BUDI
SAMPURNO.FEB.2.
SDT.NGOBROL.6
NGOBROL
PERS.
Wagiman
pagi itu membersihkan kursi-kursi di teras. Wagiarti masih menyingsingkan
lengan bajunya sambil nyapu ruang tamu. Keduanya dikejutkan suara teriakan
loper surat-kabar :” Maaf pak !! Kesiangan. Hujan !. Banjir di depan pak !!”.
WAGIMAN : “Ooo, ya mas..!!!. Nggak apa-apa2.
Maturnuwun…Ati-ati, masih gerimis lho!!! “.
Sang
loper surat-kabar tidak menjawab, tetapi melambaikan tangannya, membetulkan
kerah jas hujannya dan segera tancap gas meninggalkan rumah Wagiman.
WAGIARTI
: “ Ini anak memang benar-benar bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Hujan-pun
dia terjang. Demi pelanggannya dapat segera membaca surat-kabar. Membaca
berita-berita aktual”.
WAGIMAN
:” I ya bu…Masih kuliah lagi… Angkat topi saya bu “.
WAGIARTI
:”Angkat topi….mana…bapak nggak pakai topi, kok angkat topi…hi hi hi. Saya ke
dapur pak, bikin wedang kopi. Di tunggu ya”.
Wagiman
nyengir saja mendengar omongan isterinya. Tangannya lalu meraih surat-kabar.
Memasang kacamata dan segera terbenam mengurai berita-berita yang disajikan
surat-kabar terbitan pagi itu. Tak lama kemudian Wagiarti datang sambil membawa
segelas wedang kopi yang masih mengepulkan asapnya.
WAGIMAN
:” Sayang sama saya to bu. Kok tiap pagi saya dibuatkan wedang kopi….”
WAGIARTI:
“ Oooo…rayuan gombal….Ada berita apa pak di surat -kabar ?”.
WAGIMAN:
“ Ya…Ini berita tentang Hari Pers Nasional..”
WAGIARTI:
“ Ramai pak peringatannya ?. Tapi pers sekarang kok gitu ya…kurang greget. Ada
yang greget…tapi bikin gregetan saja..”
WAGIMAN:
“ Ya…memang begini jamannya. Lain dengan dulu. Sekarang kan sudah sangat banyak
saingannnya. Pers itu dalam arti sempit adalah yang tercetak. Seperti
surat-kabar, majalah…Tapi pers dalam arti luas adalah yang berbentuk
elektronik. Seperti radio, televisi. Dan sekarang ada lagi…media maya yang bisa
diakses pakai komputer, pakai telepon genggam”.
WAGIARTI:
“Pakai telepon genggam saja kita sudah bisa mencari berita apa saja. Dalam
negeri, luar negeri. Cari berita serius, cari dagelan, cari yang miring-miring
ke porno…. Ada semua. Tinggal klik…klik…klik…”
WAGIMAN:”
Hayo…ketahuan…ibu suka klik yang miring-miring itu ya…”
WAGIARTI:”
Biasalah…namanya manusia..melihat yang miring-miring….itu ya naturallah pak !.
Mungkin karena itu, surat-kabar hidupnya sekarang terseok-seok. Iklan juga
banyak yang lari ke media elektronik. Lebih praktis, lebih mengena di hati
penontonnnya, karena bisa memakai gambar bergerak, berwarna lagi”.
WAGIMAN:
“Pinter ibu. Makanya surat-kabar isinya tidak seperti dulu. Dulu masih
menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Tapi….. ya perlu di ingat, bahwa
penerbitan pers itu adalah sifatnya industri, komersial. Jadi ya wajib cari
untung. Untuk apa….ya untuk biaya operasional, bayar gaji wartawannya, tenaga administrasinya,
pemeliharaan gedung dan penambahan modal serta yang lainnya. Makanya ibu merasa
adanya pers yang meninggalkan kode etik jurnalistik”.
WAGIARTI:
“Kan ada…apa itu…..Dewan…”.
WAGIMAN:
“Dewan Pers. Kalau bagi media elektronik ada Komisi Peyiaran Indonesia…”
WAGIARTI:
“Lalu…kan Lembaga-lembaga itu bekerja berlandaskan Undang-Undang?”.
WAGIMAN:
“I ya untuk pers…ada Undang-Undang no.40 Tentang Pers. Th 1999, untuk yang
elektronik ada Undang-Undang No. 32 Tentang Penyiaran Tahun 2002”.
WAGIARTI:
“Jelas kan landasan kerjanya…Lalu sekarang yang duduk-duduk di lembaga itu apa
kerjanya?. Duduk-duukkk saja..terus dapat gaji…?”.
WAGIMAN:
“ E…nggak usah emosi…. Sekarang lembaga-lembaga itu nggak punya gigi untuk
mengambil tindakan”. Dan persaingan bisnis ini mengakibatkan penerbitan pers
atau surat-kabar banyak yang hidupnya kembang-kempis”.
WAGIARTI:
“ Ya pak…Apa lagi kalau yang duduk di lembaga-lembaga itu sudah berbau politik.
Wah…ya sudah. Masyarakat yang bingung, di kepung informasi, tapi informasinya
banyak yang hoaxs, provokasi…”.
WAGIMAN:
“Sudah bu…nggak usah emosi…semuanya sudah ada yang ngurusi…Itu ada Kementerian
KOMINFO…”.
WAGIARTI:
“ Ya…Tapi….Eeeee…mesin cuci sudah berdenting. Saya ke belakang dulu pak”.
Wagiarti
berdiri dan ngelonyor masuk ke belakang. Dari dalam berteriak : “ Pak…Kopinya
segera dihabisin…!!!”.
Wagiman
tidak menjawab, hanya tersenyum. Tangannya meraih gelas kopi. Diteguknya sampai
habis. Dan kembali tangannya meraih surat-kabar serta memasang kacamatanya. Di
luar hujan mulai menderu, menyemburkan air serta menghembuskan angin cukup
kencang sehingga teras rumah Wagiman menjadi setengah basah. Wagiman masih
tetap saja membaca. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.10.2.2022) Mas Wahyu Kokkang,maaf pinjam ilustrasinya.