SDT.NGOBROL34
BUDI SAMPURNO.SEPT.2
Wagiman tersenyum melihat polah ibu-ibu mengerumini
tukang sayur. Tukang sayur sudah pergi, tapi
ibu-ibu masih serius ngobrol. Seorang ibu mengelus dada berkali-kali. Setelah
bubaran, Wagiarti ke dapur. Menyusul Wagiman
sambil membawa segelas kopi panas.
WAGIMAN
: “ Bu, saya tadi baca kliping tapi mundur”.
WAGIARTI
: “ Baca kliping mundur?. Maksud bapak?.
WAGIMAN
: “ Baca kliping yang di bulan-bulan lalu. Saya menemukan berita yang
mengerikan. Itu lho….jual beli ginjal tapi illegal”.
WAGIARTI
: “ Lah… kok sama, bu Hendrik kan
beli pete yang belum kupasan. Masih ada kulitnya, Di bungkus kertas koran, kebetulan ada berita
tentang jual beli ginjal illegal. Wah, ibu-ibu spontan emosi pol. I ya, pak.
ngeri, sadis, raja tega demi uang”.
WAGIMAN : “Alhamdulillah, sudah ditangani aparat kok
bu”.
WAGIARTI :
“Ditangani sih ditangani….Tapi nanti hasilnya gimana…hukumannya
gimana. Imbangkah dengan perbuatannya. Di
pengadilan ketemu Jaksa dan Hakim yang penceng. Dituntut ringan. Putusan Hakim
juga ringan nanti. Setelah masuk bui, dapat potongan”.
WAGIMAN : “ Sayangku…kok nrocos seperti
mercon berantai……”.
WAGIARTI : “ Habis kita tiap hari disuguhi
berita…para penegak hukum yang penceng. Ya di koran …televisi…ya di radio….”.
WAGIMAN
: ” He he he di radio…. Jadi
ingat lagunya Gombloh….”.
WAGIARTI
: “ Bapak ini, ah….malah bercanda. Ini permasalah serius pak. Ginjalnya bisa
di jual ratuan juta “.
WAGIMAN
: “ Nggak bercanda saya, bu. Ini
ada kliping Jawa Pos yang bapak simpan, ginjal itu laku 200 Juta Rupiah.
Pihak Polri sudah bekerja keras serta berhasil menangkap dan dijadikan
tersangka sejumlah 714 orang!”.
WAGIARTI
: ” Hoooiii….714 orang tersangka. Ini
sudah sindikat besar … mengglobal”.
WAGIMAN
: “ Sangat mengejutkan memang,….Direktur Reserse Kriminal Umum Polda
Metro Jaya, Kombes Pol. Hengki Haryadi menyebut, bahwa sindikat penjual ginjal
jaringan internasional sudah memiliki omzet hingga 24,4 miliar Rupiah”.
WAGIARTI
: “Biuh-biuh…. Gerakan para pencari korban itu kok tidak terdeteksi oleh
para apparat…!. Para RT, RW?”.
WAGIMAN
: “ Ya pasti sudah, bu. Tapi teknologi sangat canggih. Mereka bergerak
lewat media maya. Pak RT dan pak RW, ya nggak bisa tiap hari spaneng ngawasi
gerakan masing-masing warganya, apalagi lewat media maya”.
WAGIARTI
: “ Tapi para aparat… polisi, kejaksaan,
tentara. Kan mereka punya pasukan syber media, intel. Sarana itu jangan di
pakai ngintelin partai politik saja. Tapi masalah-masalah sosial kemasyarakatan
juga sangat penting. Setelah kejadian besar, lalu baru rebut. Saling tuding!!”.
WAGIMAN
: “ Ya, begitulah bu. Harap
maklum”.
WAGIARTI : “ Jangan
terus harap maklum, pak. Kita masyarakat harus berani mengingatkan”.
WAGIMAN
: “ Yang lebih penting….dalam aparat itu harus tegak lurus pada sumpah
profesinya. Masak Sambo bisa bertindak seleluasa itu melindungi para pelanggar
hukum. Itu lagi si botak yang batal jadi Kapolda Jatim, yang ternyata pengedar
narkoba”.
WAGIARTI
: “ Kembali masalah korban ginjal. Semoga pelakunya di hukum berat!”.
Wagiman menyeruput kopi. Wagiarti
mendengar denting mesin cuci, langsung berdiri , menoel paha Wagiman sambil
tersenyum manja.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.23.9.2023)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar