Kamis, 18 Mei 2023

 

SDT.SASTRA.30

BUDI SAMPURNO.MEI.1 



MENUNGGU GODOT

JIMMY ANGGARA, tinggal di Jakarta, beberapa cerpennya sudah pernah di muat di berbagai media, termasuk Harian KOMPAS. Hari Minggu, tgl 14 Mei 2023 kembali cerpennya di muat dengan judul "SETELAH 69 TAHUN MENUNGGU GODOT”. Dan di beri ilustrasi oleh seorang pelukis tinggal di Bandung, DIYANTO.

Cerpen ini berkisah tentang seseorang tamatan sekolah Teater, Agus Tromol yang sangat mendambakan memperoleh peran antagonis dalam film.

JIMMY membuka cerpennya dengan kalimat sbb, Agus Tromol lulusan sekolah teater dan bercita-cita ingin menjadi aktor terkenal Indonesia. Namun dalam 10 tahun kariernya sebagai aktor, Agus Tromol selalu berperan sebagai pemain figuran. Dia pernah dalam film berlatar belakang zaman kerajaan Majapahit, di mana sebagai anggota pasukan Bhre Wirabhumi, dalam Perang Paregreg, dia di tombak dua kali dan mati di tempat. Adegan itu memakan waktu tidak sampai 8 detik. Di film lain, yang berlatar belakang zaman perang kemerdekaan, dia berperan sebagai tentara rakyat yang di tangkap Belanda, dimasukkan ke dalam penjara, lalu tidak muncul lagi selama sisa film.

Sebenarnya, Agus Tromol menyadari, bahwa tampangnya tidak tampan. Meskipun tidak tampan, dia punya keyakinan tetap bisa mendapat peran yang keren, antagonis, misalnya. Temannya yang bernama  Dedy Roban, berusaha mengingatkan, bahwa aktor-aktor di jaman sekarang ini yang laku adalah mereka yang tampangnya ganteng atau cantik. Dan juga tidak perlu dari tamatan sekolah teater. Dedy Roban adalah teman waktu di Sekolah Teater, tetapi dia banting stir menjadi penjual soto ayam. Sudah dikaruniai empat anak.

Agus Tromol sebenarnya juga sudah seperti putus asa, karena peran yang diharap-harap tidak kunjung datang. Pernah mengutarakan kepada teman-temannya, kalau akan mengundurkan diri dari dunia film. Tetapi kembali lagi pada keyakinannya, bahwa dia pasti mampu untuk berperan antagonis. Niat mundur dari dunia film selalu gagal. Dan kembali lagi pada penantian untuk mendapat panggilan berperan dalam film sebagai tokoh antagonis.

Pada suatu hari, sehabis makan siang, Agus Tromol dikejutkan suara panggilan dari teman perempuan seangkatan kuliah. Bekerja di sebuah rumah produksi, yang menawarkan peran antagonis serta di minta untuk datang ke kantor. Keesokan harinya Agus Tromol datang ke kantor dan ketemu dengan sutradara yang menangani produksi film. Reaksi sang sutradara ketika bertemu dengan Agus Tromol, JIMMY ANGGARA menuturkan :

Saat melihat tampilan Agus Tromol yang lusuh dan berambut panjang hingga sepinggang, sutradara meminta Agus Tromol memotong pendek rambutnya. “ Tak pernah ada bos dimanapun yang rambutnya seperti perempuan”, kata sutradara.

Agus Tromol menjadi resah. Rambut panjangnya adalah salah satu dari kebanggaan yang ada pada dirinya. Dia sudah hidup cukup lama bersama rambut panjangnya yang sepinggang itu, dalam keadaan suka dan duka, sehingga berpisah darinya baginya seperti berpisah dari kekasih tersayang. Disaat yang sama, tawaran  untuk bermain di FTV ini merupakan kesempatan yang tak ingin dia lewatkan. Akhirnya Agus Tromol berkata kepada sutradara bahwa dia mau berpikir-pikir dahulu. Dengan menghela nafas panjang, sutradara mengijinkan Agus Tromol di beri waktu 3 hari untuk membuat keputusan.

Dikamarnya, Agus Tromol berdiri di depan cermin memandangi rambut panjang kesayangannya. Gelisah hatinya menyeruak terus-menerus. Masgul untuk membuat keputusan. Dilema membayangi pikirannya. Yang akhirnya dia membuat keputusan untuk menyelamatkan kesempatan yang sudah bertahun-tahun didambakan, yaitu sebagai pemain antagonis. Di hari ke tiga, Agus Tromol datang ke salon dan minta rambut panjangnya di- babat habis. Keesokan harinya, berarti hari ke empat, Agus Tromol bergegas dengan hati yang berbunga-bunga pergi ke FTV. Siap berperan sebagai antagonis. Sesampainya di FTV, Nina Arsad menjelaskan, bahwa sang sutradara mengalami kecelakaan di jalan tol dalam keadaan mabuk. Dan jadwal syutingnya di-undur sampai waktu yang belum dapat dipastikan. Serta ada pemikiran dari pihak FTV untuk membatalkan produksi. Mendengar penjelasan ini, hati Agus Tromol seperti diaduk-aduk. Marah campur kecewa. Rambut panjang kesayangannya terlanjur di potong habis, produksi FTV batal. Peran antagonis jadi bablas. Dengan di antar Nina Arsad, Agus tromol menjenguk sang sutradara di rumah sakit.

Terlihat sang sutradara tubuhnya di balut  gips, selain mata, lubang hidung, mulut. Kaki kiri digantungkan dengan posisi 45 derajad. Lalu apa yang dikerjakan Agus Tromol ?. JIMMY ANGGARA menuliskan:

“ Sutradara mabuk, ya”, kata Agus Tromol sambil memencet-mencet kaki yang di balut gips dan terangkat 45 derajad. Sutradara terdengar mengerang.

“ Mabuk-mabukan, ya? Kata Agus Tromol sambil memencet-mencet lagi dengan lebih keras. Sutradara mengerang kesakitan.

“ Itu kaki yang patah!”.

“ Oh, ini kaki yang patah?”

Agus Tromol memencet-mencet lagi kaki yang patah itu. Lalu  ditepuk-tepuknya seperti menepuk kasur dengan sapu. Sutradara mengerang.

“ Aaarghhh….”.

Dari suaranya bisa dibayangkan kesakitan luar biasa yang dialami sutradara Tapi itu belum seberapa. Agus Tromol masih belum puas. “ Suster! Dokter! Ada orang gila! Tolooong” Sutradara berteriak.

Nina Arsad mengajak Agus Tromol cepat keluar, sebelum di-tangkap. Cerpen ini ini oleh JIMMY ANGGARA di tutup dengan kalimat-kalimat:

Tindakan terakhir Agus Tromol  adalah berkata, “Ini untuk rambut kesayanganku!” lalu memukul kaki kiri sutradara dengan keras sekali hingga tali penompangnya putus. Erangan keras yang memilukan dari tenggorokan sutradara membuat Agus Tromol tergelak puas. Dia berlari keluar rumah sakit sambil tertawa-tawa.

Enak membaca cerpen ini. Memperhatikan judulnya memang sudah bisa di duga, bahwa akhir dari cerita ini adalah suatu kegagalan. Dan memang Agus Tromol gagal dalam mengharap datangnya peran antagonis. Kecewa. Di tambah kekecewaan yang tak terhingga karena rambut panjang kesayangannya terlanjur di babat habis.

Saya salah duga dari kegagalan Agus Tromol. Saya pikir kegagalannya dikarenakan peran antagonis itu sudah digantikan oleh orang lain. Karena dalam pertemuan dengan sang sutradara di awal, dijanjikan pada hari ketiga Agus Tromol di minta datang lagi. Tapi di hari ke tiga itulah Agus Tromol baru ke salon membabat habis rambutnya. Justru pada hari ke empat dia datang ke FTV. Penuluis cerpen, ternyata yang di buat alasan kegagalan yaitu dengan mencelakakan sang sutradara.

Saya menunggu terbitnya cerpen JIMMY ANGGARA lagi. (BUDI SAMPURNO. 18.5.2023).

 

 

 

 

1 komentar: