BUDI SAMPURNO. FEB.1.
SDT.SASTRA.17
JANNANG SANG HAJAH
RUHI.
Cerpen di JAWA POS Sabtu, tgl 19 Febuari
2022 menyajikan kisah JANNANG, karya ALFIAN DIPPATAHANG. Penulis adalah Pemenang
Pertama Sayembara Penulisan Kreatif Kategori Cerpen oleh Dewan Bahasa Dan Pustaka
Malaysia di tahun 2021. Karyanya berjudul MATI MUDA. Selain itu juga menulis
puisi dan fiksi
Di JAWA POS, ALFIAN berceritera tentang
seorang jannang bernama Hajah Ruhi, yang digembar-gemborkan oleh Hajah Mello karena
telah membuat malu Hajah Dewan, ketika punya hajat membuat para tamu yang hadir
dalam hajatan, menjadi sakit, muntah-muntah dan ada yang sampai harus di rawat di rumah
sakit. Masakan Hajah Ruhi beracun. Dan
yang menyedihkan, Hajah Ruhi di usir dari tempat hajatan dan di maki-maki serta
di minta bertanggungjawab dalam bentuk ganti rugi. Hajah Ruhi malu dan dipermalukan.
Padahal, pekerjaan inilah yang menjadi sandaran utama hidupnya. Sebelun
kejadian di hajatan Hajah Dewan, racikan masakan Hajah Ruhi sangat terkenal
kelezatannya. Takarannya bisa selalu pas di selera para tamu. Hajah Mello
selalu saja melarang orang-orang untuk memberi kesempatan dan mempercayai Hajah
Ruhi menjadi jannang kembali. Dikatakan, Hajah Ruhi sudah tua. Ingatan dan tenaganya
sudah menurun. Begitu upaya pembatasan yang selalu dilontarkan Hajah Mello kala
ada orang yang akan dan hendak bikin hajatan.
Namun, pembatasan yang dilakukan oleh Hajah
Mello tak sanggup mencegat semua orang untuk ikut pandangannya.
Hajah Ruhi putus asa, tetapi kabar gembira
menyeruak dan memberi harapan untuk memperbaiki nasibnya. Supiati telah
memintanya kembali untuk menjadi jannang, meskipun hanya hajatan kecil, bukan
pernikahan, tetapi acara aqiqahan.
Tatti, ibu Supiati merasa jehah dengan
putusan anaknya untuk mendatangkan Hajah Ruhi sebagai tukang masaknya untuk
acara aqiqoh tsb. Bu Tatti sudah terpengaruh oleh provokasi Hajah Mello. Bu
Tatti meminta Supiati untuk mempertimbangkan kembali putusannya mempergunakan Hajah
Ruhi sebagai jannang dalam acaranya. Namun Supiati tetap pada pendiriannya,
yaitu tetap mempersilahkan Hajah Ruhi untuk memimpin masak memasak dalam acara
aqiqoh. Bu Tatti tetap berusaha membatalkan putusan anaknya dengan menyodorkan catering
saja untuk menangani acara aqiqoh tsb. Tetapi Supiati tetap kokoh pendiriannya
dan bu Tatti sampai bicara setengah mengancam :” Saya tak akan ikut bertanggungjawab
jika makanan yang dihidangkan Hajah Ruhi tak dicicipi oleh tamu”. Dan anaknya
menjawab |” Saya yakin, masakan Hajah
Ruhi tak berani di-cela orang, bu”.
Bu Tatti tak menanggapi lagi dan berlalu.
Meski ada keraguan di hati Supiati, harapannya di tentang oleh ibunya, Supiati
tak mungkin menarik permintaannya pada Hajah Ruhi. Ia hanya ingin membantu
mengembalikan muka dan kepercayaan dari Hajah Ruhi yang telah direcoki oleh
orang-orang.
Di acara yang telah ditentukan, semua tamu
yang di undang pada hadir, kecuali Hajah Mello. Tidak hadir, meskipun juga di
undang oleh Supiati.
Yang hadir justru Hania. Siapa Hania itu ?.
ALFIAN DIPPAHATANG sebagai penulis cerpen memberi gambaran sbb: Sejak dulu
Hania berusaha setia menjadi pesuruh Hajah Mello. Namun, sebenarnya, Hania juga
sudah muak dengan Hajah Mello yang selalu mau membahayakan dirinya. Hania belum
bisa menghindar sebab ia dan suaminya masih di percaya menggarap tanah milik Hajah
Mello. Lebih dari itu, total utang Hania sebanyak sepuluh juta untuk tiga orang yang ia tempati meminjam pernah
dibayarkan oleh Hajah Mello. Hania tak di minta untuk mengembalikan. Namun, kala
itu ia menangkap pernyataan Hajah Mello, bahwa ia berhutang budi dengan cara
lain.
Kini Hania di minta kembali merusak makanan
yang di racik Hajah Ruhi. Ulah Hania-lah yang membikin para tamu Hajah Dewan
mual dan muntah-muntah. Ia memang tak sampai hati dan berani menaruh racun,
tetapi ulat kecil yang ia taburi ke makanan berkuah yang disajikan kala itu mengakibatkan
Hajah Ruhi menanggung malu.
Begitu tahu Hania sudah datang, Suoiati
meminta anggota keluarganya untuk
mengawasi gerak-gerik Hania. Acara aqiqoh Supiati sedang berjalan dan Hania
masuk dapur. Supiati resah. Hajah Ruhi
berusaha tersenyum walau berat saat disenyumi oleh Hania. Pikiran Hajah Ruhi
mulai terganggu dengan kedatangan Hania, namun anggota keluarga Supiati tetap
mengawasinya.
Diakhir cerpennya ALFIAN membuat kejutan
dengan kata-kata Hania yang ditujukan kepada Hajah Ruhi: “Saya menyesal Hajah
Ruhi. Saya sangat menyesal. Maafkan saya!”.
Arah pernyataan Hania tentu saja dipahami
orang-orang, begitu juga dengan Hajah Ruhi. Pandangan mata kini tertuju pada
Hania.
Tema yang disodorkan ALFIAN sebagai
penulis cerpen, memang menarik. Persaingan di segala bidang pasti ada dan memang
persaingan itu harus ada guna mencapai kesuksesan. Tetapi bentuk persaingannya
sebaiknya harus jujur dan jangan dengan jalan mencelakakan orang lain.
Lancar serta enak ALFIAN menggiring
imajinasi pembaca mengikuti aliran cerita yang dituangkan dalam bentuk cerita
pendek.
Namun sampai akhir kalimat penutup cerpen dan
saya baca berulang kali, saya tetap belum mendapatkan jawaban dari ALFIAN “ Kena
apa Hajah Mello sangat membenci Hajah Ruhi ? “. Sampai-sampai hatinya tega
untuk menyuruh Hania meracuni masakan racikan Hajah Ruhi, ketika mendapat tugas
di hajatan Hajah Dewan dahulu. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.2.2022)
Jawabannya masih disimpan oleh pengarangnya.
BalasHapusSayangnya mbak, saya nggak bisa ketemu sama pengarangnya. Terima kasih atas komennya mbak.
Hapus