Senin, 25 Juli 2022

 

SDT.KOMEN.26

Budi Sampurno.Juli.1.22



CAPRES-CAWAPRES

Pemilu masih di tahun 2024, tetapi suasana sudah menghangat. Suasana politik. Coba kita perhatikan. Peristiwa beberapa waktu berlalu, BUMN tidak menseponsori ajang balab FORMULA E, sedangkan awalnya minuman keras menseponsori, dua-duanya diributkan secara politis. Kehadiran Presiden Joko Widodo di arena lomba balab tsb, juga menjadi arena pembicaraan berbau politis. Kalau tidak datang menghadiri, merupakan kekalahan besar bagi Anies Baswedan. Tetapi kalau Presiden hadir, ditafsirkan sebagai kemenangan politis bagi Anies Baswedan. Dan ternyata Presiden Jakowi menghadiri, bersama beberapa Menterinya.

Ada lagi yang membuat heboh, ketika ada Menteri yang duduk di Kabinet, serta Lembaga Survei melontarkan gagasan penambahan masa jabatan Presideen Jakowi. Ini berarti harus  ada amandemen, mengubah Pasal 7 UUD 1945, tentang masa jabatan Presidenn dan Wakil Presiden. Yang diterakan : “ Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Pro kontra langsung membara dimana-mana. Banyak tokoh muncul berbicara dengan berbagai argumentasi, baik dari yang pro atau pun yang kontra dengan penambahan masa jabatan tsb. Tampaknya Presiden Jakowi tidak ingin di pandang tidak konstitusional dan nantinya di kenang sebagai Presiden yang haus dengan  kekuasaan seperti pada jaman Orde Baru. Dengan jelas dan tegas Presiden menolak gagasan penambahan masa jabatannya. Presiden Jakowi melarang para Menterinya untuk berbicara tentang penambahan masa jabatan dan tentang penundaan pelaksanaan Pemilu 2024. Dan meminta kepada masyarakat serta para tokoh politik untuk segera menghentikan polemik yang sudah membara dimana-mana. Bahkan sudah ada mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan aspirasinya.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden masih cukup lama, tetapi  sudah ada beberapa tokoh yang muncul dan dimunculkan oleh para simpatisannya. Masyarakat juga sudah mereka-reka siapa yang pantas untuk menjadi Presiden di th 2024, mengingat tugas berat pasti menanti, karena diharapkan ada pengganti yang benar-benar mampu meneruskan program Pemerintah sekarang (Presiden Jakowi), termasuk proyek besar pemindahan Ibu Kota Negara RI. Proyek ini akan diteruskan atau tidak diteruskan. Akankah menjadi monumen mangkrak seperti Proyek Hambalang di jaman Presiden yang lalu. Apalagi, dunia dan termasuk Indonesia habis dijadikan bulan-bulanan oleh Covid-19. Semua negara di dunia waktunya bangkit dari hajaran Covid-19, sekarang ini waktunya setiap negara bebenah, terutama dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Maka Presiden Indonesia mendatang, haruslah orang yang kuat dan berprinsip membangun Indonesia. Tetapi harus orang yang  tanpa pamrih dengan kekuasaan, tetapi justru untuk bangkit mengejar ketinggalan-ketinggalan dan keterpurukan selama ini akibat hantaman Covid-19 dan tetek-bengeknya.

Kita juga harus sudah berpikir, pemimpin yang bagaimana yang kita pilih. Pemimpin yang punya kemauan dan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan negara dan bangsa, ataukah pemimpin yang  berpikir dan beorientasi kekuasaan. Partai-partai juga sudah memunculkan nama-nama yang digadang-gadang untuk bisa dicalonkan sebagai Capres dan Cawapres. Seperti Probowo Subianto, Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Cak Imin, Agus Harimurti Yudoyono dan lain-lain. Ada lagi beberapa Gubernur yang mulai rajin mondar-mandir berkunjung ke daerah yang bukan daerah wilayahnya. Dan sebentar lagi akan muncul atau dimunculkan Parpolnya atau simpatisannya. Bahkan sudah ada Partai Politik yang memunculkan Andika Perkasa yang masih aktif sebagai Panglima TNI.

Lalu, adakah nama-nama yang sudah mucul kepermukaan itu bisa di gadang-gadang menjadi pemimpin yang berorientasi mau dan mampu menyelesaikan persoalan negara dan bangsa?.

Ada Ketua Partai yang dulunya bersaing, ketika di-ajak masuk kabinet, ternyata mau. Ada Ketua Partai, tapi partainya ricuh, bahkan pecah. Ada yang nggak punya partai, tetapi rekam jejaknya pernah berorientasi dengan para penjual agama.

Siapa yang nanti jadi Presiden dan Wakil Presiden di tahun 2024, sangat tergantung kedewasaan dan kecerdesan serta kejelian masyarakat. Bisakah memilih orang yang mau dan mampu serta berorientasi kepada pembangunan negara dan bangsa, membangun keadilan serta kemakmuran bagi rakyatnya. Tidak hanya berorientasi kepada kekuasaan.  Jangan sampai rakyat tertipu dengan janji-janji serta pencitraan semu yang di bangun oleh Tim Suksesnya serta Lembaga Survei yang memang dikendalikan oleh para intelektual politisinya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.25.7.2022)

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar