Budi Sampurno. Jan.3
SDT.SASTRA.15
IMAJINASI TIGA
TANDA MATI
Menarik cerpen yang saya baca di Harian
KOMPAS, Minggu tgl. 16 JANUARI 2022. Saya membaca dengan lancar. Cerpen ini di
tulis oleh MURAM BATU, dilahirkan di
Lima Puluh, Sumatera Utara. Masa remaja di Langsa, Aceh. Setelah tamat
SMA merantau ke Yogyakarta selama 11 tahun. Sekarang tinggal di Medan. Buku
kumpulan cerpennya dan novelnya sudah diterbitkan.
Dalam cerpennya yang di beri judul “TIGA
TANDA MATI” berceritera tentang Aku. Tinggal di suatu daerah yang bila ada
orang yang mati, pasti sebelumnya ditandai tiga tanda. Tanda pertama
adalah----tulisnya: Tanda pertama adalah bintik putih di bawah mata, tetapi tak
hilang saat di sapu dengan jari atau kain ataupun air. Biasanya dia berada di
ujung mata dekat tulang hidung, bisa di kanan dan bisa juga di kiri. Kemunculannya langsung
diketahui si penderita karena letaknya yang strategis itu. Biasanya muncul seusai
bangun tidur. Awalnya mungkin orang sepele, sekedar menyekanya. Namun, karena
dia tidak hilang-hilang, maka kepanikan akan langsung mengemuka. Bagaimana
tidak, tanda itu bak mendung yang berarti hujan. Itulah sebab, tak perlu
berhari-hari orang sadar bahwa tanda itu bukanlah tahi mata.----
Tanda kedua yaitu timbul di dada, ada
sebuah bentuk seperti sidik jari jempol. Itu tanda muncul juga ketika pak Derma
dan guru cantik bu Indah mau meninggal. Serta ayahnya teman si Aku.
Tanda ke tiga adalah perubahan karakter.
Pak Derma menjadi sering marah-marah. Dan bu guru Indah yang biasanya selalu tepat waktu dan tegas,
merubah menjadi manja serta menjadi sosok yang menyenangkan bagi suaminya.
Sdr.MURAM BATU berhasil menggiring
imajinasi pembaca dengan berharap cemas tentang tanda ketiga yang ada pada
tokoh si Aku. Karena ke dua tanda sudah dimiliki oleh si Aku dan sudah
diketahui olah banyak teman-temannya, maka komandannya membebastugaskan dari tugas
sehari-hari. Hanya tetap wajib absen. Namun si Aku selalu berusaha agar tetap
berperangai seperti biasanya. Teman-temannya mengingatkan, bahwa si Aku jarang
main bola, maka ia bermain bola lagi. Jarang ke warung bu Num, maka ia sering-sering
lagi nongkrong di warung bu Num. Jarang cuci mobil komandan, maka ia kembali mencuci
mobil komandan. Si Aku berusaha statis,
agar tidak mati.
Sepertinya tiga tanda ketika orang mau
mati itu tidak ada di daerah lain, kecuali di daerah si Aku bertugas. Meskipun
si Aku berusaha statis, namun tanda ketiga itu datang juga. Dan si Aku paham
juga. Sdr.MURAM BATU menutup cerpennya dengan : Aku tidak tahu siapa yang
mengatakan itu, sumpah. Aku tidak tahu. Yang kutahu, di wilayah tempatku
tinggal jarang orang mati. Namun ketika ada yang mati, pasti bisa di-tebak
kehadirannya. Ada tiga tanda sebagai penanda. Dan kini, kurasa sudah
memiliki ketiga-tiganya.
Artinya Si Aku, mati juga. (Budi
Sampurno.Mak’skom.IPJT.16.1.2022)
Alhamdulillah diingatkan ttg kematian... Smg kita banyak membawa bekal ketika. Menghadap Yang Maha Kuasa...
BalasHapusTanda yang keempat apa? Mungkin titik yang berarti berhenti. Kalau masih belum titik boleh terus. Semoga Allah menganugerahkan kesehatan yg prima dan usia yg barokah bagi kita.
BalasHapus