Budi
Sampurno.Feb.1
SDT.NGOBROL.5
NGOBROL
TENTANG SEKOLAHAN.
Pagi
itu udara sangat cerah. Matahari memperlihatkan kejantanannya dengan
menyebarkan rasa panas yang cukup menyengat. Namun pagi itu ada sepasang suami-isteri
yang tampak gelisah, setelah membaca berita tentang kekerasan guru kepada anak
didiknya.
WAGIARTI :” Aneh ya pak, guru itu kalau orang Jawa
kan di bilang –di gugu lan ditiru. Artinya omongannya bisa di percaya dan semua
kelakuannya, sifat-sifatnya bisa di tiru. Lha kok sekarang guru banyak yang
petakilan menghukum anak didiknya dengan kekerasan. Belum lagi ada guru yang
melakukan hal-hal yang tidak senonoh….yang cium-ciumlah…yang pegang-pegang
susulah….. Hih…..”
WAGIMAN :” Ya….tapi kan tidak semua guru bu. Guru
yang benar-benar mendidik dengan mengorbankan kepentingan pribadinya juga
banyaklah….”
WAGIARTI : “ Sekolah itu seharusnya kan menjadi
tempat yang aman dan nyaman bagi anak didiknya, karena kondisi phisik sekolahan
dan para gurunya mengajar dengan jiwa kasih sayang”.
WAGIMAN : “ Ya, memang seharusnya begitu bu. Kalau
ada muridnya yang melakukan kesalahan sebaiknya di cari penyebabnya. Lalu di
hukum …ya…. di hukum, tapi hukumnya itu hukuman yang menggugah si anak didik
supaya memperbaiki dan tidak melakukan hal yang sama lagi “.
WAGIARTI : “ He he he…pinter bapak kalau pidato..”
WAGIMAN : “ I ya dong, bu. Itu juga karena bapak
suka baca-baca media dan juga kamus. Pendidikan itu merupakan proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Itu catatan Kamus lho bu…..
Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke 4, Departemen Pandidikan
Nasional, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta th. 2008, di halaman 326”.
WAGIARTI : “ Tapi sekarang kena apa kok ada guru
yang berbuat jahat terhadap anak didiknya. Seakan dia itu tidak memahami, tidak
mengerti dan tidak menghayati profesinya sebagai guru”.
WAGIMAN :”Ya…mungkin sekarang ini sepertinya semua
lulusan itu bisa menjadi guru.
Kalau
dahulu untuk menjadi seorang guru itu kan harus melalui pendidikan khusus,
misalnya lulus SGB,SGA, untuk jenjang yang lebih tingggi ada IKIP. Sehingga ketika
lulus mengajarnya ya …profesional, karena jiwanya sudah terbenam dalam ilmu
Pendidikan”.
WAGIARTI :” Bener juga yang pak…. Eeeee…itu mesin
cuci sudah berdenting…Saya ke belakang dulu ngurusi cucian…”.
Wagiarti
langsung berdiri dan berjalan ke-belakang, sedangkan Wagiman berdiri
mengembalikan kamus kesayangannya.
Matahari
semakin memperlihatkan kejantanannya, panas terik, udara menyengat seiring dengan
pemikiran para ahli didik yang belum mendapat solusi jitu agar tidak ada lagi
guru yang berbuat kasar terhadap anak didiknya. (Budi
Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.2.2022)
Dialog antara Wagiman dan Wagiarti renyah penuh gizi.
BalasHapusSeperti baca novel walaupun sedang membincangkan hal yang sangat serius. Tentang masa depan bangsa.
Terimakasih komentarnya.Sungguh menambah semangat sy utk menulis trs.
HapusEnak enak nguping "seminar" suami istri, selalu ada yg ganggu. Tolong lain kali mesin cuci itu disingkirkan dulu, biar seminarnya bisa bebas nyerempet kesana kemari, siapa tahu dibaca juga oleh para penggambil keputusan...hehehe
BalasHapusTerimakasih atas komennya. Seorang ibu memang mempunyai kewajiban bersih-bersih, termasuk mencuci pakaian keluarga. Mohon dimaafkan kalau mesin cuci tsb mengganggu
HapusGuru,relatif represen tgs ortu,direkruit hrs penuhi syarat tkt kepribadian (moral) mulia, tak hanya ilmu pengeth. Ortu jng lepas tangan, hukuman dr guru proporsional tak melecehkan/menyakiti si anak.
BalasHapusTerimakasih komennya. Yang menjadi pemikiran memang kemajuan teknologi komunikasi juga mengakibatkan hal-hal yang negatif.Dan kadang murid juga menjadi berani dengan guru. Guru terkadang juga emosi
HapusBenar menurut orang jawa, Guru : Digugu lan ditiru. Tapi perubahan jaman adab sopan santun antara murid dengan guru berubah drastis.Semuanya tergantung juga bagaimana peran orang tua membangun budi pekerti terhadap anaknya.
BalasHapusBagus pak Suwarto. Dijanan teknologi yang maju dan berkembang pesat, peran orang tua dilingkungan keluarga tetap dibutuhkan guna membimbing anak-anak.
HapusSeseorang bisa saja memaksa dan membawa kuda ke tepi sungai untuk minum. Namun bila kudanya tidak mau minum, maka tidak akan minum meskipun kepalanya sudah dimasukkan ke air. Sama halnya dengan guru. Jika murid tidak mau menerima pembelajaran maka meskipun gurunya ahli dan memarahi dengan keras, murid tidak akan pernah jadi pintar. Menurut saya perlu ditingkatkan lagi hubungan yg harmonis serasi antara guru, murid, aturan sekolah, dan kebijakan pemerintah dalam sebuah sistem yang saling mendukung.
BalasHapusMemamg benar pak Lasmono. Hubungan harmonis itu perlu diciptakan. Tetapi masing-masing kesibukan menjadi hambatan. Kesibukan orang tua murid, kesibukan para guru karena terlalu banyak beban yang harus dipertanggungjawabkan. Sedang para murid juga banyak yang lepas kontrol dari orang tuanya.
HapusGuru oh.. Guru
BalasHapusEmang matahari ada "jantan" dan " betina"? Hihihi ...
BalasHapusHE HE..ADA. iTU HANYA MENUNJUKKAN KEKUATAN SINAR MATAHARI SAJA MBAK
Hapus