SELAMAT TAHUN BARU
2023
SEMOGA DI TAHUN
DEPAN NEGARA DAN BANGSA INDONESIA SELALU DALAM LINDUNGAN TUHAN YANG MAHA KUASA
kacamatakom.blogspot.com; Mak’kom.IPJT
Berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa.
SDT.
KOMEN.26
BUDI SAMPURNO.Des.3.22
Kita
baru saja di terjang virus Covid-19 berserta variannya. Setiap saat semua
lapisan disibukkan, masyarakat yang kaya yang miskin yang berpendidikan, yang
kurang berpendidikan, yang tenaga medis, yang pejabat atapun yang penjahat, ya
tukang penggali kubur dan lain-lain. Korbannya menimpa yang dekat dengan
keluarga kita ataupun yang tidak ada hubungan dengan keluarga kita. Itu
semuanya sangat menyanyat hati.
Belum
reda terjangan virus Covid-19, datang lagi serangan PMK, Penyakit Mulut dan
Kuku. Para peternak di bikin kelimpungan, apalagi waktu itu menjelang Hari Raya
Idhul Adha.
Penyakit
gagal ginjal menyerang anak-anak juga mengejutkan berbagai pihak, terutama para
orang tua yang memiliki anak kecil. Karena sebaran gangguan ginjal akut ini
yang di serang justru anak-anak. Serta secara statistik, grafiknya tiap hari selalu
meningkat. Menggelisahkan memang.
Dari
terjangan itu semua, rupanya Pemerintah berserta masyakat cukup tanggap dan
sigap menanganinya. Tetapi sebenarnya ada suatu penyakit yang sangat
menggelisahkan. Namun effeknya tidak terasa langsung di masyarakat. Bahkan
masyarakat masih bisa tertawa-tawa menghadapinya. Penyakit yang sebenarnya juga
melanda seluruh dunia. Dan menurut catatan penyakit ini sudah ada sejak jaman
dahulu kala, dengan berbagai bentuk dan variannya. Sesuai dengan perkembangan
jaman. Sesuai dengan tingkat intelektual mereka. Yaitu, penyakit KORUPSI dan
SUAP MENYUAP.
Kita
mengenal adanya Hari Anti Korupsi Internasional. Hampir di semua negara, termasuk
Indonesia melakukan peringatan Hari Anti Korupsi tsb. Disertai dengan acara
seminar, dialog-dialog dari berbagai kalangan masyarakat. Di muat di media
cetak, di siarkan di media elektronik, bergema di media sosial. Yang intinya
adalah untuk memahamkan ke semua pihak, semua lapisan masyarakat, lebih-lebih
lapisan para pejabat, bahwa korupsi itu adalah suatu perbuatan yang sangat
tercela, merugikan masyarakat, merugikan negara dan pemerintah.
Namun
sampai saat ini praktek korupsi tetap bergairah, meskipun kita sudah punya KPK,
punya Undang-Undang Anti Korupsi. Dan apabila kita perhatikan justru aparat
penegak hukum dan keadilan, seperti Kepolisian, Kejaksaan serta Kehakiman, dan
tak ketinggalan masyarakat sendiri justru menjadi bagian perkorupsian. Sehingga
persoalan masalah tindak korupsi di tanah air menjadi semakin mbulet, rumit. Bahkan
terkadang kita jadi pesimis menghadapi persoalan rumitnya praktek korupsi serta
pemberantasan korupsi. Ada adekdot yang sangat tidak enak di dengar, yaitu:
korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia.
Coba
kita ingat-ingat para pejabat yang di borgol KPK. Misalnya,
Ismunarso Bupati Situbondo th 2008; Bambang Irianto Walikota Madiun th 2016;
Taufiqurrahman Bupati Nganjuk th 2017; Eddy Rumpoko Walikota Batu th 2017; Masud
Yunus Walikota Mojokerto th 2017; Nyono Wiharli Suhandoko Bupati Jombang th
2018; Moch.Anton Walikota Malang, th 2018 dan banyak lagi.
Belakangan
ini KPK juga melakukan OTT terhadap Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan
Timur dengan bukti senilai Rp.950 juta. Uang ini hasil pengelolaan pungutan
uang panas dari berbagai proyek. Penajam Paser Utara termasuk daerah
diperuntukan sebagai pembaangunan IKN.
Yang
lagi diperbincangkan masyarakat dalam waktu belakangan ini adalah di tangkap
tangannya seorang Bupati Bangkalan R.Abdul Latief Amin Imron dengan dugaan
terima suap dan gratifikasi senilai Rp.5,3 M. Bupati ini ternyata terduga
berkasus jual beli jabatan dan pungutan proyek.
Tingkatan
gubernur ya Lukas Enembe, Gubernur Papua dijadikan sebagai tersangka oleh KPK
yang di duga telah melakukan gratifikasi senilai, 1 milyard Rupiah. Dan ketika
mau di periksa, berbuat bandel juga. Dengan berbagai alasan, tidak mau datang
ke Jakarta untuk diperiksa di Gedung KPK.
Di
hari-hari sebelumnya kita juga di buat geleng-geleng kepala dari dunia
pendidikan dengan penangkapan seorang Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr.
Karomani, M.Si di tangkap tangan oleh KPK. Tokoh sentral sebuah perguruan
tinggi yang seharusnya menyadarkan, mengingatkan kepada siapapun khususnya kepada
para mahasiswanya, bahwa korupsi, suap menyuap merupakan sesuatu tindakan yang
melanggar hukum. Tetapi itu justru di langgar sendiri bersama dengan beberapa
petinggi perguruan tinggi yang dipimpinnya. Pendaftaran mahasiswa baru dijadikan
obyek suap-menyuap. Memangnya pendaftar sebagai mahasiswa baru itu dianggapnya
sebagai konsumen untuk diperdagangkan.
Dari
pihak penegak hukum ternyata juga subur praktek-praktek nakal dengan tujuan
untuk mempertebal pundi-pundi pribadimya. Kita masih ingat perempuan cantik
bernama Pinangki, karyawan dari Kejaksaan yang karena perbuatannya dijatuhi
hukuman penjara.
Belakangan
ini, di lembaran berbagai surat kabar serta media sosial, kita menerima berita
dengan tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berhasil melakukan OTT
di Jakarta dan Semarang. Anehnya dan yang sangat mengejutkan justru yang
terkena OTT bernama Sudrajat Dimyati seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung (MA).
dilengkapi dengan Yosep Parera dan Eko
Suparno yang bertindak sebagai pengacara. Hakim Agung ini di duga menerima uang
sebesar Rp.800 juta.
Bayangkan,
seorang Hakim Agung yang seharusnya menyebarkan kebaikan dan menegakkan
keadilan malah berbuat melalaikan tugasnya, justru melanggar sumpahnya,
melakukan perbuatan sangat tercela, melanggar hukum.
Lagi
tertangkap tangannya Wakil Ketua DPRD Jawa Timur oleh KPK, terduga terlibat
masalah Ijon Dana Hibah. Dalam pengakuannya praktek itu sudah dilakukan sejak
th 2021. Coba bayangkan, jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD, tentunya jabatan
yang disandangnya, sudah memberikan jaminan yang sangat cukup untuk menghidupi
keluarga. Tetapi karena moralnya yang miring, masih mau juga mencari tambahan
dengan cara yang melanggar etika dan hukum.
Masyarakat
terkadang juga terbius dengan tingkah manisnya para koruptor, secara tidak
sadar di sanjung-sanjung, kerena mereka berbuat baik di mata masyarakat.
Seperti pergi haji, membangun sekolahan, membangun masjid, menyantuni anak
yatim-piatu dsb.
Semua
pasti tahu, bahwa negara Indonesia dengan seluruh isinya dalam segala kehidupannya
haruslah berdasarkan pada falsafah Pancasila. Itu sudah komitmen bersama.
Bahkan sudah dipikirkan, di rancang sebelum kemerdekaan Indonesia. Setelah
Indonesia merdeka ternyata ada beberapa warga negara yang terpenyakit korupsi.
Mereka pasti paham, tapi pura-pura tidak paham, bahwa korupsi itu sama saja
dengan melanggar ajaran agama, yang terwujud tidak menghayati dan tidak
melaksanakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Korupsi
itu artinya menggunakan uang negara atau perusahaan yang seharusnya
dipergunakan untuk kepentingan masyarakat, tetapi di lahap untuk kepentingan
pribadi atau golongannya. Tentunya ini membuat usaha mensejahterakan masyarakat
terhambat. Bila di tarik lebih mendalam, berarti korupsi juga melanggar hak
azasi manusia. Kan sila ke 2, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab . Hasilnya
korupsi bisa dan sering menimbulkan kecurigaan-kecurigaan, menimbulkan konflik.
Ini artinya si koruptor tidak ikut melaksanakan sila ke tiga, yaitu Persatuan
Indonesia. Ingat Pilkada, Pemilu ada yang dibiayai dengan uang haram hasil
korupsi, dan ini mengakibatkan menurunnya kwalitas Pemilu dan Pilkada yang
berenteng kepada turunnya kwalitas demokrasi. Demokrasi di Indonesia didasari
dengan sila ke 4, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Dan yang pada akhirnya secara keseluruhan tidak
mencerminkan dan mengganggu sila ke 5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Pada
intinya, korupsi merupakan kejahatan yang berlipat dan perlu dihadang oleh
seluruh lapisan masyarakat. Meskipun, masyarakat pada umumnya tidak merasa
dirugikan secara langsung. Makanya mereka banyak yang acuh serta hanya
mengomel, ketika ada pejabat atau tokoh yang kena OTT.
Ada
pemikiran pencegahan dan pemberantasan korupsi itu harus benar-benar dilakukan penegakan disiplin oleh interen, melalui
Inspektorat atau Badan Pengawas Perusahaan/Organisasi. Termasuk disini
pendisiplinan, penegakkan profesi para hakim. Sehingga tidak ada cerita lagi,
hakim itu bisa dibeli
Kedua,
penindakan hukuman seberat-beratnya disertai dengan tindakan pemiskinan bagi
mereka yang sudah di vonis bersalah. Bagi para penegak hukum yang terlibat
dalam masalah perkorupsian, harus benar-benar dilaksanakan penindakkan secara
maksimal.Istilah kerennya, tanpa pandang bulu, Jangan sampai terjadi seperti pada kasus jaksa
Pinanti.
Teori
gampang, tetapi dalam pelaksanaannya bukan hal yang gampang. Pengaruh sosial
dan pengaruh politik lebih kental mendampinginya. Korupsi memang penyakit yang
menggelisahkan. Pinjam ilustrasi Sdr.Wahyu Kokkang.Jawa Pos.17.10.2017.
(BUDI
SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.24.12.22)
SDT.SASTRA.29
BUDI SAMPURNO.Des.2
Harian
KOMPAS terbitan Minggu, tgl 27 Nopember, memuat cerpen dijuduli “PEREMPUAN YANG
MENUNGGU HUJAN”. Di reka-reka oleh RIDA K LIAMSI, kelahiran 17 Juli 1943, juga
seorang penyair, tinggal di Tanjung Pinang Riau, dapat dihubungi lewat email: rliamsi-pku@gmail.com. Cerpen dihiasi ilustrasi
oleh YUSUF SUSILO HARTONO, seorang pelukis, penyair dan wartawan.
Cerpen ini berkisah tentang seorang perempuan dan seorang laki-laki. Perempuan berprofesi sebagai pramuniaga dan yang laki-laki adalah seorang guru di sekolah swasta Laki-laki itu lebih tua dari pada yang perempuan. Laki-laki itu tampak berwibawa, selalu senyum serta tatapan matanya selalu teduh bila saling berpapasan. Selalu pula melambaikan tangannya. Perempuan itu merasa laki-laki ini, satu-satunya lelaki yang berhasil menggetarkan hatinya. Mereka tidak saling kenal dan saling tidak tahu namanya. Pertemuan yang berulang-ulang setiap pulang kerja serta tidak saling tahu namanya, tidak berlanjut dengan kebahagiaan. Tetapi peristiwa tragislah yang melanjutkan pertemuan manusia berlainan jenis itu. Dibukanya cerpen ini dengan kalimat .
Setiap langit mendung dan tebal, perempuan itu pergi ke ujung pelantar rumahnya. Dia duduk menatap langit, menunggu hujan turun sambil mendengar suara gemuruh ombak. Dia berharap hujan segera turun dan ingin merasakan tajamnya jarum air menerpa kepalanya, tubuhnya. Jarum hujan yang membangkitkan endapan memori dikepalanya.. Begitu jarum jam itu menyentak akar rambutnya, pikirannya seperti mesin akan membangkitkan sensasi kenangannya
Tubuhnya
terasa berdenyar dan seperti ada geliat halus merayapi energi hidupnya. Dia
akan segera memejam matanya, dan merasakan sensasi jarum hujan itu menjelajah
pembuluh darahnya.
Kena apa perempuan itu selalu berbuat begitu. Diceritakan oleh RIDA K LIAMSI, disuatu saat kedua insan itu bertemu ketika hari sedang hujan. Mereka saling menyapa, saling jalan bersama dari jalan beraspal sampai jalan yang tidak beraspal. Disebelahnya terhampar lapangan sepak bola yang dipenuhi dengan rumput serta ilalang. Hujan tetap turun. Mereka duduk di lapangan dekat dengan gawang. Dengan asumsi kalau ada kilat yang di sambar adalah tiang gawang, karena lebih tinggi dari mereka berdua. Mereka tersenyum, mereka tertawa, mereka saling menggenggam tangan, mereka saling memeluk. Imajinasi pembaca di putus oleh RIDA K LIAMSI dengan menuliskan :
Tiba-tiba mendung pergi. Renyai beranjak teduh
Dan sayup-sayup terdengar suara azan maghrib. Mereka terbangun. Merapikan
pakaian. Berdiri. Meninggalkan lapangan sepak bola. Tanpa bicara. Saling
menjeling. Saling tersenyum. Di ujung lapangan, di jalan tanah, di sebuah
simpang, mereka berpisah. Saling melambai
dan berjalan menyongsong malam.
Setelah
itu mereka tak pernah lagi bertemu. Perempuan itu, setibanya di rumah,
menggigil hebat dan jatuh sakit. Demam panjang dan mengingau. Meracau. Beberapa
hari dia terkapar di tempat tidur. Setelah dua suntikan anti demam dari dokter,
baru dia pulih. Dan begitu terbangun di pagi hari, dia ingat lelaki itu. Dia
bergegasa mandi, dan bersiap akan ke tempat kerjanya lagi. Ingin bertemu dan
berpapasan lagi dengan lelaki itu.
Di
meja makan dia mendengar cerita, lelaki itu, guru SMP sekolah swasta temannya
tidur di rerumputan di lapangan bola, di bawah hujan itu, tewas. Rupanya,
setelah berpisah, setelah hujan teduh, ketika berjalan ke rumah kostnya, sebuah
sepeda motor yang dikendarai seorang lelaki yang sedang fly, menabrak lelaki
itu, yang rupanya juga sedang melamun
dan berjalan terlalu ke tengah.
Lelaki
yang sedang fly itu mati karena terpelanting dari sepeda motornya yang di pacu
kencang, tapi lelaki itupun juga terpelanting dan tercampak ke dalam parit.
Tewas karena pendarahan di kepalanya.
Perempuan
itu benar-benar merasa dunianya runtuh. Dia merasa kehilangan yang sangat. Tak
sempat bicara dan kembali pingsan. Kembali demam dan meracau. Mengigau
Semenjak itu, perempuan itu selalu menyendiri, tak mau bicara dengan siapapun. Dia berhenti bekerja. Duduk di rumah sepanjang hari. Merasakan kehilangan dan kepedihan. Keseimbangan hidupnya terganggu. Takut tidur dan di ganggu mimpi buruk.
Tentu saja keluarga menjadi bingung. Terutama ibunya. Keluarga berusaha menyadarkan serta mendesak supaya mau menikah. Akhirnya perempuan itu mau menikah dengan lelaki teman sekerja yang sudah lama menaksirnya. Pernikahan mereka tidak bisa berlangsung lama. Suaminya tidak mau diajak tidur di lapangan sepak bola dan bercinta disana. Perbedaan pandangan serta selera keduanya dijelaskan dengan gamblang oleh sang penulis.
“
Gila kamu. Inikan tempat terbuka dan orang bisa melihat kita melakukan apa-apa.
Kan kita punya rumah. Punya ranjang. Mengapa mesti bermesraan di sini?. Di
tempat terbuka dan dalam hujan pula. Aneh kamu ini!”, kata suaminya itu.
Kemudian perempuan itu ditinggalkan sendiri di pada ilalang itu. Dan perempuan itu kecewa.Di rumah mereka bertengkar hebat. Suaminya menuduhnya tidak perawan. Dan mempraktekkan sex bebas.“Memang kenapa kalau tidak perawan”.
“Kamu sendiri memangnya bujang ting-ting. Dari cara kamu meniduri aku, aku tahu kamu sudah biasa. Entah perempuan ke berapa aku ini yang kau tiduri. Jangan mau enaknya sendiri”, pekik perempuan itu.
Sejak malam itu, perempuan itu tidak mau lagi tidur dengan suaminya. Dia merasa tidak ada kenikmatan hidup sebagai suami isteri. Hubungan yang hambar. Dia merasa dilecehkan.
Tak
lama kemudian mereka bercerai karena perbedaan prinsip dalam bercinta sebagai
suami isteri. Kembali keluarganya bersedih dan gelisah. Ibunya mendesak supaya
segera nikah lagi. Ibunya tidak ingin melihat anaknya lama-lama menjanda.
Menurut ibunya, janda akan menjadi buah bibir negatif oleh orang orang.
Ibunyapun beralasan sudah tua serta ingin segera menimang cucu. Ibunya
menangis.
Akhirnya perempuan itu mau menikah lagi dengan lelaki pilihan ibunya. Perbedaan tajam kembali menggelayut suami isteri ini. Perempuan itu tetap mengajak suaminya bercinta di lapangan bola beralaskan rumput ilalang. Kehidupan rumah tangga perempuan itu bergolak kembali. Dia di tuduh perempuan berkelainan sex. Tumbanglah rumah tangganya. Perempuan itu kembali menolak keinginan ibunya agar mau menikah lagi. Tetap pada pendiriannya. Menolak kawin lagi. Ibunya meninggal.
Pulang
bekerja, dia kembali berjalan menyusuri jalan yang dulu dia lalui dengan
lelaki, guru sekolah swasta itu. Jika mendung dan hujan turun saat dia sedang
berjalan pulang, sekali dia akan bergegas dan setengah berlari menuju ke
lapangan bola. Berbaring di atas rumpun ilalang dan tertidur di sana.
Hal yang paling sering, dia akan bergegas pulang ke rumahnya, dan berbaring di pelatar rumahnya. Tidur di bawah deraian hujan. Menikmati tikaman jarum hujan dan kemudian malamnya dia demam dan mengigau. Bermimpi seakan dia bercinta di lapangan terbuka, di bawah tikaman jarum hujan. Dan dia merasa seakan semua ilalang di padang rumput atau lantai papan dipelatarannya mengerang.
Membaca
cerpen ini memang asyik, terus menurus ingin membaca sampai segera habis.
Setelah itu saya baru berpikir tentang logika. Laki-laki itu seorang guru,
perempuan seorang pramuniaga, lokasi masih dalam kota, terbukti dengan adanya
mall. Artinya daerah letak lapangan bola tidak jauh dari keramaian orang. Lalu
bercinta di lapangan terbuka yang amat sangat mudah di lihat orang
disekitarnya. Apakah mereka tidak bereaksi?
Mungkinkah
pengalaman pertama bercinta akan membekas amat sangat dalam, sehingga menguasai
alam sadar dan pikiran waras perempuan itu.
Lalu pesan moral apa yang bisa kita peroleh, resapi dari cerpen ini ?. Saya kok agak susah mencerna, mencari pesan moral positifnya. Selain mendapatkan contoh ego yang tinggi, yang tidak bisa bertoleransi dengan orang lain, terutama kepada suami-suaminya. Tapi ini adalah sebuah cerpen, buah imajinasi yang dipadukan dengan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang lain. Cerpen memang kadang menyimpang dari kehidupan nyata. (BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT. 14.12.2022)
SDT.SASTRA.28
BUDI SAMPURNO.Des.1
Cerpen
ini di muat di HARIAN JAWA POS terbitan hari Sabtu tgl 9 Juli 2022. Di kemas
oleh GUNTUR ALAM. Tinggal di Penukal Abab Lematang Ilir. Sebagai Aparatur Sipil
Negara telah membukukan kumpulan cerpennya MAGI PEREMPUAN dan MALAM
KUNANG-KUNANG serta beberapa novel horornya yang di cetak GRAMEDIA PUSTAKA
UTAMA.
Cerpennya yang di muat di harian JAWA POS ini di beri judul GENTAYANGAN, serta ilustrasi dikerjakan oleh BUDIONO.Cerpen ini sebenarnya cerita seorang “Aku” yang sedang pulang kekampungnya dan mendapatkan ceritera tentang arwah yang gentayangan. Yang di maksud arwah gentayangan adalah arwah Wahyu yang baru saja meninggal.
.Membaca kalimat pembuka serta melihat ilustrasi yang dikerjakan BUDIONO, berupa gambar pocong, sekilas pembaca sudah pasti bisa memahami cerpen ini adalah cerpen yang berceritera bernuansa horror.
Lalu
kena apa arwah Suci (Wahyu) kok bisa gentayangan ?. Itu yang diceriterakan oleh
GUNTUR ALAM. Suci, ternyata nama aslinya adalah “Wahyu”. Dia dilahirkan sebagai
laki-laki. Tetapi tingkah lakunya sejak kanak-kanak menyerupai tingkah sebagai
anak perempuan. Ketika sudah menginjak remaja bersekolah SMP, juga masih
bertingkah laku seperti remaja perempuan. Bapaknya serta kakaknya sangat tidak
senang dengan tingkah lakunya dan sangat membencinya. Sering ditangani sangat
kasar . Wahyu sebenarnya anak yang pintar, saleh dan penurut. Suaranya merdu
jika mengaji. Berkali-kali diikutkan lomba tingkat Kabupaten sampai Propinsi
dan menjadi juara. Bahkan ketika SMP diikutkan lomba Olimpiade Matematika di
Jakarta. Setamat SMP, tidak melanjutkan ke SMA. Dia bahkan kabur, karena tak
tahan digebuki bapaknya serta kakak-kakaknya yang tidak menyukai tingkah laku
Wahyu seperti perempuan.
Di
kota tempat pelariannya,”Wahyu “ bekerja di salon dan berganti nama dengan
“Suci”.
Ketika
Suci (Wahyu) meninggal dunia, di kubur dikampungnya, sesuai permintaan
sebelumnya, waktu pulang kampung . Setelah di kubur dan menginjak hari
ke-tujuh, mulailah banyak ceritera miring, bahwa arwah Wahyu bergentayangan serta menakut-nakuti penduduk
kampung.
GUNTUR
ALAM menggambarkan gelisah dan takutnya orang kampung dengan berbagai contoh
kejadian. Misalnya, ketika Bik Anmah habis wudhu di belakang rumahnya, untuk
sembahyang mahgrib, melihat seorang perempuan berambut panjang berbalut handuk,
berjalan melenggang-lenggok sembari menenteng ember kecil, melewati sumurnya.
Bik Anmah menduga, anak gadis itu adalah seseorang yang baru saja selesai
mandi. Dan ketika di sapa oleh Bik Anmah:
“
Ketika mendekati rumahnya, aku melihat ada kain putih yang terjuntai dari dahan
jambu”, dia menelan ludah. “Tentu saja aku dengan buyannya mendongak keatas.
Mati maaaakk, aku kencing di celana. Motorku mendadak mati pula. Almarhum itu
duduk berayun-ayun di dahan jambu”.
Yang lain menduga-duga bahwa waktu dimasukkan ke liang lahat, mereka lupa melepaskan tali pocongnya.Yang hadir di warung itu saling berpikir, bagaimana cara mengatasinya supaya tidak ada lagi roh yang gentayangan menteror warga kampung. Seorang mengusulkan :
“
Ada dua cara”, orang yang terus menerus mencibir itu terdengar lagi berbicara.
Langkah pertama yang pasti sulit dan berat, ya minta kelurganya gali kuburan si Wahyu itu. Urus ulang jenazahnya sesuai syariat. Tapi siapa yang mau?. Baru awal mati saja, banyak yang tidak mau. Apalagi kalau sudah seminggu di dalam tanah”.Beberapa orang pasi dan menelan ludah." Langkah ke dua, yang termudah”, suaranya terdengar riang. “Katanya, kalau ada yang mati dan arwahnya gentayangan, kita siram kuburannya dengan air perasan jeruk atau arak putih. Di jamin arwahnya tidak bisa kabur lagi”.
Namun aku ingat, dulu guru ngaji kami pernah mengatakan, “Tak ada hantu. Roh orang yang meninggal tidak akan bisa gentayangan. Yang kalian lihat itu jin. Jin yang menyerupai dan menakut-nakuti”Selamat buat sdr.GUNTUR.(BUDI SAMPURNO.Maks’kom.IPJT.10.12.2022)