Senin, 28 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO.EB.2

SDT.BUKU.2

Buku yang sangat menarik ini di tulis oleh Dr. SUCIATI, S.Sos,M.Si, di beri judul KOMUNIKASI DALAM MULTI PERSPEKTIF diterbitkan oleh Penerbit BUKU LITERA YOGYAKARTA. Alamat, Jln. Minggiran MJ II/1378 RT.63/17. Kelurahan Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta, tlp.0274-388895, 08179407446, E-mail: bukulitera@gmail.com, matapadi_media@yahoo.com .

Editor, Dr.SUCIATI, S.Sos,MSi ; Perancang Sampul, Ibnu Teguh; Penata Letak, Ibnu Teguh, di cetak th 2017.

Buku ini terdiri dari 9 bab:

BAB  I      : MEMAHAMI TEORI

BAB II      : MODEL-MODEL KOMUNIKASI

BAB III     : KOMUNIKASI SEBAGAI PRODUKSI PERTUKARAN MAKNA

BAB IV     : PARADIGMA POSITIVISTIK

BAB V       : PARADIGMA INTERPRETIF

BAB VI     :  PARADIGMA KRITIS

BAB VII   : TEORI-TEORI POSITIVISTIK

BAB VIII  : TEORI-TEORI INTERPRETIF

BAB IX     : TEORI-TEORI KRITIS

Buku ini menurut penulisnya memberikan kajian tentang teori-teori komunikasi yang di lihat dalam berbagai prespektif. Didalamnya  dipaparkan dengan jelas  tentang paradigma positivistik, paradigma interpretif serta paradigma kritis yang mewakili pendekatan penelitian di bidang komunikasi. Selain paradigma juga dipaparkan teori-teiri yang akan menjadi pisau analisa penelitian sesuai dengan paradigma yang di pilih oleh para peneliti.

Penulis SUCIATI kelahiran Salatiga, 13 April 1972. S1 di tempuh di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro, Semarang. Program Masternya di peroleh di Universitas Sebelas Maret, Surakarta di lanjut program Doktor dengan konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam dan lulus tahun 2014.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.28.2.2022)

 

Sabtu, 26 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO. FEB.1.

SDT.SASTRA.17

JANNANG SANG HAJAH RUHI.

Cerpen di JAWA POS Sabtu, tgl 19 Febuari 2022 menyajikan kisah JANNANG, karya ALFIAN DIPPATAHANG. Penulis adalah Pemenang Pertama Sayembara Penulisan Kreatif Kategori Cerpen oleh Dewan Bahasa Dan Pustaka Malaysia di tahun 2021. Karyanya berjudul MATI MUDA. Selain itu juga menulis puisi dan fiksi

Di JAWA POS, ALFIAN berceritera tentang seorang jannang bernama Hajah Ruhi, yang digembar-gemborkan oleh Hajah Mello karena telah membuat malu Hajah Dewan, ketika punya hajat membuat para tamu yang hadir dalam hajatan, menjadi sakit, muntah-muntah  dan ada yang sampai harus di rawat di rumah sakit. Masakan Hajah Ruhi  beracun. Dan yang menyedihkan, Hajah Ruhi di usir dari tempat hajatan dan di maki-maki serta di minta bertanggungjawab dalam bentuk ganti rugi. Hajah Ruhi malu dan dipermalukan. Padahal, pekerjaan inilah yang menjadi sandaran utama hidupnya. Sebelun kejadian di hajatan Hajah Dewan, racikan masakan Hajah Ruhi sangat terkenal kelezatannya. Takarannya bisa selalu pas di selera para tamu. Hajah Mello selalu saja melarang orang-orang untuk memberi kesempatan dan mempercayai Hajah Ruhi menjadi jannang kembali. Dikatakan, Hajah Ruhi sudah tua. Ingatan dan tenaganya sudah menurun. Begitu upaya pembatasan yang selalu dilontarkan Hajah Mello kala ada orang yang akan dan hendak bikin hajatan.

Namun, pembatasan yang dilakukan oleh Hajah Mello tak sanggup mencegat semua orang untuk ikut pandangannya.

Hajah Ruhi putus asa, tetapi kabar gembira menyeruak dan memberi harapan untuk memperbaiki nasibnya. Supiati telah memintanya kembali untuk menjadi jannang, meskipun hanya hajatan kecil, bukan pernikahan, tetapi acara aqiqahan.

Tatti, ibu Supiati merasa jehah dengan putusan anaknya untuk mendatangkan Hajah Ruhi sebagai tukang masaknya untuk acara aqiqoh tsb. Bu Tatti sudah terpengaruh oleh provokasi Hajah Mello. Bu Tatti meminta Supiati untuk mempertimbangkan kembali putusannya mempergunakan Hajah Ruhi sebagai jannang dalam acaranya. Namun Supiati tetap pada pendiriannya, yaitu tetap mempersilahkan Hajah Ruhi untuk memimpin masak memasak dalam acara aqiqoh. Bu Tatti tetap berusaha membatalkan putusan anaknya dengan menyodorkan catering saja untuk menangani acara aqiqoh tsb. Tetapi Supiati tetap kokoh pendiriannya dan bu Tatti sampai bicara setengah mengancam :” Saya tak akan ikut bertanggungjawab jika makanan yang dihidangkan Hajah Ruhi tak dicicipi oleh tamu”. Dan anaknya menjawab |”  Saya yakin, masakan Hajah Ruhi tak berani di-cela orang, bu”.

Bu Tatti tak menanggapi lagi dan berlalu. Meski ada keraguan di hati Supiati, harapannya di tentang oleh ibunya, Supiati tak mungkin menarik permintaannya pada Hajah Ruhi. Ia hanya ingin membantu mengembalikan muka dan kepercayaan dari Hajah Ruhi yang telah direcoki oleh orang-orang.

Di acara yang telah ditentukan, semua tamu yang di undang pada hadir, kecuali Hajah Mello. Tidak hadir, meskipun juga di undang oleh Supiati.

Yang hadir justru Hania. Siapa Hania itu ?. ALFIAN DIPPAHATANG sebagai penulis cerpen memberi gambaran sbb: Sejak dulu Hania berusaha setia menjadi pesuruh Hajah Mello. Namun, sebenarnya, Hania juga sudah muak dengan Hajah Mello yang selalu mau membahayakan dirinya. Hania belum bisa menghindar sebab ia dan suaminya masih di percaya menggarap tanah milik Hajah Mello. Lebih dari itu, total utang Hania sebanyak sepuluh juta untuk  tiga orang yang ia tempati meminjam pernah dibayarkan oleh Hajah Mello. Hania tak di minta untuk mengembalikan. Namun, kala itu ia menangkap pernyataan Hajah Mello, bahwa ia berhutang budi dengan cara lain.

Kini Hania di minta kembali merusak makanan yang di racik Hajah Ruhi. Ulah Hania-lah yang membikin para tamu Hajah Dewan mual dan muntah-muntah. Ia memang tak sampai hati dan berani menaruh racun, tetapi ulat kecil yang ia taburi ke makanan berkuah yang disajikan kala itu mengakibatkan Hajah Ruhi menanggung malu.

Begitu tahu Hania sudah datang, Suoiati meminta  anggota keluarganya untuk mengawasi gerak-gerik Hania. Acara aqiqoh Supiati sedang berjalan dan Hania masuk dapur. Supiati resah.  Hajah Ruhi berusaha tersenyum walau berat saat disenyumi oleh Hania. Pikiran Hajah Ruhi mulai terganggu dengan kedatangan Hania, namun anggota keluarga Supiati tetap mengawasinya.

Diakhir cerpennya ALFIAN membuat kejutan dengan kata-kata Hania yang ditujukan kepada Hajah Ruhi: “Saya menyesal Hajah Ruhi. Saya sangat menyesal. Maafkan saya!”.

Arah pernyataan Hania tentu saja dipahami orang-orang, begitu juga dengan Hajah Ruhi. Pandangan mata kini tertuju pada Hania.

Tema yang disodorkan ALFIAN sebagai penulis cerpen, memang menarik. Persaingan di segala bidang pasti ada dan memang persaingan itu harus ada guna mencapai kesuksesan. Tetapi bentuk persaingannya sebaiknya harus jujur dan jangan dengan jalan mencelakakan orang lain.

Lancar serta enak ALFIAN menggiring imajinasi pembaca mengikuti aliran cerita yang dituangkan dalam bentuk cerita pendek.

Namun sampai akhir kalimat penutup cerpen dan saya baca berulang kali, saya tetap belum mendapatkan jawaban dari ALFIAN “ Kena apa Hajah Mello sangat membenci Hajah Ruhi ? “. Sampai-sampai hatinya tega untuk menyuruh Hania meracuni masakan racikan Hajah Ruhi, ketika mendapat tugas di hajatan Hajah Dewan dahulu. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.2.2022)    

 

 

 

Senin, 21 Februari 2022

 

 

BUDI SAMPURNO.FEB.1

SDT.BUKU.1

 


 

Buku ini di beri judul “ACTING 4 TEENS (SURE U CAN)”, di tulis oleh ANNEKE PUTERI, diterbitkan oleh PUSTAKA INI JATI ,Jatibening Dua.Jl.BeringinI B/22, Pondok Gede

Buku ini di tulis oleh ANNEKE PUTERI, di beri judul ACTING 4 TEENS (SURE U CAN), cetakan pertama Januari 2008, diterbitkan oleh PUSTAKA INTI, Jatibening Dua Jl. Beringin I B/22 Pondok Gede Bekasi

Bekasi. Editor Sdr. M.H.ZIRZIS.LEVI, Lay Out & Cover Sdr.A.[SYAHHID]IN. fotografer Sdr.A.[SYAHID]IN, model Sdr.ANNEKE PUTERI dan NABILA, GITA, Tlp/Fax 021-8470870.

Daftar Isi yang disajikan :

ACT I     ; WHAR R U DREAMING OF….

ACT II    : TALENT ! CONVINCED !! DESIRE !!! PHYSICAL!!!

ACT III   : CHARACTERS

ACT IV   : ART 4 CHARRITY

ACT V     : DEAL WITH REPORTERS

ACT VI   : DIALOGUE

ACT VII  : IMAGINATION

ACT VIII : POETRY READING

ACT IX    : ACTING WITH PUPPET

ACT X     : MODELING AND DANCING

ACT XI    : CAMERA INTRODUCING

ACT XII  :  SCENARIO

ACT XIII : STORY TELLING

ACT XIV : RULES AND ETHICS

ACT XV   : FRIEND WHO BELIEVE THAT ACTING

CAN BE ENOUGH FOR THEIR LIFE

ABOUT CMP, A KLINIK AKTING PLUS

MAJU TAK GENTAR FOUNDATION AND ME

Buku ini tentunya menjadi penting bagi mereka, terutama anak-anak muda yang ingin terjun dalam dunia perfilman. ANNEKE PUTERI menulis dengan gamblang rentetan yang wajib di- tempuh bagi peminat dan yang ingin terjun langsung ke dunia film. Bagi orang awam juga dirasakan perlu karena akan menambah banyak pengetahuan dalam perfilman. Tidak hanya itu, mereka yang bergumul kancah dipendidikan rasanya juga perlu membaca buku ini, agar dalam mengajar bisa memberikan motivasi kepada anak didiknya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.21.2.2022)

BUDI SAMPURNO. FEB.3

SDT.INFORMASI.98



 

 

Sabtu, 19 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO.FEB.3

SDT.NGOBROL.7

NGOBROL NYAMUK

Setelah pak RT pergi, Wagiman segera kembali ke teras, meneruskan membaca surat  kabar hari itu. Matanya ketap-ketip, matanya diucek-ucek. Wagiarti dari dalam berjalan ke-teras sambil membawa wedang kopi. Melihat tingkah suaminya, Wagiarti tertawa dan nyeletuk : “Makanya kacamatanya di pakai dulu baru membaca….”.

WAGIMAN : “Astaqhfirullaahal ‘azhiim…….Makanya huruf-hurufnya kok kabur. Lha kacamatanya belum saya pakai….hi hi hi…”

WAGIARTI: “ Itu namanya sudah sepuh…sudah tua….sudah mulai pikun”.

WAGIMAN: “ Ah…ibu ini…ya tolong kacamata bapak diambilkan”.

WAGIARTI: “ Itu di bawah lembar surat kabar satunya…ooo dasar sudah pikun. Tadi pak RT kok nggak di suruh masuk, duduk di teras. Kok berdiri saja di pinggir jalan”.

WAGIMAN: “ Ya…pak RT memang ngomong seperlunya dan terus mau keliling, katanya. Supaya warga berhati-hati”.

WAGIARTI: “ Memangnya omong apa kok serius dan warga supaya hati-hati, pak?”.

WAGIMAN: “ Itu tentang DB…deman berdarah yang sedang marak di daerah ini”.

WAGIARTI: “ I ya, di RT sebelah itu sudah ada yang terpapar DB. Yang satu anak kecil dan satunya sudah dewasa lho, malah sudah kerja”.

WAGIMAN: “ Harapan pak RT tadi ya…mudah-mudahan wilayah kita ini tidak sampai terjadi KLB. Artinya KLB….Kejadian Luar Biasa. Itu kalau ada peningkatan jumlah penderita DB serta kematiannnya mencapai dua kali lipat dalam kurun waktu satu minggu atau bulan jika dibandingkan dengan satu mingu atau satu bulam sebelumnya”.

WAGIARTI: “ Ya yang jelas kan penanggulangan DB ini bukan mutlak kewajiban Pemerintah saja kan pak. Semua masyarakat juga punya kewajiban untuk memelihara wilayahnya agar tidak terjangkit DB”.

WAGIMAN: “ Masyarakat memang wajib memutus siklus kehidupan nyamuk, itu yang biasa di sebut dengan PSN atau Pemberantasan sarang nyamuk “.

WAGIARTI: “Dulu pernah dijelaskan DB itu asalnya memang dari nyamuk Aedes aegypti  dan ini lebih sering berterbangan di dalam rumah. Ciri-cirinya tubuh berwarna hitam, ada garis-garis dan bercak putih_.

WAGIMAN: “Ada lagi jenis nyamuk yang di sebut Aedes albopictus”.

WAGIARTI: “ Na…itu pak…waktu ibu datang di acara PKK, nyamuk jenis yang itu sering di berada di kebun. Nyamuk itu bertubuh hitam serta ada garis lurus putih pada bagian tengah punggungnya. Karena nyamuk itu berada di rumah dan di kebun, maka semua umur dapat terpapar DB, yang ditandai dengan suhu badan panas tinggi, kalau belum tertangani akan menimbulkan pendarahan berupa bercak-bercak merah”

WAGIMAN: “ Dan bisa berakibat lebih lanjut, yaitu…” selamat jalan “…Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam ikut menanggulangi penularan DB sangat penting. Kita…masyarakat harus sadar untuk melakukan 3 M, menutup, menguras dan mengubur”.

WAGIARTI: “ Waktu acara PKK juga dijelaskan…kalau belum KLB, daerahnya tidak perlu di fogging, karena akan mematikan binatang-binatang lain yang sebenarnya justru kita butuhkan. Seperti…cicak yang justru memakan nyamuk”.

WAGIMAN: “Pinter ibu. Bisa jadi penyuluh kalau begini”.

Wagiarti tidak menjawab sanjungan Wagiman, karena mesin cuci sudah berdenting. Langkahnya meninggalkan suaminya sampai-sampai mengagetkan Wagiman. Wagiman maklum, pasti ke belakang ngurusi cucian.(Budi Sampurno, Mak’skom.IPJT.19.2.2022)

 

 

 

 

Kamis, 10 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO.FEB.2.

SDT.NGOBROL.6


NGOBROL PERS.

Wagiman pagi itu membersihkan kursi-kursi di teras. Wagiarti masih menyingsingkan lengan bajunya sambil nyapu ruang tamu. Keduanya dikejutkan suara teriakan loper surat-kabar :” Maaf pak !! Kesiangan. Hujan !. Banjir di depan pak !!”.

WAGIMAN  : “Ooo, ya mas..!!!. Nggak apa-apa2. Maturnuwun…Ati-ati, masih gerimis lho!!! “.

Sang loper surat-kabar tidak menjawab, tetapi melambaikan tangannya, membetulkan kerah jas hujannya dan segera tancap gas meninggalkan rumah Wagiman.

WAGIARTI : “ Ini anak memang benar-benar bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Hujan-pun dia terjang. Demi pelanggannya dapat segera membaca surat-kabar. Membaca berita-berita aktual”.

WAGIMAN :” I ya bu…Masih kuliah lagi… Angkat topi saya bu “.

WAGIARTI :”Angkat topi….mana…bapak nggak pakai topi, kok angkat topi…hi hi hi. Saya ke dapur pak, bikin wedang kopi. Di tunggu ya”.

Wagiman nyengir saja mendengar omongan isterinya. Tangannya lalu meraih surat-kabar. Memasang kacamata dan segera terbenam mengurai berita-berita yang disajikan surat-kabar terbitan pagi itu. Tak lama kemudian Wagiarti datang sambil membawa segelas wedang kopi yang masih mengepulkan asapnya.

WAGIMAN :” Sayang sama saya to bu. Kok tiap pagi saya dibuatkan wedang kopi….”

WAGIARTI: “ Oooo…rayuan gombal….Ada berita apa pak di surat -kabar ?”.

WAGIMAN: “ Ya…Ini berita tentang Hari Pers Nasional..”

WAGIARTI: “ Ramai pak peringatannya ?. Tapi pers sekarang kok gitu ya…kurang greget. Ada yang greget…tapi bikin gregetan saja..”

WAGIMAN: “ Ya…memang begini jamannya. Lain dengan dulu. Sekarang kan sudah sangat banyak saingannnya. Pers itu dalam arti sempit adalah yang tercetak. Seperti surat-kabar, majalah…Tapi pers dalam arti luas adalah yang berbentuk elektronik. Seperti radio, televisi. Dan sekarang ada lagi…media maya yang bisa diakses pakai komputer, pakai telepon genggam”.

WAGIARTI: “Pakai telepon genggam saja kita sudah bisa mencari berita apa saja. Dalam negeri, luar negeri. Cari berita serius, cari dagelan, cari yang miring-miring ke porno…. Ada semua. Tinggal klik…klik…klik…”

WAGIMAN:” Hayo…ketahuan…ibu suka klik yang miring-miring itu ya…”

WAGIARTI:” Biasalah…namanya manusia..melihat yang miring-miring….itu ya naturallah pak !. Mungkin karena itu, surat-kabar hidupnya sekarang terseok-seok. Iklan juga banyak yang lari ke media elektronik. Lebih praktis, lebih mengena di hati penontonnnya, karena bisa memakai gambar bergerak, berwarna lagi”.

WAGIMAN: “Pinter ibu. Makanya surat-kabar isinya tidak seperti dulu. Dulu masih menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Tapi….. ya perlu di ingat, bahwa penerbitan pers itu adalah sifatnya industri, komersial. Jadi ya wajib cari untung. Untuk apa….ya untuk biaya operasional, bayar gaji  wartawannya, tenaga administrasinya, pemeliharaan gedung dan penambahan modal serta yang lainnya. Makanya ibu merasa adanya pers yang meninggalkan kode etik jurnalistik”.

WAGIARTI: “Kan ada…apa itu…..Dewan…”.

WAGIMAN: “Dewan Pers. Kalau bagi media elektronik ada Komisi Peyiaran Indonesia…”

WAGIARTI: “Lalu…kan Lembaga-lembaga itu bekerja berlandaskan Undang-Undang?”.

WAGIMAN: “I ya untuk pers…ada Undang-Undang no.40 Tentang Pers. Th 1999, untuk yang elektronik ada Undang-Undang No. 32 Tentang Penyiaran Tahun 2002”.

WAGIARTI: “Jelas kan landasan kerjanya…Lalu sekarang yang duduk-duduk di lembaga itu apa kerjanya?. Duduk-duukkk saja..terus dapat gaji…?”.

WAGIMAN: “ E…nggak usah emosi…. Sekarang lembaga-lembaga itu nggak punya gigi untuk mengambil tindakan”. Dan persaingan bisnis ini mengakibatkan penerbitan pers atau surat-kabar banyak yang hidupnya kembang-kempis”.

WAGIARTI: “ Ya pak…Apa lagi kalau yang duduk di lembaga-lembaga itu sudah berbau politik. Wah…ya sudah. Masyarakat yang bingung, di kepung informasi, tapi informasinya banyak yang hoaxs, provokasi…”.

WAGIMAN: “Sudah bu…nggak usah emosi…semuanya sudah ada yang ngurusi…Itu ada Kementerian KOMINFO…”.

WAGIARTI: “ Ya…Tapi….Eeeee…mesin cuci sudah berdenting. Saya ke belakang dulu pak”.

Wagiarti berdiri dan ngelonyor masuk ke belakang. Dari dalam berteriak : “ Pak…Kopinya segera dihabisin…!!!”.

Wagiman tidak menjawab, hanya tersenyum. Tangannya meraih gelas kopi. Diteguknya sampai habis. Dan kembali tangannya meraih surat-kabar serta memasang kacamatanya. Di luar hujan mulai menderu, menyemburkan air serta menghembuskan angin cukup kencang sehingga teras rumah Wagiman menjadi setengah basah. Wagiman masih tetap saja membaca. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.10.2.2022) Mas Wahyu Kokkang,maaf pinjam ilustrasinya.

 

Rabu, 09 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO.FEB.1

SDT.SDT.INFORMASI.97



 

BUDI SAMPURNO.FEB.1.2022

SDT. KOMEN.18.

MENGHADANG GELOMBANG COVID.

 

Pandemi Covid-19 bersama varian barunya—Omicron mulai menggila di tanah air. Pemerintah dan para tokoh masyarakat telah menghimbau, agar masyarakat tidak panik, tetap tenang, tetapi tetap harus mentaati protokol kesehatan.

Situasi yang demikian itu, sekiranya yang membuat Harian JAWA POS pada hari Senin, tgl. 7 Februari menurunkan JATI DIRINYA dengan judul AWAL KURVA DAN KESIAPAN FASKES. Diakhir JATI DIRInya di tulis :Bila pemerintah memerintahkan lansia tidak keluar rumah, pemerintah juga harus segera menghentikan proses pembelajaran tatap muka 100 persen. Percuma lansia tetap di rumah, sementara anak cucunya masih keluar masuk rumah dan berkerumun di sekolah dan di tempat-tempat umum.

Pembatasan kegiatan  keagamaan dan penegakan prokes di lingkungan perkantoran juga harus kembali diterapkan. Ekonomi bisa tumbuh lagi, tapi nyawa rakyat harus menjadi prioritas paling utama.

Apa yang dimaksud JATI DIRI itu memang sangat benar. Karena kasus penularan Covid sudah terjadi, bukan hanya anak didik yang tertular, tetapi ada guru-guru yang tertular pula. Angka kematian karena Covid juga melonjak. Ini sangat memprihatinkan.

Lalu bagaimana dengan sikap masyarakat. Inilah yang memprihatinkan, karena sudah banyak orang yang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Kita sudah sangat sering melihat, bertemu banyak orang yang berada di jalan, di tempat umum, tidak memakai masker. Beberapa kali kita juga mendengar,a acara-acara reuni, parawisata, kuliner diselenggarakan. Dan pasti bertabir dengan, tetap mengetrapkan protokol kesehatan.

Anehnya, terkadang para ahli juga ada yang memberikan pandangan-pandangan yang bersikap kurang simpati terhadap upaya-upaya Pemerintah dalam menanggulangi pandemi ini. Apalagi mereka yang mempunyai kepentingan politik tertentu. Pandangan-padangannya cenderung berbau provokasi. Sayang, tingkat intelektualnya menjadi tingkat intelektual rendahan.

Belum lagi mereka yang mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan secara illegal. Seperti yang terjadi di Banyuwangi. Bagusnya Dinas Kesehatan Banyuwangi bertindak cepat dan tegas. Yaitu dengan menutup 15 titik tes antigen illegal. Yang disinyalir tidak memiliki ijin praktek serta  rata-rata SDM-nya masih kurang dan belum memiliki pengolahan sampah dan limbah medis.

Sangat diharapkan masyarakat bisa bersifat dewasa dalam berpikir dan bertindak untuk menyikapi berita-berita yang tidak jelas sumbernya serta bersifat hoaxs. Masyarakat tidak perlu bingung, karena aparat mulai RT,RW, Kelurahan, Kecamatan dan ditingkat berikutnya selalu siap memberikan bantuan dalam mengatasi informasi yang simpang siur tsb. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.9.1.2022)

 

 

 

Rabu, 02 Februari 2022

 

Budi Sampurno.Feb.1

SDT.NGOBROL.5

NGOBROL TENTANG SEKOLAHAN.

Pagi itu udara sangat cerah. Matahari memperlihatkan kejantanannya dengan menyebarkan rasa panas yang cukup menyengat. Namun pagi itu ada sepasang suami-isteri yang tampak gelisah, setelah membaca berita tentang kekerasan guru kepada anak didiknya.

WAGIARTI    :” Aneh ya pak, guru itu kalau orang Jawa kan di bilang –di gugu lan ditiru. Artinya omongannya bisa di percaya dan semua kelakuannya, sifat-sifatnya bisa di tiru. Lha kok sekarang guru banyak yang petakilan menghukum anak didiknya dengan kekerasan. Belum lagi ada guru yang melakukan hal-hal yang tidak senonoh….yang cium-ciumlah…yang pegang-pegang susulah….. Hih…..”

WAGIMAN    :” Ya….tapi kan tidak semua guru bu. Guru yang benar-benar mendidik dengan mengorbankan kepentingan pribadinya juga banyaklah….”

WAGIARTI     : “ Sekolah itu seharusnya kan menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak didiknya, karena kondisi phisik sekolahan dan para gurunya mengajar dengan jiwa kasih sayang”.

WAGIMAN     : “ Ya, memang seharusnya begitu bu. Kalau ada muridnya yang melakukan kesalahan sebaiknya di cari penyebabnya. Lalu di hukum …ya…. di hukum, tapi hukumnya itu hukuman yang menggugah si anak didik supaya memperbaiki dan tidak melakukan hal yang sama lagi “.

WAGIARTI    : “ He he he…pinter bapak kalau pidato..”

WAGIMAN    : “ I ya dong, bu. Itu juga karena bapak suka baca-baca media dan juga kamus. Pendidikan itu merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Itu catatan Kamus lho bu….. Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke 4, Departemen Pandidikan Nasional, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta th. 2008, di halaman 326”.

WAGIARTI    : “ Tapi sekarang kena apa kok ada guru yang berbuat jahat terhadap anak didiknya. Seakan dia itu tidak memahami, tidak mengerti dan tidak menghayati profesinya sebagai guru”.

WAGIMAN    :”Ya…mungkin sekarang ini sepertinya semua lulusan itu bisa menjadi guru.

Kalau dahulu untuk menjadi seorang guru itu kan harus melalui pendidikan khusus, misalnya lulus SGB,SGA, untuk jenjang yang lebih tingggi ada IKIP. Sehingga ketika lulus mengajarnya ya …profesional, karena jiwanya sudah terbenam dalam ilmu Pendidikan”.

WAGIARTI   :” Bener juga yang pak…. Eeeee…itu mesin cuci sudah berdenting…Saya ke belakang dulu ngurusi cucian…”.

Wagiarti langsung berdiri dan berjalan ke-belakang, sedangkan Wagiman berdiri mengembalikan kamus kesayangannya.

Matahari semakin memperlihatkan kejantanannya, panas terik, udara menyengat seiring dengan pemikiran para ahli didik yang belum mendapat solusi jitu agar tidak ada lagi guru yang berbuat kasar terhadap anak didiknya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.2.2022)