Minggu, 16 Januari 2022

 

Budi Sampurno. Jan.3

SDT.SASTRA.15

IMAJINASI TIGA TANDA MATI

Menarik cerpen yang saya baca di Harian KOMPAS, Minggu tgl. 16 JANUARI 2022. Saya membaca dengan lancar. Cerpen ini di tulis oleh MURAM BATU, dilahirkan di  Lima Puluh, Sumatera Utara. Masa remaja di Langsa, Aceh. Setelah tamat SMA merantau ke Yogyakarta selama 11 tahun. Sekarang tinggal di Medan. Buku kumpulan cerpennya dan novelnya sudah diterbitkan.

Dalam cerpennya yang di beri judul “TIGA TANDA MATI” berceritera tentang Aku. Tinggal di suatu daerah yang bila ada orang yang mati, pasti sebelumnya ditandai tiga tanda. Tanda pertama adalah----tulisnya: Tanda pertama adalah bintik putih di bawah mata, tetapi tak hilang saat di sapu dengan jari atau kain ataupun air. Biasanya dia berada di ujung mata dekat tulang hidung, bisa di kanan dan bisa  juga di kiri. Kemunculannya langsung diketahui si penderita karena letaknya yang strategis itu. Biasanya muncul seusai bangun tidur. Awalnya mungkin orang sepele, sekedar menyekanya. Namun, karena dia tidak hilang-hilang, maka kepanikan akan langsung mengemuka. Bagaimana tidak, tanda itu bak mendung yang berarti hujan. Itulah sebab, tak perlu berhari-hari orang sadar bahwa tanda itu bukanlah tahi mata.----

Tanda kedua yaitu timbul di dada, ada sebuah bentuk seperti sidik jari jempol. Itu tanda muncul juga ketika pak Derma dan guru cantik bu Indah mau meninggal. Serta ayahnya teman si Aku.

Tanda ke tiga adalah perubahan karakter. Pak Derma menjadi sering marah-marah. Dan bu guru Indah  yang biasanya selalu tepat waktu dan tegas, merubah menjadi manja serta menjadi sosok yang menyenangkan bagi suaminya.

Sdr.MURAM BATU berhasil menggiring imajinasi pembaca dengan berharap cemas tentang tanda ketiga yang ada pada tokoh si Aku. Karena ke dua tanda sudah dimiliki oleh si Aku dan sudah diketahui olah banyak teman-temannya, maka komandannya membebastugaskan dari tugas sehari-hari. Hanya tetap wajib  absen.  Namun si Aku selalu berusaha agar tetap berperangai seperti biasanya. Teman-temannya mengingatkan, bahwa si Aku jarang main bola, maka ia bermain bola lagi. Jarang ke warung bu Num, maka ia sering-sering lagi nongkrong di warung bu Num. Jarang cuci mobil komandan, maka ia kembali mencuci  mobil komandan. Si Aku berusaha statis, agar tidak mati.

Sepertinya tiga tanda ketika orang mau mati itu tidak ada di daerah lain, kecuali di daerah si Aku bertugas. Meskipun si Aku berusaha statis, namun tanda ketiga itu datang juga. Dan si Aku paham juga. Sdr.MURAM BATU menutup cerpennya dengan : Aku tidak tahu siapa yang mengatakan itu, sumpah. Aku tidak tahu. Yang kutahu, di wilayah tempatku tinggal jarang orang mati. Namun ketika ada yang mati, pasti bisa di-tebak kehadirannya. Ada tiga tanda sebagai penanda. Dan kini, kurasa sudah memiliki ketiga-tiganya.

Artinya Si Aku, mati juga. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.16.1.2022)

 

 

 

 

2 komentar:

  1. Alhamdulillah diingatkan ttg kematian... Smg kita banyak membawa bekal ketika. Menghadap Yang Maha Kuasa...

    BalasHapus
  2. Tanda yang keempat apa? Mungkin titik yang berarti berhenti. Kalau masih belum titik boleh terus. Semoga Allah menganugerahkan kesehatan yg prima dan usia yg barokah bagi kita.

    BalasHapus