Budi Sampurno.Jan.4
SDT.SASTRA.16.
JOHAN KONCONEGORO,
KORBAN TEKANAN JIWA
Hari Minggu saya kembali
menikmati cerpen di Harian KOMPAS, tgl 23 Januari 2022. Cerpen ini di tulis
oleh sdr.JIMMY ANGGARA, penduduk Jakarta dan beberapa cerpennya sudah pernah di
muat di beberapa media. Kali ini cerpennya di beri judul JOHAN KONCONEGORO.
Nama tsb sekaligus menjadi tokoh sentral.
Diceritakan, Johan
Konconegoro adalah anak dari pejabat di suatu kantor pemerintahan, yang hidup
berkecukupan.
Cerpen di buka
dengan menggambarkan si tokoh, sebagai orang yang mempunyai postur tubuh yang
tinggi, bahkan teramat tinggi untuk ukuran orang Asia. Setiap melewati sebuah
pintu, ia menundukkan sedikit kepalanya sehingga ia akan tampak seperti
membungkuk. Dan memang, begitu pulalah caranya berjalan, selalu membungkukkan
badannya sedikit. Orang yang baru pertama kali melihat Johan Konco—begitu ia
biasa di panggil-melewati sebuah pintu tak akan menyangka bahwa Johan Konco
akan tetap menunduk selewatnya ia dari pintu itu.
Namun sebenarnya
dulu Johan tidak membungkuk. Ketika di SMA, dia berdiri tegak dan merasa
bangga, apalagi masuk dalam tim basket. Bahkan selama dua tahun menjadi
maskotnya. Setelah lulus Johan harus bekerja di kantor yang dicarikan oleh
ayahnya. Teman-teman kantor menyukai Johan, karena punya selera humor yang
lumayan bagus.
Itu dulu. Sekarang
benar-benar membungkuk, baik ketika jalan, ketika duduk kerja di kantor. JIMMY
ANGGARA memberikan gambaran, bahwa ada tekanan batin yang kuat dan harus
dialaminya.
Pertama, Sejak di
sekolah menengah atas, dia sangat menyukai pelajaran biologi. Dan ingin menjadi
ahli taksonomi. Dia mengidolakan Carolus Linaeus.
Tetapi setelah lulus
kuliah dari jurusan biologi, ayahnya memaksa untuk bekerja di Jakarta, di kantor
pilihan ayahnya. Ayahnya seorang pejabat tinggi negara di daerahnya, maka
dengan mudah mencarikan kantor di-Departemen Pemerintah. Johan masuk bekerja di
kantor yang tidak sesuai dengan keinginannnya. Dan bahkan Johan harus indekos
dalam satu kamar. Ayahnya ingin anaknya sukses seperti dirinya menjadi pejabat
negara. Pesan ayahnya, “ Kalau mau sukses, kau harus tahan menderita, Johan,
seperti ayahmu ini, yang merintis dari bawah”.
Kedua, Johon Konco
lewat media mengetahui, bahwa ayahnya telah menjadi tersangka dalam kasus
dugaan korupsi bersama lima orang temannya. Mereka di duga menggelapkan dana
pengadaan mobil pemadam kebakaran. Teman-teman di kantor mengejek dengan
mengatakan : “ Hei Johan, wajahnya mirip sekali dengan wajahmu”. Apalagi beberapa
hari kemudian wajah bapak dan namanya tertulis jelas di media. Dan setelah
sebulan kemudian, ayah Johan Konco benar-benar dijadikan terdakwa
Johan Konco kalau
pergi ke kantor pada pagi hari, sangat tertekan serta terasa berat sekali, sama
beratnya seperti mengangkat keranjang pakaian kotor yang berisi seekor gajah.
Dan sejak itu Johan Konco menjadi suka menyiksa binatang.
Ketiga, Ketika Johan
Konco memotong-motong koran, majalah dan menyusunnya, anehnya susunannya
berbunyi : “Seorang tumbuhan melahap seekor binatang langka juara basket menyemai bibit unggul tanpa dugaan tinggi
melarang mobil pemadam kebakaran spetakuler agrobisnis berkecimpung dalam dunia
olah raga nasional sportif mengecewakan setelah di bekuk 1-0 dalam kerangkeng
binatang pemakam sesama yang menggemparkan publik sementara hajat hidup orang
banyak.
Itulah beberapa
tekanan batin yang menimpa Johan Konconegoro. Sangat berat tekanan itu dan menggoncang
jiwa serta phisiknya. Malu, sangat malu maka Johan Konco guna menutupi malunya
dia selalu menunduk.
Cerpen ini di
tutup oleh penulisnya, JIMMY ANGGARA dengan kalimat : Kesokan paginya, Johan Konco
bangun dengan mata masih mengantuk. Saat ia memasuki pintu kantornya pagi itu,
ia berjalan dengan menundukkan kepalanya dan tetap begitu, bahkan setelah ia
duduk di meja kerjanya. Sejak saat itu Johan Konco selalu berjalan seperti itu—apakah
memasuki pintu yang terlalu rendah bagi kepalanya ataupun pintu gerbang. (Budi
Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.1.2022)
Dalam dunia nyta kasus bgini bnyak terjadi, jk ddh terlanjur terjadi, kita hanya bisa berempati dan mendo'akan kebaikan.
BalasHapusAda yang bilang, bahwa cerpen yang bagus adalah yang gampang dicerna oleh pembacanya. Dan yang penting lagi adalah adanya pesan moral yang baik yang disampaikan kepada pembacanya.
HapusKesuksesan seorang Ayah belum tentu akan menurun pada anak2nya. Menuju sukses itu ada tahapan2 dan motivasi dari dirinya sendiri. Jadi, bangunlah motivasi kod anak2 sesuai hati nurani dan minatnya. Salam sehat.
BalasHapus