Selasa, 04 Juli 2023

 

SDT.SASTRA.32

BUDI SAMPURNO.JULI.1

INI TENTANG YAN

Saya bersemangat membaca cerpen di harian KOMPAS, Minggu, tgl 25 Juni 2023. Ceriteranya menarik, alurnya mengalir, mudah diikuti dan dipahami. Judul cerpen ini adalah “INI TENTANG YAN”. Di tulis oleh FARIZAL SIKUMBANG, lahir di Padang 5 April 1974. Sekarang tinggal di Banda Aceh.

FARIZAL SIKUMBANG membuka cerpennya dengan kalimat “ Yan mengumpulkan lalu membakar daun kering serta beberapa sampah plastik yang berserak di jalan depan rumahku. Ketika aku sedang membersihkan kendaraan roda duaku yang kotor karena debu. Jarak antara aku dan Yan mungkin hanya dua puluh meter. Tapi Yan tidak memedulikanku.Yan sibuk membakar tumpukan sampah kecil itu”.

Dalam cerpen ini dikisahkan, bahwa Yan adalah anak kecil yang sangat sering dimarahi dan di siksa ayah tirinya. Di pukul, di tendang sampai terpelanting ke pematang sawah, di lempar pakai kayu.  Yan juga beberapa kali di ikat tanpa baju di pohon manggis depan rumahnya. Tubuhnya di lecut dengan sapu lidi. Tetangga-tetangga tidak ada satupun yang bisa mencegahnya. Ibu kandungnya sendiri juga tidak bisa berkutik.

Yan sebenarnya bukan anak yang bodoh. Di sekolah Yan tidak suka pelajaran matematika, tetapi lebih suka dengan palajaran yang beralur ke arah seni. Yan sebenarnya tidak nakal, hanya usil kepada teman atau orang lain. Bila usilnya berhasil, biasanya Yan tertawa lebar. Kelakuan  usil inilah yang membuat Yan sering dimarahi ayah tirinya. Dan juga orang lain, termasuk gurunya.

Di Sekolah Dasar, Yan pernah di lempar sapu lidi oleh bu guru Tania. Gara-gara bu Tania terprovokasi dengan usilnya Yan. Bu guru mendapat laporan dari teman sekelas, bahwa pensil Wati di ambil Yan.Tetapi, Yan bersikukuh tidak mengambil dan siap di geledah. Inilah penyebab Yan di lempar sapu lidi . Dialognya dituturkan oleh FARIZAL sbb:

“ Jika ibu guru tidak percaya, periksalah sakuku ini”, ujar Yan penuh akal-akalan.

“ Ayo bu guru, periksalah”, tambah Yan lagi

Guru Tania terpancing juga oleh provokasi Yan. Ia lalu memasukkan tangan kanannya ke saku celana Yan yang bolong. Tiba-tiba guru Tania terpekik. Ia merasa geli. Seperti memegang hewan yang menjijikkan. Yan tertawa. Guru Tania merasa di tipu. Yan di lempar pakai sapu. Seisi kelas riuh dan ribut setelah tahu jika Yan berbuat usil”.

Keusilan Yan itu terjadi ketika masih di Sekolah Dasar, namun di ulang lagi di Sekolah Menengah Pertama. Yan usil lagi kepada guru perempuan Bahasa Inggris. Yan di hukum berat, yaitu di jemur di lapangan dari jam sembilan sampai jam satu siang. Orang tuanya diwajibkan datang keesokan harinya. Akibatnya, Yan di rumah di pukul oleh ayah tirinya, di ikat di pohon mangga.

Yan punya bakat melukis. Bila menggambar orang, bisa mirip sekali dengan aslinya. Tapi ini pulalah yang menyebabkan Yan menjadi anak putus sekolah.  Yan belajar membuat karikatur dengan memimjam buku cara membuat kariktur dan berhasil. Yan juga suka meminjam buku ceritera anekdot. Tapi sifat usilnya itu yang membahayakan dirinya. Dibuatnya karikatur dengan tokoh guru di sekolah. Kepala Sekolah yang orangnya tegas digambarkan dengan bentuk perut yang besar seperti bola, sedangkan kepalanya serta kedua kakinya di gambar berbentuk kecil. Guru matematika justru kebalikannya, badannya kurus kecil tetapi kepalanya besar seperti bola. Memang Yan tidak suka dengan ke dua guru itu. Inilah polah usil yang membuat petaka pada dirinya. Suatu hari Yan tampak termenung di sekolah.

Aku tidak akan sekolah lagi di sini”, kata Yan.

Mulanya aku tidak terkejut pada ucapan Yan. Aku berpikir Yan hanya melucu.

“ Aku dikeluarkan di sekolah”, tambahnya.

Aku mulai berpikir mungkin kali ini ia serius.

“ Ada apa?” tanyaku

“ Aku teledor. Karikatur Kepala Sekolah mungkin terjatuh dari bukuku. Dan seseorang telah memberikannya pada beliau”.

“ Celaka dua belas,” kataku

“ Habislah aku”. kata Yan penuh penyesalan.

Anehnya,Yan tidak sedih dan tidak berputus asa. Ternyata dengan kepandaiannya melukis, Yan bisa mendapatkan uang. Setiap Sabtu dia pergi ke pasar ibu kota kecamatan, di situ dia melukis wajah orang dan mendapatkan upah. Di lain waktu, Yan dapat pesanan dengan upah yang cukup besar. Yaitu di suruh orang menggambar situasi kampung yang kotor serta jalan dibuat seperti kolam.

Beberapa hari kemudian, Yan dipukuli oleh beberapa pemuda di pasar Kecamatan, sampai pingsan. Kejadian ini membuat Yan membisu meskipun di tengok temannya. Beberapa kali di tengok, tetap saja diam. Dan setelah itu, tokoh “aku” beberapa tahun tidak ketemu lagi dengan Yan.

Ketika ketemu lagi, Yan sudah banyak berubah, tetapi tetap saja diam, ketika “ aku “ bertemu, Yan sibuk menyapu sampah di jalan serta membakarnya. Rambutnya panjang sebahu dan berpakaian ala penyanyi cadas. 

Membaca cerpen ini, saya merasa terhibur, tertawa geli dengan cerita usilnya Yan ketika di Sekolah Dasar serta di Sekolah Menengah Pertama. Imajinasi saya membayangkan mimik, wajah serta polah kedua guru wanita itu terkejut setelah merogoh saku bolong celana Yan. Yang terpegang bukannya pensil yang di cari, tetapi justru burungnya Yan.

Tapi saya juga memperoleh wawasan bagaimana seharusnya mendidik anak, meskipun anak itu adalah anak tiri. Penulis juga memberikan informasi yang jelas kena apa ayahnya suka marah, menghajar Yan sampai di luar batas. Karena Yan anak tiri. Yan juga menyesal atas keteledorannya, karikatur Kepala Sekolah yang di buat lucu, terjatuh sehingga di ambil keputusan fatal, yaitu mengeluarkan Yan dari sekolah. (BUDI SAMPURNO. Mak’skom.IPJT.4.7.2023)

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar