Rabu, 26 Januari 2022

 

 

Budi Sampurno.Jan.4

SDT.SASTRA.16.

JOHAN KONCONEGORO, KORBAN TEKANAN JIWA

Hari Minggu saya kembali menikmati cerpen di Harian KOMPAS, tgl 23 Januari 2022. Cerpen ini di tulis oleh sdr.JIMMY ANGGARA, penduduk Jakarta dan beberapa cerpennya sudah pernah di muat di beberapa media. Kali ini cerpennya di beri judul JOHAN KONCONEGORO. Nama tsb sekaligus menjadi tokoh sentral.

Diceritakan, Johan Konconegoro adalah anak dari pejabat di suatu kantor pemerintahan, yang hidup berkecukupan.

Cerpen di buka dengan menggambarkan si tokoh, sebagai orang yang mempunyai postur tubuh yang tinggi, bahkan teramat tinggi untuk ukuran orang Asia. Setiap melewati sebuah pintu, ia menundukkan sedikit kepalanya sehingga ia akan tampak seperti membungkuk. Dan memang, begitu pulalah caranya berjalan, selalu membungkukkan badannya sedikit. Orang yang baru pertama kali melihat Johan Konco—begitu ia biasa di panggil-melewati sebuah pintu tak akan menyangka bahwa Johan Konco akan tetap menunduk selewatnya ia dari pintu itu.

Namun sebenarnya dulu Johan tidak membungkuk. Ketika di SMA, dia berdiri tegak dan merasa bangga, apalagi masuk dalam tim basket. Bahkan selama dua tahun menjadi maskotnya. Setelah lulus Johan harus bekerja di kantor yang dicarikan oleh ayahnya. Teman-teman kantor menyukai Johan, karena punya selera humor yang lumayan bagus.

Itu dulu. Sekarang benar-benar membungkuk, baik ketika jalan, ketika duduk kerja di kantor. JIMMY ANGGARA memberikan gambaran, bahwa ada tekanan batin yang kuat dan harus dialaminya.

Pertama, Sejak di sekolah menengah atas, dia sangat menyukai pelajaran biologi. Dan ingin menjadi ahli taksonomi. Dia mengidolakan Carolus Linaeus.

Tetapi setelah lulus kuliah dari jurusan biologi, ayahnya memaksa untuk bekerja di Jakarta, di kantor pilihan ayahnya. Ayahnya seorang pejabat tinggi negara di daerahnya, maka dengan mudah mencarikan kantor di-Departemen Pemerintah. Johan masuk bekerja di kantor yang tidak sesuai dengan keinginannnya. Dan bahkan Johan harus indekos dalam satu kamar. Ayahnya ingin anaknya sukses seperti dirinya menjadi pejabat negara. Pesan ayahnya, “ Kalau mau sukses, kau harus tahan menderita, Johan, seperti ayahmu ini, yang merintis dari bawah”.

Kedua, Johon Konco lewat media mengetahui, bahwa ayahnya telah menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi bersama lima orang temannya. Mereka di duga menggelapkan dana pengadaan mobil pemadam kebakaran. Teman-teman di kantor mengejek dengan mengatakan : “ Hei Johan, wajahnya mirip sekali dengan wajahmu”. Apalagi beberapa hari kemudian wajah bapak dan namanya tertulis jelas di media. Dan setelah sebulan kemudian, ayah Johan Konco benar-benar dijadikan terdakwa

Johan Konco kalau pergi ke kantor pada pagi hari, sangat tertekan serta terasa berat sekali, sama beratnya seperti mengangkat keranjang pakaian kotor yang berisi seekor gajah. Dan sejak itu Johan Konco menjadi suka menyiksa binatang.

Ketiga, Ketika Johan Konco memotong-motong koran, majalah dan menyusunnya, anehnya susunannya berbunyi : “Seorang tumbuhan melahap seekor binatang langka juara basket  menyemai bibit unggul tanpa dugaan tinggi melarang mobil pemadam kebakaran spetakuler agrobisnis berkecimpung dalam dunia olah raga nasional sportif mengecewakan setelah di bekuk 1-0 dalam kerangkeng binatang pemakam sesama yang menggemparkan publik sementara hajat hidup orang banyak.

Itulah beberapa tekanan batin yang menimpa Johan Konconegoro. Sangat berat tekanan itu dan menggoncang jiwa serta phisiknya. Malu, sangat malu maka Johan Konco guna menutupi malunya dia selalu menunduk.

Cerpen ini di tutup oleh penulisnya, JIMMY ANGGARA dengan kalimat : Kesokan paginya, Johan Konco bangun dengan mata masih mengantuk. Saat ia memasuki pintu kantornya pagi itu, ia berjalan dengan menundukkan kepalanya dan tetap begitu, bahkan setelah ia duduk di meja kerjanya. Sejak saat itu Johan Konco selalu berjalan seperti itu—apakah memasuki pintu yang terlalu rendah bagi kepalanya ataupun pintu gerbang. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.1.2022)  

 

 

 

3 komentar:

  1. Dalam dunia nyta kasus bgini bnyak terjadi, jk ddh terlanjur terjadi, kita hanya bisa berempati dan mendo'akan kebaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang bilang, bahwa cerpen yang bagus adalah yang gampang dicerna oleh pembacanya. Dan yang penting lagi adalah adanya pesan moral yang baik yang disampaikan kepada pembacanya.

      Hapus
  2. Kesuksesan seorang Ayah belum tentu akan menurun pada anak2nya. Menuju sukses itu ada tahapan2 dan motivasi dari dirinya sendiri. Jadi, bangunlah motivasi kod anak2 sesuai hati nurani dan minatnya. Salam sehat.

    BalasHapus