Sabtu, 23 September 2023

SDT.NGOBROL34

BUDI SAMPURNO.SEPT.2




                                     


                              NGOBROL “BERBURU GINJAL”

Wagiman tersenyum melihat polah ibu-ibu mengerumini tukang  sayur. Tukang sayur sudah pergi, tapi ibu-ibu masih serius ngobrol. Seorang ibu mengelus dada berkali-kali. Setelah bubaran, Wagiarti ke dapur. Menyusul Wagiman  sambil membawa segelas kopi panas.

WAGIMAN   : “ Bu, saya tadi baca kliping tapi mundur”.

WAGIARTI   : “ Baca kliping mundur?. Maksud bapak?.

WAGIMAN  : “ Baca kliping yang di bulan-bulan lalu. Saya menemukan berita yang mengerikan. Itu lho….jual beli ginjal tapi illegal”.

WAGIARTI  : “ Lah… kok sama,  bu Hendrik kan beli pete yang belum kupasan. Masih ada kulitnya,  Di bungkus kertas koran, kebetulan ada berita tentang jual beli ginjal illegal. Wah, ibu-ibu spontan emosi pol. I ya, pak. ngeri, sadis, raja tega demi uang”.

WAGIMAN  : “Alhamdulillah, sudah ditangani aparat kok bu”.

WAGIARTI :  “Ditangani sih ditangani….Tapi nanti hasilnya gimana…hukumannya gimana.   Imbangkah dengan perbuatannya. Di pengadilan ketemu Jaksa dan Hakim yang penceng. Dituntut ringan. Putusan Hakim juga ringan nanti. Setelah masuk bui, dapat potongan”.

WAGIMAN : “ Sayangku…kok nrocos seperti mercon berantai……”.

WAGIARTI : “ Habis kita tiap hari disuguhi berita…para penegak hukum yang penceng. Ya di koran …televisi…ya di radio….”.

WAGIMAN  : ” He he he di  radio…. Jadi ingat lagunya Gombloh….”.

WAGIARTI  : “ Bapak ini, ah….malah bercanda. Ini permasalah serius pak. Ginjalnya bisa di jual ratuan juta “.

WAGIMAN  : “ Nggak bercanda saya, bu. Ini  ada kliping Jawa Pos yang bapak simpan, ginjal itu laku 200 Juta Rupiah. Pihak Polri sudah bekerja keras serta berhasil menangkap dan dijadikan tersangka sejumlah 714 orang!”.

WAGIARTI   : ” Hoooiii….714 orang tersangka. Ini  sudah sindikat besar … mengglobal”.

WAGIMAN   : “ Sangat mengejutkan memang,….Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Hengki Haryadi menyebut, bahwa sindikat penjual ginjal jaringan internasional sudah memiliki omzet hingga 24,4 miliar Rupiah”.

WAGIARTI  : “Biuh-biuh…. Gerakan para pencari korban itu kok tidak terdeteksi oleh para apparat…!. Para RT, RW?”.

WAGIMAN   : “ Ya pasti sudah, bu. Tapi teknologi sangat canggih. Mereka bergerak lewat media maya. Pak RT dan pak RW, ya nggak bisa tiap hari spaneng ngawasi gerakan masing-masing warganya, apalagi lewat media maya”.

WAGIARTI  : “ Tapi  para aparat… polisi, kejaksaan, tentara. Kan mereka punya pasukan syber media, intel. Sarana itu jangan di pakai ngintelin partai politik saja. Tapi masalah-masalah sosial kemasyarakatan juga sangat penting. Setelah kejadian besar, lalu baru rebut. Saling tuding!!”.

WAGIMAN   : “ Ya, begitulah bu. Harap maklum”.

WAGIARTI  : “  Jangan terus harap maklum, pak. Kita masyarakat harus berani mengingatkan”.

WAGIMAN  : “ Yang lebih penting….dalam aparat itu harus tegak lurus pada sumpah profesinya. Masak Sambo bisa bertindak seleluasa itu melindungi para pelanggar hukum. Itu lagi si botak yang batal jadi Kapolda Jatim, yang ternyata pengedar narkoba”.

WAGIARTI  : “ Kembali masalah korban ginjal. Semoga pelakunya di hukum berat!”.

Wagiman menyeruput kopi. Wagiarti mendengar denting mesin cuci, langsung berdiri , menoel paha Wagiman sambil tersenyum manja.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.23.9.2023)

 

 

  

Selasa, 05 September 2023

 

                  SDT. NGOBROL.33

BUDI SAMPURNO.SEPT.2



NGOBROL “TEGA DAN BEJAD"

Setelah menyimpan sapu dan ikrak di gudang, Wagiman cuci tangan serta kaki, langsung menuju teras menyusul Wagiarti. Tangannya yang sudah bersih itu cekatan menggapai gelas berisi kopi.

WAGIARTI  : “ Pak…duduk dulu baru minum. Nggak baik minum sambil berdiri itu”.

WAGIMAN  : “ Ya..ya…Cantikku… Makasih selalu mengingatkan. He he he..ibu habis baca apa kok serius gitu wajahnya”.

WAGIARTI  : “ Saya tadi baca kliping bapak, harian KEDAULATAN RAKYAT, Yogyakarta tgl 5 Juni….Wih kok ngeri ya pak. Tapi sinyalemennya, pasti ya bener. Apalagi di pakai dalam bahasan di Tajuk Rencana”.

WAGIMAN   : “ Tentang apa bu. Saya kok lupa”.

WAGIARTI  : “Ya lupa, wong kliping bapak itu sak tundun gunung gitu. Masalah pelecehan terhadap anak-anak itu lho, pak.. Ngeri ya!”.

WAGIMAN   : “ O, ya . Bapak juga sudah baca. Itu tega dan bejad, bu”.

WAGIARTI    : “ Maksud bapak…?”

WAGIMAN   : “ Ya…sang pelakunya itu. Orangnya tegaan dan juga bejad moralnya!”.

WAGIARTI  : “ Di koran dikatakan, itu fenomena gunung es. Jumlah  sebenarnya itu jauh lebih banyak dari yang terdata. Karena yang jadi korban pelecehan sex ataupun pihak keluarga kebanyakan tidak mau melapor. Malu, namanya tercemar dan juga karena ancaman pelaku.

WAGIMAN  : “ Bener juga, bu yang disampaikan di Tajuk harian KEDAULATAN RAKYAT . Bapak yakini, data yang terungkap sebatas permukaan. Tapi sebenarnya pelecehan sex, dari yang jadi korban atau sang pelaku tidak terungkap seluruhnya, pasti jauh lebih banyak”.”

WAGIARTI  : “ Lho itu data resmi  yang dikeluarkan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia DIY.  Kok bapak bisa bilang gitu?”.

WAGIMAN  : “ Halah….kayak ibu nggak ingat saja. Tetangga sebelah kiri kita sampai isterinya minta cerai… masak nggak ingat…..”.

WAGIARTI  : “ He he he… Ya!. Padahal isterinya cantik dan sexi, kok ya masih tergiur sama pembantunya yang masih bau kencur”.

WAGIMAN   : “ Lalu yang sudah di data dan dilaporkan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia itu apa ya semua di proses secara hukum? . Kan nggak ada kabarnya lagi. Kalau toh di proses, ya…hukumannya ringan”.

WAGIARTI  : “ Dan tidak dipublikasikan!!!. Apa lagi kalau pelaku berhasil mengajak damai korban sak orangtuanya. Ya nggak bikin kapok!!!. Hakimnya juga begitu. Kata pak Machmud MD, banyak markus yang mengelilingi para hakim. Ya… kalau hakimnya jejeg tegak lurus, nggak terpengaruh. Tapi kalau hakimnya penceng…Ya mak leg….suapannya di terima dan hukumannya diringankan”.

WAGIMAN  :” Tapi, hakim yang masih tegak lurus juga masih banyak lho, bu. Yang positif berpikirnya, gitu lho…”.

WAGIARTI  :” Tapi kenyataannya, pak. Pelecehan sex masih marak. Salah satunya ya karena hukumannya tidak berat. Terus di tiru sama orang lain….. Bapak jangan tiru lho ya….!!!”.

Wagiarti ngomong begitu sambil berdiri, berjalan cepat, berjinjit-jinjit dan tertawa ngiklik. Wagiman tersenyum, melihat tingkah Wagiarti.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.5.9.2023)  

 

Sabtu, 02 September 2023

 

SDT NGOBROL32

BUDI SAMPURNO.SEPTEMBER.1



NGOBROL “TETANGGA KOK BEGITU”

Wagiman masih duduk di teras sambil kriak-kriuk makan rengginang oleh-oleh dari pak Santo yang habis wisata ke Yogya. Wagiarti setelah membayar belanjaan ke Ari, pedagang sayur, langsung mau duduk di samping suaminya. Wagiman langsung menegor, agar belanjaan sayurnya  di bawa ke dapur dan di semprot dulu dengan alkohol. Wagiarti tertawa ngiklik, langsung ngibrit ke dapur. Setelahnya, langsung duduk di samping Wagiman dengan wajah yang serius.

WAGIARTI    : “ Pak, kata ibu-ibu tadi…pak Jono sama pak Narto semalam beradu mulut, ramai       sampai seperti orang berantem. Di pisah sama para tetangga”.

WAGIMAN     : “ Ya, sejak dulu bu !  Kedua tetangga itu. Mungkin bisa berhenti kalau salah satunya pindah rumah”.

WAGIARTI    : “ Ngacau ah, bapak. Kok gitu”.

WAGIMAN    : “ Paling yang menjadi penyebabnya pasti masalah pilpres. Seperti lima tahun yang lalu”.

WAGIARTI    : “ I ya pak…Ibu-ibu tadi bilang, juga begitu. Pak Jono mendukung Pak Anies…Lha pak Narto mendukung pak Prabowo. Pak Jono bilang, pak Prabowo itu orangnya sadis, menghilangkan banyak nyawa. Terus di sidang dan di pecat dari TNI”.

WAGIMAN  :” Ya memang benar, bu. Pak Prabowo itu pernah di pecat dari  TNI. Setelah pulang dari melalangbuana terus bikin Partai Gerindra. Dan jadi Ketua Umumnya. Pernah di rangkul ibu Megawati sebagai pasangan Wakil Presiden di Pilpres terdahulu. Tapi kalah. Yang menang dan jadi Presiden Pak Bambang Yudhoyono dengan Wakilnya Pak Hatta Rajasa”.

WAGIARTI  : “ Cerita ibu-ibu tadi lho pak. Pak  Narto bilang kalau Pak Anies hanya pinter ngomong. Kerja sebagai Gubernur DKI nggak ada hasil, nggak becus. Marahlah pak Jono, pot bunga di depan rumah pak Narto di banting. Untung para tetangga pada  datang dan sigap melerai”.

WAGIMAN : “ Kenapa di lerai !!! Biarin saja”.

WAGIARTI  : “ Bapak itu gimana, kok di biarin”.

WAGIMAN  : “ Biar dua-duanya tahu… merasakan…Nggak ada untungnya berdebat soal Pilpres. Biar dua-duanya tahu, bahwa pertengkaran itu mengakibatkan  rugi dua-duanya. Lima tahun yang lalu juga begitu. Berantem sampai rame dipisah tetangga……E…setelah Pilpres , Pak Prabowo gabung dengan pak Jakowi…. Malah mau jadi bawahannya, meskipun jabatan Menteri, tapi namanya kan tetap saja bawahannya pak Jakowi. Yang dulunya saling berebut kursi kepresidenan”.

WAGIARTI  : “ Ya, apa lagi sekarang pak Anies di sebut sebagai pengkhianat oleh pak SBY. Ini pak Narto dapat peluru lagi untuk mengejek pak Jono. Tapi yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya supaya mereka itu tidak berantem berkelanjutan “.

WAGIMAN  : “ Ya, tugas pak RT lah…!!!”

WAGIARTI  : “ Ya, nggak mungkinlah pak.Wong pak RT nya usianya lebih muda dari pak Jono dan pak Narto. Apa ya, pak RT di gubris…. Sebaiknya pak RT itu di dampingi oleh para sesepuh kampung. Biar ada tambah wibawa. I ya pak, cepet sarankan ke pak RT. Biar mereka sadar. Perseteruannya  tidak berlanjut. Biar tidak mengganggu ketenteraman para tetangga”.

WAGIMAN : “ He he he….Pucuk di cinta, ulam tiba, bu. Tuh pak RT ketok-ketok pintu pagar kita”.

WAGIARTI : “  Lha dallah…. Saya tak masuk. Saya siapkan wedang kopinya”.

Wagiarti langsung berdiri, berjalan ke dapur. Wagiman berlari-lari kecil membukakan pintu pagar.

(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.9.2023)