. Proyek ini akan diteruskan atau tidak diteruskan. Akankah
menjadi monumen mangkrak seperti Proyek Hambalang di jaman Presiden yang lalu.
Apalagi, dunia dan termasuk Indonesia habis dijadikan bulan-bulanan oleh
Covid-19. Semua negara di dunia waktunya bangkit dari hajaran Covid-19, sekarang
ini waktunya setiap negara bebenah, terutama dalam bidang ekonomi dan
pendidikan. Maka Presiden Indonesia mendatang, haruslah orang yang kuat dan berprinsip
membangun Indonesia. Tetapi harus orang yang tanpa pamrih dengan kekuasaan, tetapi justru untuk
bangkit mengejar ketinggalan-ketinggalan dan keterpurukan selama ini akibat
hantaman Covid-19 dan tetek-bengeknya.
Kita
juga harus sudah berpikir, pemimpin yang bagaimana yang kita pilih. Pemimpin
yang punya kemauan dan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan negara dan
bangsa, ataukah pemimpin yang berpikir
dan beorientasi kekuasaan. Partai-partai juga sudah memunculkan nama-nama yang
digadang-gadang untuk bisa dicalonkan sebagai Capres dan Cawapres. Seperti
Probowo Subianto, Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil,
Cak Imin, Agus Harimurti Yudoyono dan lain-lain. Ada lagi beberapa Gubernur
yang mulai rajin mondar-mandir berkunjung ke daerah yang bukan daerah
wilayahnya. Dan sebentar lagi akan muncul atau dimunculkan Parpolnya atau simpatisannya.
Bahkan sudah ada Partai Politik yang memunculkan Andika Perkasa yang masih
aktif sebagai Panglima TNI.
Lalu,
adakah nama-nama yang sudah mucul kepermukaan itu bisa di gadang-gadang menjadi
pemimpin yang berorientasi mau dan mampu menyelesaikan persoalan negara dan
bangsa?.
Ada
Ketua Partai yang dulunya bersaing, ketika di-ajak masuk kabinet, ternyata mau.
Ada Ketua Partai, tapi partainya ricuh, bahkan pecah. Ada yang nggak punya
partai, tetapi rekam jejaknya pernah berorientasi dengan para penjual agama.
Siapa
yang nanti jadi Presiden dan Wakil Presiden di tahun 2024, sangat tergantung
kedewasaan dan kecerdesan serta kejelian masyarakat. Bisakah memilih orang yang
mau dan mampu serta berorientasi kepada pembangunan negara dan bangsa,
membangun keadilan serta kemakmuran bagi rakyatnya. Tidak hanya berorientasi
kepada kekuasaan. Jangan sampai rakyat
tertipu dengan janji-janji serta pencitraan semu yang di bangun oleh Tim
Suksesnya serta Lembaga Survei yang memang dikendalikan oleh para intelektual
politisinya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.25.7.2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar