Senin, 17 Januari 2022

 

 

BUDI SAMPURNO.Jan.1.2022

SDT.KOMEN.16

LEARNING LOSS ATAU LIFE LOSS.

Saya terusik dengan Jatidiri harian JAWA POS hari Senin tgl 17 Januari 2022, yang berjudul PILIH LEARNING LOSS ATAU LIFE LOSS DI ERA OMICRON?. Diangkat dalam Jatidiri, karena sangat relevan dengan permasalahan yang sedang mendera Indonesia. Bahkan juga mendera negara-negara di seluruih dunia. Dan penderaan ini sudah berjalan dua tahun lebih, yaitu Virus Covid-19. Virus ini terus berkembang menumbuhkan varian-varian baru. Terakhir yang sampai sekarang masih selalu menjadi topik pembicaraan dimana-mana dan di segala bidang. Antara lain di bidang pendidikan.

Ditulis dalam Jatidiri—Kasus infeksi  Covid-19 varian Omicron di prediksi akan memuncak pada minggu ke dua-ketiga Februari. Kemenkes memprediksi angka kasusnya bisa mencapai 40 ribu hingga 50 ribu per hari.

Dan di Alinea terakhir di tulis—Hal lain yang perlu segera ditinjau ulang adalah pembelajaran tatap muka (PTM). Tidak semua siswa sudah mendapatkan vaksin dua dosis. Membicarakan PTM 100 persen mengancam keselamatan siswa, guru, tenaga kependidikan, dan keluarga siswa yang memiliki komorbid. Ancaman learning loss tidak lebih penting dari pada life loss di masa outbreak varian kehidupan masyarakat omicron.

Saya pikir memang benar yang disampaikan Jatidiri tsb. Karena masalah pendidikan adalah sangat kompleks, menyangkut berbagai bidang  kehidupan masyarakat. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Pemerintah harus dapat mengamankan kesemuanya. Pendidkan tidak hanya menyangkut masa depan anak-anak, tetapi lebih besar lagi karena menyangkut kaelangsungan kehidupan negara. Keduanya harus dapat diselamatkan. Tapi tentunya penyelamatan ini tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada Pemerintah. Namun masyarakat dari segala lapisan harus ikut dengan sukarela dan ikhlas  untuk berpartisipasi.

PTM memang lebih efektif untuk proses pembelajaran. Tetapi keselamatan di semua pihak  harus dikedepankan juga. Pendidikan harus dilaksanakan, Sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya mengajaran dan pelatihan. ( Kamus Besar Bahasa Indonsia. Pusat Bahasa. Edisi ke IV. Departemen Pendidikan Nasional. PT.Gramedia  Pustaka Utama, Jakarta 2008. Hal 326). Ini artinya Pendidikan sangat diperlukan agar kelangsungan berbangsa dan bernegara benar-benar menuju tempat yang kita inginkan bersama secara terencana.

Maka masalah PTM, Pemerintah dengan mendengarkan aspirasi masyarakat tentunya akan memperoleh strategi yang jitu. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.17.1.2022)

 

 

 

2 komentar:

  1. Semua masih meraba, menduga dan memprediksi. Semoga saja apa yg kita khawatirkan tdk terjadi, minimal tdk terlalu parah seperti saat varian Delta menghempas. Optimisme ini ditunjang prosentase populasi penduduk yg sdh divaksin 2 kali, sebntar lagi disusul booster. Yg kedua sarana prasarana medis serta nakes yg lebih baik, sdh ada pengalaman mnghadapi masa sulit badai covid pertengahan .
    Namun demikian seluruh warga penduduk diharapkan tetap disiplin dan tidak abai mnjaga diri, lingkungan dan interaksi sosial. Semoga semua baik² saja dg rohmat dan pertolongan Alloh Swt.

    BalasHapus
  2. Sebagai orang tua yang ketiga anaknya masih berada di pendidikan dasar, tentunya kegalauan terkait PTM 100% ini juga saya alami. Kompleksitas yg terjadi dan pilihan yang sulit utk tetap menjalankan PTM harus dimulai dengan kesadaran dari diri terkait kesehatan dikarenakan ketidakpastian pandemi dan cara penanganannya. Setuju dengan tanggapan enha zain diatas. Pendidikan sangat penting tidak hanya terkait dengan keilmuan namun faktor yg lebih besar lagi yaitu, pola kembang anak dalam hal bersosialisasi, mengembangkan diri dan aktivitas fisik dan psikis anak.Kondisi ini tentunya akan membuat strategi penanganan pencegahan penyebaran pandemi baik di lingkungan sekolah yang dimulai dari pencegahan dari rumah/keluarga agar PTM dapat mengakomodir kebutuhan anak secara keseluruhan

    BalasHapus