Sabtu, 31 Desember 2022

 

SELAMAT TAHUN BARU 2023

SEMOGA DI TAHUN DEPAN NEGARA DAN BANGSA INDONESIA SELALU DALAM LINDUNGAN TUHAN YANG MAHA KUASA

kacamatakom.blogspot.com; Mak’kom.IPJT 

Sabtu, 24 Desember 2022

 

 

SDT. KOMEN.26

BUDI SAMPURNO.Des.3.22




PENYAKIT YANG MENGGELISAHKAN

Kita baru saja di terjang virus Covid-19 berserta variannya. Setiap saat semua lapisan disibukkan, masyarakat yang kaya yang miskin yang berpendidikan, yang kurang berpendidikan, yang tenaga medis, yang pejabat atapun yang penjahat, ya tukang penggali kubur dan lain-lain. Korbannya menimpa yang dekat dengan keluarga kita ataupun yang tidak ada hubungan dengan keluarga kita. Itu semuanya sangat menyanyat hati.

Belum reda terjangan virus Covid-19, datang lagi serangan PMK, Penyakit Mulut dan Kuku. Para peternak di bikin kelimpungan, apalagi waktu itu menjelang Hari Raya Idhul Adha.

Penyakit gagal ginjal menyerang anak-anak juga mengejutkan berbagai pihak, terutama para orang tua yang memiliki anak kecil. Karena sebaran gangguan ginjal akut ini yang di serang justru anak-anak. Serta secara statistik, grafiknya tiap hari selalu meningkat. Menggelisahkan memang.

Dari terjangan itu semua, rupanya Pemerintah berserta masyakat cukup tanggap dan sigap menanganinya. Tetapi sebenarnya ada suatu penyakit yang sangat menggelisahkan. Namun effeknya tidak terasa langsung di masyarakat. Bahkan masyarakat masih bisa tertawa-tawa menghadapinya. Penyakit yang sebenarnya juga melanda seluruh dunia. Dan menurut catatan penyakit ini sudah ada sejak jaman dahulu kala, dengan berbagai bentuk dan variannya. Sesuai dengan perkembangan jaman. Sesuai dengan tingkat intelektual mereka. Yaitu, penyakit KORUPSI dan SUAP MENYUAP.

Kita mengenal adanya Hari Anti Korupsi Internasional. Hampir di semua negara, termasuk Indonesia melakukan peringatan Hari Anti Korupsi tsb. Disertai dengan acara seminar, dialog-dialog dari berbagai kalangan masyarakat. Di muat di media cetak, di siarkan di media elektronik, bergema di media sosial. Yang intinya adalah untuk memahamkan ke semua pihak, semua lapisan masyarakat, lebih-lebih lapisan para pejabat, bahwa korupsi itu adalah suatu perbuatan yang sangat tercela, merugikan masyarakat, merugikan negara dan pemerintah.

Namun sampai saat ini praktek korupsi tetap bergairah, meskipun kita sudah punya KPK, punya Undang-Undang Anti Korupsi. Dan apabila kita perhatikan justru aparat penegak hukum dan keadilan, seperti Kepolisian, Kejaksaan serta Kehakiman, dan tak ketinggalan masyarakat sendiri justru menjadi bagian perkorupsian. Sehingga persoalan masalah tindak korupsi di tanah air menjadi semakin mbulet, rumit. Bahkan terkadang kita jadi pesimis menghadapi persoalan rumitnya praktek korupsi serta pemberantasan korupsi. Ada adekdot yang sangat tidak enak di dengar, yaitu: korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia.

Coba kita ingat-ingat para pejabat yang di borgol KPK. Misalnya, Ismunarso Bupati Situbondo th 2008; Bambang Irianto Walikota Madiun th 2016; Taufiqurrahman Bupati Nganjuk th 2017; Eddy Rumpoko Walikota Batu th 2017; Masud Yunus Walikota Mojokerto th 2017; Nyono Wiharli Suhandoko Bupati Jombang th 2018; Moch.Anton Walikota Malang, th 2018 dan banyak lagi.

Belakangan ini KPK juga melakukan OTT terhadap Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan bukti senilai Rp.950 juta. Uang ini hasil pengelolaan pungutan uang panas dari berbagai proyek. Penajam Paser Utara termasuk daerah diperuntukan sebagai pembaangunan  IKN.

Yang lagi diperbincangkan masyarakat dalam waktu belakangan ini adalah di tangkap tangannya seorang Bupati Bangkalan R.Abdul Latief Amin Imron dengan dugaan terima suap dan gratifikasi senilai Rp.5,3 M. Bupati ini ternyata terduga berkasus jual beli jabatan dan pungutan proyek.

Tingkatan gubernur ya Lukas Enembe, Gubernur Papua dijadikan sebagai tersangka oleh KPK yang di duga telah melakukan gratifikasi senilai, 1 milyard Rupiah. Dan ketika mau di periksa, berbuat bandel juga. Dengan berbagai alasan, tidak mau datang ke Jakarta untuk diperiksa di Gedung KPK.

Di hari-hari sebelumnya kita juga di buat geleng-geleng kepala dari dunia pendidikan dengan penangkapan seorang Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr. Karomani, M.Si di tangkap tangan oleh KPK. Tokoh sentral sebuah perguruan tinggi yang seharusnya menyadarkan, mengingatkan kepada siapapun khususnya kepada para mahasiswanya, bahwa korupsi, suap menyuap merupakan sesuatu tindakan yang melanggar hukum. Tetapi itu justru di langgar sendiri bersama dengan beberapa petinggi perguruan tinggi yang dipimpinnya. Pendaftaran mahasiswa baru dijadikan obyek suap-menyuap. Memangnya pendaftar sebagai mahasiswa baru itu dianggapnya sebagai konsumen untuk diperdagangkan.

Dari pihak penegak hukum ternyata juga subur praktek-praktek nakal dengan tujuan untuk mempertebal pundi-pundi pribadimya. Kita masih ingat perempuan cantik bernama Pinangki, karyawan dari Kejaksaan yang karena perbuatannya dijatuhi hukuman penjara.

Belakangan ini, di lembaran berbagai surat kabar serta media sosial, kita menerima berita dengan tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berhasil melakukan OTT di Jakarta dan Semarang. Anehnya dan yang sangat mengejutkan justru yang terkena OTT bernama Sudrajat Dimyati seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung (MA). dilengkapi dengan  Yosep Parera dan Eko Suparno yang bertindak sebagai pengacara. Hakim Agung ini di duga menerima uang sebesar Rp.800 juta.

Bayangkan, seorang Hakim Agung yang seharusnya menyebarkan kebaikan dan menegakkan keadilan malah berbuat melalaikan tugasnya, justru melanggar sumpahnya, melakukan perbuatan sangat tercela, melanggar hukum.

Lagi tertangkap tangannya Wakil Ketua DPRD Jawa Timur oleh KPK, terduga terlibat masalah Ijon Dana Hibah. Dalam pengakuannya praktek itu sudah dilakukan sejak th 2021. Coba bayangkan, jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD, tentunya jabatan yang disandangnya, sudah memberikan jaminan yang sangat cukup untuk menghidupi keluarga. Tetapi karena moralnya yang miring, masih mau juga mencari tambahan dengan cara yang melanggar etika dan hukum.

Masyarakat terkadang juga terbius dengan tingkah manisnya para koruptor, secara tidak sadar di sanjung-sanjung, kerena mereka berbuat baik di mata masyarakat. Seperti pergi haji, membangun sekolahan, membangun masjid, menyantuni anak yatim-piatu dsb.

Semua pasti tahu, bahwa negara Indonesia dengan seluruh isinya dalam segala kehidupannya haruslah berdasarkan pada falsafah Pancasila. Itu sudah komitmen bersama. Bahkan sudah dipikirkan, di rancang sebelum kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka ternyata ada beberapa warga negara yang terpenyakit korupsi. Mereka pasti paham, tapi pura-pura tidak paham, bahwa korupsi itu sama saja dengan melanggar ajaran agama, yang terwujud tidak menghayati dan tidak melaksanakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Korupsi itu artinya menggunakan uang negara atau perusahaan yang seharusnya dipergunakan untuk kepentingan masyarakat, tetapi di lahap untuk kepentingan pribadi atau golongannya. Tentunya ini membuat usaha mensejahterakan masyarakat terhambat. Bila di tarik lebih mendalam, berarti korupsi juga melanggar hak azasi manusia. Kan sila ke 2, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab . Hasilnya korupsi bisa dan sering menimbulkan kecurigaan-kecurigaan, menimbulkan konflik. Ini artinya si koruptor tidak ikut melaksanakan sila ke tiga, yaitu Persatuan Indonesia. Ingat Pilkada, Pemilu ada yang dibiayai dengan uang haram hasil korupsi, dan ini mengakibatkan menurunnya kwalitas Pemilu dan Pilkada yang berenteng kepada turunnya kwalitas demokrasi. Demokrasi di Indonesia didasari dengan sila ke 4, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Dan yang pada akhirnya secara keseluruhan tidak mencerminkan dan mengganggu sila ke 5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pada intinya, korupsi merupakan kejahatan yang berlipat dan perlu dihadang oleh seluruh lapisan masyarakat. Meskipun, masyarakat pada umumnya tidak merasa dirugikan secara langsung. Makanya mereka banyak yang acuh serta hanya mengomel, ketika ada pejabat atau tokoh yang kena OTT.

Ada pemikiran pencegahan dan pemberantasan korupsi itu harus benar-benar  dilakukan penegakan disiplin oleh interen, melalui Inspektorat atau Badan Pengawas Perusahaan/Organisasi. Termasuk disini pendisiplinan, penegakkan profesi para hakim. Sehingga tidak ada cerita lagi, hakim itu bisa dibeli

Kedua, penindakan hukuman seberat-beratnya disertai dengan tindakan pemiskinan bagi mereka yang sudah di vonis bersalah. Bagi para penegak hukum yang terlibat dalam masalah perkorupsian, harus benar-benar dilaksanakan penindakkan secara maksimal.Istilah kerennya, tanpa pandang bulu,  Jangan sampai terjadi seperti pada kasus jaksa Pinanti.

Teori gampang, tetapi dalam pelaksanaannya bukan hal yang gampang. Pengaruh sosial dan pengaruh politik lebih kental mendampinginya. Korupsi memang penyakit yang menggelisahkan. Pinjam ilustrasi Sdr.Wahyu Kokkang.Jawa Pos.17.10.2017.

(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.24.12.22)

 

Rabu, 14 Desember 2022

 

 

SDT.SASTRA.29

BUDI SAMPURNO.Des.2



PEREMPUAN YANG MENUNGGU HUJAN

Harian KOMPAS terbitan Minggu, tgl 27 Nopember, memuat cerpen dijuduli “PEREMPUAN YANG MENUNGGU HUJAN”. Di reka-reka oleh RIDA K LIAMSI, kelahiran 17 Juli 1943, juga seorang penyair, tinggal di Tanjung Pinang Riau, dapat dihubungi lewat email: rliamsi-pku@gmail.com. Cerpen dihiasi ilustrasi oleh YUSUF SUSILO HARTONO, seorang pelukis, penyair dan wartawan.

Cerpen ini berkisah tentang seorang perempuan dan seorang laki-laki. Perempuan berprofesi sebagai pramuniaga dan yang laki-laki adalah seorang guru di sekolah swasta Laki-laki itu lebih tua dari pada yang perempuan. Laki-laki itu tampak berwibawa, selalu senyum serta tatapan matanya selalu teduh bila saling berpapasan. Selalu pula melambaikan tangannya. Perempuan itu merasa laki-laki ini, satu-satunya lelaki yang  berhasil menggetarkan hatinya. Mereka tidak saling kenal dan saling tidak tahu namanya. Pertemuan yang berulang-ulang setiap pulang kerja serta tidak saling tahu namanya, tidak berlanjut dengan kebahagiaan. Tetapi peristiwa tragislah yang melanjutkan pertemuan manusia berlainan jenis itu. Dibukanya cerpen ini dengan kalimat .

Setiap langit mendung dan tebal, perempuan itu pergi ke ujung pelantar rumahnya. Dia duduk menatap langit, menunggu hujan turun sambil mendengar suara gemuruh ombak. Dia berharap hujan segera turun dan ingin merasakan tajamnya jarum air menerpa kepalanya, tubuhnya. Jarum hujan yang membangkitkan endapan memori dikepalanya.. Begitu jarum jam itu menyentak akar rambutnya, pikirannya seperti mesin akan membangkitkan sensasi kenangannya

Tubuhnya terasa berdenyar dan seperti ada geliat halus merayapi energi hidupnya. Dia akan segera memejam matanya, dan merasakan sensasi jarum hujan itu menjelajah pembuluh darahnya.

Kena apa perempuan itu selalu berbuat begitu. Diceritakan oleh RIDA K LIAMSI, disuatu saat kedua insan itu bertemu ketika hari sedang hujan. Mereka saling menyapa, saling jalan bersama dari jalan beraspal sampai jalan yang tidak beraspal. Disebelahnya terhampar lapangan sepak bola yang dipenuhi dengan rumput serta ilalang. Hujan tetap turun. Mereka duduk di lapangan dekat dengan gawang. Dengan asumsi kalau ada kilat yang di sambar adalah tiang gawang, karena lebih tinggi dari mereka berdua. Mereka tersenyum, mereka tertawa, mereka saling menggenggam tangan, mereka saling memeluk. Imajinasi pembaca di putus oleh RIDA K LIAMSI dengan menuliskan :

 Tiba-tiba mendung pergi. Renyai beranjak teduh Dan sayup-sayup terdengar suara azan maghrib. Mereka terbangun. Merapikan pakaian. Berdiri. Meninggalkan lapangan sepak bola. Tanpa bicara. Saling menjeling. Saling tersenyum. Di ujung lapangan, di jalan tanah, di sebuah simpang, mereka berpisah.  Saling melambai dan berjalan menyongsong malam.

Setelah itu mereka tak pernah lagi bertemu. Perempuan itu, setibanya di rumah, menggigil hebat dan jatuh sakit. Demam panjang dan mengingau. Meracau. Beberapa hari dia terkapar di tempat tidur. Setelah dua suntikan anti demam dari dokter, baru dia pulih. Dan begitu terbangun di pagi hari, dia ingat lelaki itu. Dia bergegasa mandi, dan bersiap akan ke tempat kerjanya lagi. Ingin bertemu dan berpapasan lagi dengan lelaki itu.

Di meja makan dia mendengar cerita, lelaki itu, guru SMP sekolah swasta temannya tidur di rerumputan di lapangan bola, di bawah hujan itu, tewas. Rupanya, setelah berpisah, setelah hujan teduh, ketika berjalan ke rumah kostnya, sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang lelaki yang sedang fly, menabrak lelaki itu, yang rupanya juga sedang  melamun dan berjalan terlalu ke tengah.

Lelaki yang sedang fly itu mati karena terpelanting dari sepeda motornya yang di pacu kencang, tapi lelaki itupun juga terpelanting dan tercampak ke dalam parit. Tewas karena pendarahan di kepalanya.

Perempuan itu benar-benar merasa dunianya runtuh. Dia merasa kehilangan yang sangat. Tak sempat bicara dan kembali pingsan. Kembali demam dan meracau. Mengigau

Semenjak itu, perempuan itu selalu menyendiri, tak mau bicara dengan siapapun. Dia berhenti bekerja. Duduk di rumah sepanjang hari. Merasakan kehilangan dan kepedihan. Keseimbangan hidupnya terganggu. Takut tidur dan di ganggu mimpi buruk.

Tentu saja keluarga menjadi bingung. Terutama ibunya. Keluarga berusaha menyadarkan serta mendesak supaya mau menikah. Akhirnya perempuan itu mau menikah dengan lelaki teman sekerja yang sudah lama menaksirnya. Pernikahan mereka tidak bisa berlangsung lama. Suaminya tidak mau diajak tidur di lapangan sepak bola dan bercinta disana. Perbedaan pandangan serta selera keduanya dijelaskan dengan gamblang oleh sang penulis.

“ Gila kamu. Inikan tempat terbuka dan orang bisa melihat kita melakukan apa-apa. Kan kita punya rumah. Punya ranjang. Mengapa mesti bermesraan di sini?. Di tempat terbuka dan dalam hujan pula. Aneh kamu ini!”, kata suaminya itu.

Kemudian perempuan itu ditinggalkan sendiri di pada ilalang itu. Dan perempuan itu kecewa.Di rumah mereka bertengkar hebat. Suaminya menuduhnya tidak perawan. Dan mempraktekkan sex bebas.“Memang kenapa kalau tidak perawan”.

“Kamu sendiri memangnya bujang ting-ting. Dari cara kamu meniduri aku, aku tahu kamu sudah biasa. Entah perempuan ke berapa aku ini yang kau tiduri. Jangan mau enaknya sendiri”, pekik perempuan itu.

Sejak malam itu, perempuan itu tidak mau lagi tidur dengan suaminya. Dia merasa tidak ada kenikmatan hidup sebagai suami isteri. Hubungan yang hambar. Dia merasa dilecehkan.

Tak lama kemudian mereka bercerai karena perbedaan prinsip dalam bercinta sebagai suami isteri. Kembali keluarganya bersedih dan gelisah. Ibunya mendesak supaya segera nikah lagi. Ibunya tidak ingin melihat anaknya lama-lama menjanda. Menurut ibunya, janda akan menjadi buah bibir negatif oleh orang orang. Ibunyapun beralasan sudah tua serta ingin segera menimang cucu. Ibunya menangis.

Akhirnya perempuan itu mau menikah lagi dengan lelaki pilihan ibunya. Perbedaan tajam kembali menggelayut suami isteri ini. Perempuan itu tetap mengajak suaminya bercinta di lapangan bola beralaskan rumput ilalang. Kehidupan rumah tangga perempuan itu bergolak kembali. Dia di tuduh perempuan berkelainan sex. Tumbanglah rumah tangganya. Perempuan itu kembali menolak keinginan ibunya agar mau menikah lagi. Tetap pada pendiriannya. Menolak kawin lagi. Ibunya meninggal.

Pulang bekerja, dia kembali berjalan menyusuri jalan yang dulu dia lalui dengan lelaki, guru sekolah swasta itu. Jika mendung dan hujan turun saat dia sedang berjalan pulang, sekali dia akan bergegas dan setengah berlari menuju ke lapangan bola. Berbaring di atas rumpun ilalang dan tertidur di sana.

Hal yang paling sering, dia akan bergegas pulang ke rumahnya, dan berbaring di pelatar rumahnya. Tidur di bawah deraian hujan. Menikmati tikaman jarum hujan dan kemudian malamnya dia demam dan mengigau. Bermimpi seakan dia bercinta di lapangan terbuka, di bawah tikaman jarum hujan. Dan dia merasa seakan semua ilalang di padang rumput atau lantai papan dipelatarannya mengerang. 

Membaca cerpen ini memang asyik, terus menurus ingin membaca sampai segera habis. Setelah itu saya baru berpikir tentang logika. Laki-laki itu seorang guru, perempuan seorang pramuniaga, lokasi masih dalam kota, terbukti dengan adanya mall. Artinya daerah letak lapangan bola tidak jauh dari keramaian orang. Lalu bercinta di lapangan terbuka yang amat sangat mudah di lihat orang disekitarnya. Apakah mereka tidak bereaksi?

Mungkinkah pengalaman pertama bercinta akan membekas amat sangat dalam, sehingga menguasai alam sadar dan pikiran waras perempuan itu.

Lalu pesan moral apa yang bisa kita peroleh, resapi dari cerpen ini ?. Saya kok agak susah mencerna, mencari pesan moral positifnya. Selain mendapatkan contoh ego yang tinggi, yang tidak bisa bertoleransi dengan orang lain, terutama kepada suami-suaminya. Tapi ini adalah sebuah cerpen, buah imajinasi yang dipadukan dengan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang lain. Cerpen memang kadang menyimpang dari kehidupan nyata. (BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT. 14.12.2022)

 

 

Sabtu, 10 Desember 2022

 

 

SDT.SASTRA.28

BUDI SAMPURNO.Des.1




SUCI SANG “GENTAYANGAN”

Cerpen ini di muat di HARIAN JAWA POS terbitan hari Sabtu tgl 9 Juli 2022. Di kemas oleh GUNTUR ALAM. Tinggal di Penukal Abab Lematang Ilir. Sebagai Aparatur Sipil Negara telah membukukan kumpulan cerpennya MAGI PEREMPUAN dan MALAM KUNANG-KUNANG serta beberapa novel horornya yang di cetak GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.

Cerpennya yang di muat di harian JAWA POS  ini di beri judul GENTAYANGAN, serta ilustrasi dikerjakan oleh BUDIONO.Cerpen ini sebenarnya cerita seorang “Aku” yang sedang pulang kekampungnya dan mendapatkan ceritera tentang arwah yang gentayangan. Yang di maksud arwah gentayangan adalah arwah Wahyu yang baru saja meninggal.

 Cerpen ini di buka dengan kalimat : Suci meninggal tujuh hari lalu. Sejak hari itu, setiap malam, orang-orang kampung kami ketakutan lantaran banyak yang melihat arwahnya gentayangan. Tak hanya meneror dengan wujud pocong berwajah pucat, arwah Suci kerap juga muncul dengan pakaian biasa dan rambut panjangnya tergerai sebatas pinggang. Saat di sapa, dia akan menoleh dan memperlihatkan wajahnya yang kadang pucat, kadang pula membusuk penuh ulat yang menggeliat

.Membaca kalimat pembuka serta melihat ilustrasi yang dikerjakan BUDIONO, berupa gambar pocong, sekilas pembaca sudah pasti bisa memahami cerpen ini adalah cerpen yang berceritera bernuansa horror.

Lalu kena apa arwah Suci (Wahyu) kok bisa gentayangan ?. Itu yang diceriterakan oleh GUNTUR ALAM. Suci, ternyata nama aslinya adalah “Wahyu”. Dia dilahirkan sebagai laki-laki. Tetapi tingkah lakunya sejak kanak-kanak menyerupai tingkah sebagai anak perempuan. Ketika sudah menginjak remaja bersekolah SMP, juga masih bertingkah laku seperti remaja perempuan. Bapaknya serta kakaknya sangat tidak senang dengan tingkah lakunya dan sangat membencinya. Sering ditangani sangat kasar . Wahyu sebenarnya anak yang pintar, saleh dan penurut. Suaranya merdu jika mengaji. Berkali-kali diikutkan lomba tingkat Kabupaten sampai Propinsi dan menjadi juara. Bahkan ketika SMP diikutkan lomba Olimpiade Matematika di Jakarta. Setamat SMP, tidak melanjutkan ke SMA. Dia bahkan kabur, karena tak tahan digebuki bapaknya serta kakak-kakaknya yang tidak menyukai tingkah laku Wahyu seperti perempuan.

Di kota tempat pelariannya,”Wahyu “ bekerja di salon dan berganti nama dengan “Suci”.

Ketika Suci (Wahyu) meninggal dunia, di kubur dikampungnya, sesuai permintaan sebelumnya, waktu pulang kampung . Setelah di kubur dan menginjak hari ke-tujuh, mulailah banyak ceritera miring, bahwa arwah Wahyu  bergentayangan serta menakut-nakuti penduduk kampung.

GUNTUR ALAM menggambarkan gelisah dan takutnya orang kampung dengan berbagai contoh kejadian. Misalnya, ketika Bik Anmah habis wudhu di belakang rumahnya, untuk sembahyang mahgrib, melihat seorang perempuan berambut panjang berbalut handuk, berjalan melenggang-lenggok sembari menenteng ember kecil, melewati sumurnya. Bik Anmah menduga, anak gadis itu adalah seseorang yang baru saja selesai mandi. Dan ketika di sapa oleh  Bik Anmah: 

 “Pas ku panggil, menengok dia”, pada bagian ini, suara Bik Anmah mulai bergetar. “ Ya Allah ya Rabbi, terkencing-kencing di celana aku. Sampai terduduk di lantai sumur. Itu Wahyu. Aku ingat persis wajahnya. Dia menyeringai. Aku cuma bisa ngomong …ya Allah…ya…Allah…lalu dia tertawa cekikikan. Pas dengar tawa itu, aku bisa berdiri dan lari lintang pukang menabrak pintu dapur rumah”.

 GUNTUR ALAM menggambarkan lagi arwah gentayangan itu dari obrolan orang-orang yang sedang nongkrong di sebuah warung. Diceritakan ada seorang pemuda yang habis pulang dari rumah pacarnya “ Malam itu, malam ketiga kematiannya,” buka bujang (Idham) umur tujuh belas tahun itu, “Aku baru saja pulang dari rumah pacarku. Kawanku yang ikut membonceng sudah pulang, rumahnya di kampung satu, sementara kita ada di kampung empat”, dia terlihat gugup ketika mengutarakan kisah seram yang dialami. “Awalnya tak ada apa-apa, cuma langit sedikit gerimis. Tapi…” dia menelan ludah mungkin yang sudah terasa pahit. Saat sekitar tiga sampai empat rumah lagi rumahnya almarhum itu”, sejak kejadian malam itu, dia tak berani lagi menyebut nama Suci ataupun Wahyu, “Aku mencium bau jeruk purut dan kapur barus. Aku ingat, bau  macam itu bau mayit. Bulu kudukku meriap. Nah, nah, tengoklah,” dia menunjuk lengannya yang berbulu, rambut-rambut halus itu, tegak menyangkak, seperti duri landak, “Persis seperti ini. Ya Allah….” desaunya.” Menceritakan ulang saja, aku masih takut”.

“ Ketika mendekati rumahnya, aku melihat ada kain putih yang terjuntai dari dahan jambu”, dia menelan ludah. “Tentu saja aku dengan buyannya mendongak keatas. Mati maaaakk, aku kencing di celana. Motorku mendadak mati pula. Almarhum itu duduk berayun-ayun di dahan jambu”.

 Pergunjingan di warung kopi itu semakin memanas. Mereka mereka-reka, kena apa arwah Wahyu sampai gentayangan menakuti-nakuti orang kampung di mana tempat dia dilahirkan. Seseorang mengatakan, bahwa Wahyu tidak di terima di tanah bumi. Karena dia adalah banci. Ada yang berkesimpulan, ketika Wahyu di kubur diperlakukan seperti seorang perempuan, padahal dia adalah laki-laki. Dikuburkan sebagai seorang perempuan itu atas permintaan Wahyu sendiri kepada warga ketika pulang mudik ke kampung. Dan ketika meninggal orang kampung tidak banyak yang datang melayat. Yang melayat dan mengurus jenazahnya justru teman-teman bancinya dari kota. Dimungkinkan ngurusnya tidak sesuai syariat.

Yang lain menduga-duga bahwa waktu dimasukkan ke liang lahat, mereka lupa melepaskan tali pocongnya.Yang hadir di warung itu  saling berpikir, bagaimana cara mengatasinya supaya tidak ada lagi roh yang gentayangan menteror warga kampung. Seorang mengusulkan :

“ Ada dua cara”, orang yang terus menerus mencibir itu terdengar lagi berbicara.

Langkah pertama yang pasti sulit dan berat, ya minta kelurganya gali kuburan si Wahyu itu. Urus ulang jenazahnya sesuai syariat. Tapi siapa yang mau?. Baru awal mati saja, banyak yang tidak mau. Apalagi kalau sudah seminggu di dalam tanah”.Beberapa orang pasi dan menelan ludah." Langkah ke dua, yang termudah”, suaranya terdengar riang. “Katanya, kalau ada yang mati dan arwahnya gentayangan, kita siram kuburannya dengan air perasan jeruk atau arak putih. Di jamin arwahnya tidak bisa kabur lagi”.

 Suasana di warung itu menjadi sepi. Si “Aku” yang ikut duduk di warung serta mendengarkan celotehan para pengunjung warung, terdiam. Tidak bisa memberikan komentar apa-apa. Wahyu adik kelas dan dia memang anak yang cerdas ketika SD serta SMP. Kekurang dekatan hubungan dikarenakan beda kelas menyebabkan “Aku” tidak banyak tahu tentang luka-luka yang di simpan Wahyu dalam menjalani hidupnya. Wahyu terombang-ambing dalam menjalani takdir serta nasibnya. Tetapi “Aku” tetap menghargai permintaannya.

 Aku selalu ingat permintaannya saat aku menggunting rambut ditempatnya bekerja dulu.“ Jangan panggil Wahyu, Bang. Panggil aku Suci”. Aku memanggil Suci. Wajahnya terlihat senang. Aku tak tahu, apakah yang kulakukan itu sangat berarti baginya. Ada beberapa hal yang kuyakini, salah satunya setiap orang berhak di panggil dengan nama yang dia sukai. Aku tidak ingin bicara tentang benar dan salah. Sebab, setiap orang dewasa bebas memilih jalan hidupnya. Urusan dosa, itu urusan dia dengan Tuhan-nya. Aku tak berhak menghakiminya.

 Cerpen yang pada awalnya mengindikasikan horror, tetapi setelah di baca kesan horornya luntur dengan sendirinya di akhir cerita. Cerpen yang di kemas oleh GUNTUR ALAM membawa pesan moral yang pantas kita renungkan. Siapapun yang memiliki kekurangan, termasuk banci, pasti bukan atas kehendaknya. Tetapi atas kehendakNya. Dan di dalam kehidupan bermasyarakat sebaiknya jangan mereka-reka hal yang tidak pasti. Hal yang tidak pasti jangan dibicarakan dengan menduga-duga. Benarkah ada arwah yang gentayangan?. GUNTUR ALAM menutup kemasan cerpennya dengan petuah guru ngajinya. Yang tentu itu bisa lebih di percaya.

 Tentang arwah Suci yang gentayangan, aku juga tak tahu, apakah itu benar arwah Suci yang tidak diterima  tanah bumi seperti yang diucapkan orang-orang kampung kami?.

Namun aku ingat, dulu guru ngaji kami pernah mengatakan, “Tak ada hantu. Roh orang yang meninggal tidak akan bisa gentayangan. Yang kalian lihat itu jin. Jin yang menyerupai dan menakut-nakuti”Selamat buat sdr.GUNTUR.(BUDI SAMPURNO.Maks’kom.IPJT.10.12.2022)