Sabtu, 14 Januari 2023

 

SDT. NGOBROL.20.

BUDI SAMPURNO.Jan.1



NGOBROL ETIKA KEKUASAAN

Hujan belum juga berhenti. Wagiarti masih di kamar. Sesekali matanya melirik jendela kaca yang menerawangkan hujan. Langit masih gelap. Wagiman belum juga datang. Sudah hampir jam 9.00 malam. Wagiarti berkali-kali memegang TG, mau menghubungi suaminya, tetapi selalu diurungkan. Tepat jam 9.35 malam, terdengar bunyi orang membuka gembog pintu pagar. Di susul bunyi berderitnya pintu pagar di dorong. Wagiarti bergegas mengambil kunci dan membukakan pintu ruang tamu. Terlihatlah sosok Wagiman sambil menenteng payung. Gerimis masih menetes.

WAGIMAN : “ Maturnuwun dibukakan pintunya”.

WAGIARTI : “ Maturnuwun-maturnuwun….pak..pak. Kan sudah kewajiban isteri….”.

WAGIMAN : “ Maaf bu, sampai malam rapatnya. Pak RT banyak bicara, banyak informasi yang disampaikan”.

WAGIARTI : “ Ya, memang RT kan gitu…tugasnya memberi informasi kepada warganya…..Supaya warganya tidak ketinggalan informasi dengan program-program kampungnya, serta program-program Pemda. Ayo…cuci tangan, cuci kaki, ganti baju. Saya buatkan wedang uwuh, biar nggak kedinginan. Biar anget. Saya tunggu di ruang TV”.

Wagiman menyusul di ruang TV. Duduk persis di sebelah kanan isterinya yang sedang menonton berita.

WAGIARTI : “ Ya…bagus…tangkap saja. Sudah jadi pejabat penting, pejabat publik nggak tahu etika. Di panggil berkali-kali nggak datang. Ngakunya sakit…..eeee malah jajan di restoran. Anggapannya KPK nggak punya gigi…!!. Ya tangkap, bawa ke Jakarta, segera diadili. Biar kapok…!!”.

WAGIMAN : “ Nggak usah emosi, bu… KPK sudah bekerja sesuai SOP-nya…”

WAGIARTI : “ Nggak emosi gimana,pak. Wong jabatannya sudah tinggi…fasilitas pribadi sudah ada. Fasilitas untuk keluarga, biasanya ndompleng juga. Kok masih berniat dan tega korupsi”.

WAGIMAN : “ Kalau nggak gitu, kan dunia ngak rame, bu. Dunia itu memang sudah begitu…ada yang baik…ada yang nggak baik. Ada positif, ada negativ”.

WAGIARTI : “ Saya pingin…langsung di sidang…di adili….!”.

WAGIMAN : “ Ya nggak begitu, bu. Dia itu sedang sakit. Makanya di rawat dulu di Rumah Sakit Gatot Soebroto”. Setelah dinyatakan sembuh, oleh para dokter, baru bisa dihadapkan ke Pengadilan”.

WAGIARTI : “ I ya . Harus di berkas dulu di Kejaksaan Agung…Baru bisa di seret ke Pangadilan”.

WAGIMAN  : : Nah itu paham….Kita tunggu….Bukan hanya kita yang menunggu, tapi seluruh masyarakat kita”.

Ini termasuk kasus besar, bu. Di samping keberaniannya menolak panggilan KPK. Sampai-sampai Ketua KPK datang menemui, menjenguk mengechek apa benar-benar dia  sakit”.

WAGIARTI: “ Yaaaa, sudah kita tunggu saja, pak!. Asalkan rentetan prosesnya tidak ketemu mereka- mereka yang miring-miring”.

WAGIMAN : “ Yang miring-miring gimana sih, bu?”.

WAGIARTI : “ Yaaa….seperti bapak nggak tahu saja. Itu contohnya…Jaksa Pinanti. Hakim Sudrajat Dimyati seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung, dan banyak lagi. Itu kan pejabat penegak hukum yang miring-miring”.

WAGIMAN : “ Mereka sedang lupa, bu. Memang seharusnya para pejabat publik itu menjaga etika kekuasaan.

WAGIARTI : “ Pejabat Publik itu apa saja pak?. Saya kok nggak paham”.

WAGIMAN : “ Pejabat Publik itu..ya Gubernur, Bupati, Anggota DPR…terutama yang bisa menjabat karena atas pilihan rakyat. Mereka tidak bisa jadi pejabat kalau tidak di pilih oleh rakyat”.

WAGIARTI : “ Jadi mereka di pilih oleh rakyat…makanya harus dekat dengan rakyat”.

WAGIARTI : “ Bukan hanya dekat dengan rakyat, tetapi harus melakukan etika kekuasaan. Kekuasaannya itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Tetapi kekuasaannya itu diselenggarakan untuk kemaslahatan umum, untuk kepentingan rakyat didaerahnya”.

WAGIARTI : “ Pinter bapak!!. Jadi Pejabat Publik itu harus memperjuangkan rakyatnya. Dana-dana yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat ataupun dana dari hasil daerahnya sendiri harus dijabarkan, dipergunakan guna mensejahterakan rakyatnya. Jadi nggak elok lah kalau di korupsi….!!!”. Gitu !!!”.

WAGIMAN :  “ Lah…itu ibu juga pinter…”.

WAGIARTI  : “ Kan saya isterinya bapak. Kalau malam-malan sering diajari…Eee sudah malam pak. Itu wedang uwuhnya dihabisi. Saya tunggu di kamar pak !!”.

WAGIMAN  : “ Ya…ayo. Semoga kita nanti nggak mimpi ketemu penegak hukum yang miring-miring, bu”.

Wagiarti melengos tersenyum sambil berjalan berjinjit-jinjit masuk kamar. Wagiman meneguk habis sisa wedang uwuh. Mengusap bibirnya dengan lengan kaosnya. Mematikan pesawat TV , mematikan lampu ruang TV, membetulkan letak sarungnya dan bergegas menyusul isterinya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.14.2.23)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar