Sabtu, 26 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO. FEB.1.

SDT.SASTRA.17

JANNANG SANG HAJAH RUHI.

Cerpen di JAWA POS Sabtu, tgl 19 Febuari 2022 menyajikan kisah JANNANG, karya ALFIAN DIPPATAHANG. Penulis adalah Pemenang Pertama Sayembara Penulisan Kreatif Kategori Cerpen oleh Dewan Bahasa Dan Pustaka Malaysia di tahun 2021. Karyanya berjudul MATI MUDA. Selain itu juga menulis puisi dan fiksi

Di JAWA POS, ALFIAN berceritera tentang seorang jannang bernama Hajah Ruhi, yang digembar-gemborkan oleh Hajah Mello karena telah membuat malu Hajah Dewan, ketika punya hajat membuat para tamu yang hadir dalam hajatan, menjadi sakit, muntah-muntah  dan ada yang sampai harus di rawat di rumah sakit. Masakan Hajah Ruhi  beracun. Dan yang menyedihkan, Hajah Ruhi di usir dari tempat hajatan dan di maki-maki serta di minta bertanggungjawab dalam bentuk ganti rugi. Hajah Ruhi malu dan dipermalukan. Padahal, pekerjaan inilah yang menjadi sandaran utama hidupnya. Sebelun kejadian di hajatan Hajah Dewan, racikan masakan Hajah Ruhi sangat terkenal kelezatannya. Takarannya bisa selalu pas di selera para tamu. Hajah Mello selalu saja melarang orang-orang untuk memberi kesempatan dan mempercayai Hajah Ruhi menjadi jannang kembali. Dikatakan, Hajah Ruhi sudah tua. Ingatan dan tenaganya sudah menurun. Begitu upaya pembatasan yang selalu dilontarkan Hajah Mello kala ada orang yang akan dan hendak bikin hajatan.

Namun, pembatasan yang dilakukan oleh Hajah Mello tak sanggup mencegat semua orang untuk ikut pandangannya.

Hajah Ruhi putus asa, tetapi kabar gembira menyeruak dan memberi harapan untuk memperbaiki nasibnya. Supiati telah memintanya kembali untuk menjadi jannang, meskipun hanya hajatan kecil, bukan pernikahan, tetapi acara aqiqahan.

Tatti, ibu Supiati merasa jehah dengan putusan anaknya untuk mendatangkan Hajah Ruhi sebagai tukang masaknya untuk acara aqiqoh tsb. Bu Tatti sudah terpengaruh oleh provokasi Hajah Mello. Bu Tatti meminta Supiati untuk mempertimbangkan kembali putusannya mempergunakan Hajah Ruhi sebagai jannang dalam acaranya. Namun Supiati tetap pada pendiriannya, yaitu tetap mempersilahkan Hajah Ruhi untuk memimpin masak memasak dalam acara aqiqoh. Bu Tatti tetap berusaha membatalkan putusan anaknya dengan menyodorkan catering saja untuk menangani acara aqiqoh tsb. Tetapi Supiati tetap kokoh pendiriannya dan bu Tatti sampai bicara setengah mengancam :” Saya tak akan ikut bertanggungjawab jika makanan yang dihidangkan Hajah Ruhi tak dicicipi oleh tamu”. Dan anaknya menjawab |”  Saya yakin, masakan Hajah Ruhi tak berani di-cela orang, bu”.

Bu Tatti tak menanggapi lagi dan berlalu. Meski ada keraguan di hati Supiati, harapannya di tentang oleh ibunya, Supiati tak mungkin menarik permintaannya pada Hajah Ruhi. Ia hanya ingin membantu mengembalikan muka dan kepercayaan dari Hajah Ruhi yang telah direcoki oleh orang-orang.

Di acara yang telah ditentukan, semua tamu yang di undang pada hadir, kecuali Hajah Mello. Tidak hadir, meskipun juga di undang oleh Supiati.

Yang hadir justru Hania. Siapa Hania itu ?. ALFIAN DIPPAHATANG sebagai penulis cerpen memberi gambaran sbb: Sejak dulu Hania berusaha setia menjadi pesuruh Hajah Mello. Namun, sebenarnya, Hania juga sudah muak dengan Hajah Mello yang selalu mau membahayakan dirinya. Hania belum bisa menghindar sebab ia dan suaminya masih di percaya menggarap tanah milik Hajah Mello. Lebih dari itu, total utang Hania sebanyak sepuluh juta untuk  tiga orang yang ia tempati meminjam pernah dibayarkan oleh Hajah Mello. Hania tak di minta untuk mengembalikan. Namun, kala itu ia menangkap pernyataan Hajah Mello, bahwa ia berhutang budi dengan cara lain.

Kini Hania di minta kembali merusak makanan yang di racik Hajah Ruhi. Ulah Hania-lah yang membikin para tamu Hajah Dewan mual dan muntah-muntah. Ia memang tak sampai hati dan berani menaruh racun, tetapi ulat kecil yang ia taburi ke makanan berkuah yang disajikan kala itu mengakibatkan Hajah Ruhi menanggung malu.

Begitu tahu Hania sudah datang, Suoiati meminta  anggota keluarganya untuk mengawasi gerak-gerik Hania. Acara aqiqoh Supiati sedang berjalan dan Hania masuk dapur. Supiati resah.  Hajah Ruhi berusaha tersenyum walau berat saat disenyumi oleh Hania. Pikiran Hajah Ruhi mulai terganggu dengan kedatangan Hania, namun anggota keluarga Supiati tetap mengawasinya.

Diakhir cerpennya ALFIAN membuat kejutan dengan kata-kata Hania yang ditujukan kepada Hajah Ruhi: “Saya menyesal Hajah Ruhi. Saya sangat menyesal. Maafkan saya!”.

Arah pernyataan Hania tentu saja dipahami orang-orang, begitu juga dengan Hajah Ruhi. Pandangan mata kini tertuju pada Hania.

Tema yang disodorkan ALFIAN sebagai penulis cerpen, memang menarik. Persaingan di segala bidang pasti ada dan memang persaingan itu harus ada guna mencapai kesuksesan. Tetapi bentuk persaingannya sebaiknya harus jujur dan jangan dengan jalan mencelakakan orang lain.

Lancar serta enak ALFIAN menggiring imajinasi pembaca mengikuti aliran cerita yang dituangkan dalam bentuk cerita pendek.

Namun sampai akhir kalimat penutup cerpen dan saya baca berulang kali, saya tetap belum mendapatkan jawaban dari ALFIAN “ Kena apa Hajah Mello sangat membenci Hajah Ruhi ? “. Sampai-sampai hatinya tega untuk menyuruh Hania meracuni masakan racikan Hajah Ruhi, ketika mendapat tugas di hajatan Hajah Dewan dahulu. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.2.2022)    

 

 

 

2 komentar:

  1. Jawabannya masih disimpan oleh pengarangnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya mbak, saya nggak bisa ketemu sama pengarangnya. Terima kasih atas komennya mbak.

      Hapus