Minggu, 02 Januari 2022

 

Budi Sampurno.Jan.2022.(1)

SDT.SASTRA.13

NALURI ANAK DALAM SEPASANG LEMBU IBU DAN WAK LAM

HARIAN KOMPAS , MINGGU. TGL.21 NOPEMBER 2021

Cerpen ini di tulis oleh FARIZAL SIKUMBANG, kelahiran Padang tetapi sekarang tinggal di Banda Aceh, kumpulan cerpennya yang sudah  terbit berjudul KUPU-KUPU ORANG MATI.

Cerpen yang di muat di Harian KOMPAS  berceritera tentang satu keluarga yang telah kehilangan kepala keluarganya. Hilang karena di bunuh dan sudah satu tahun, pembunuhnya belum ketahuan serta pihak yang berwajib, polisi Kecamatan juga belum bisa menemukan. Serta motif pembunuhannya juga belum terungkap, padahal jasadnya ditemukan di rumah di pagi hari. Isterinya sangat bersedih.

Ada empat tokoh dalam cerpen ini, yaitu “aku”, ibunya, Agus adik si aku dan Wak Lam, tetangganya. Diuraikan, bahwa setelah sang ayah meninggal, ibunya setiap hari mencari rumput untuk memberi makan seekor lembu, peninggalan suaminya. Ibu selalu pulang dengan sepeda motornya serta membawa sekarung rumput dan langsung dimasukkan ke kandang lembu.

Wak Lam sering menengok keluarga yang kehilangan sang ayah, disertai petuah-petuah seperti :” Sebagai teman ayah kalian, aku tentu akan mencoba memberikan sesuatu bila kalian membutuhkan. Dan semoga ayah kalian ditempatkan di tempat yang layak. Ayah kalian adalah orang baik, penyayang, dan sangat mencintai keluarga”.

Hari-hari berikutnya Wak Lam sering berkunjung ke rumah.

Agus, adik si Aku sangat dekat dengan ayahnya. Setelah meninggal, Agus sering mengurung diri di dalam kamar, perangainya berubah, jarang keluar dan sekolahpun sering membolos. Sedang si Aku merasa tidak yakin kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Meskipun ibunya selalu mengatakan, bahwa Wak Lam itu orang baik serta pernah memberi ibu sekarung beras, serta setuju lembu betinanya dikawinkan dengan lembu jantannya Wak Lam.

Cerpen ini plotnya di bangun dengan datar, sehingga di separo saya membaca sudah menduga bahwa akhir cerpen adalah persoalan wanita dengan lelaki yang bukan pasangan yang syah. Dugaan ini di bangun oleh FARIZAL SIKUIMBANG dengan menuturkan kedalam kalimat “ Rumah Wak Lam tidak jauh dari rumah kami. Dulu ia kawan karib ayah. Sama-sama menjadi petani seperti ayah. Ladangnya juga berdekatan dengan ladang ayah. Aku tidak bisa menyimpulkan apakah ia teman ayah yang baik atau bukan. Sebab sebagai  anak perempuan yang menjelang dewasa, aku tak pernah bicara dengannya. Meski setelah kematian ayah, ia sering ke rumah untuk menguatkan kami, tentu di-tambah dengan kata-kata penuh simpati dan pituah”.

Sejak ayahnya meninggal, Agus mengalami kegelisahan yang mendalam. Dan mengatakan, bahwa Wak Lam bukan orang baik-baik karena pernah menendang pantatnya. Ibunya selalu bersikukuh kalua Wak Lam itu orang baik-baik dan mau memperhatikan dan membantu setelah sang ayah meninggal.

Suatu hari ibunya sepakat kalau lembunya yang betina akan dikawinkan dengan lembunya Wak Lam.

Si tokoh Aku selalu bersitegang dengan ibunya, karena ibunya selalu ngotot kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Aku semakin yakin kalau Wak Lam bukan orang baik-baik, karena mendengar dari para tetangga, bahwa ibunya sering di ladang bukan bekerja mencangkul, tetapi sering duduk berduaan dengan Wak Lam.

Disinilah yang saya sebut, naluri si anak kuat kalau ibunya ada hubungan yang tidak baik dengan Wak Lam. Dan ternyata  terbukti diakhir cerpen. Setelah lembunya melahirkan satu anak, Wak Lam mengajak ibu kawin.

“ Begini, aku punya pikiran lain, bagaimana kalau tidak hanya lembu saja yang kita jodohkan, tapi, maksudku, bagaimana antara aku dan engkau juga”.

Ibu terdiam mendengar kata-kata Wak Lam, sedangkan aku bagai kilat yang menyambar. Sampai-sampai gelas yang ku pegang jatuh ke lantai. Dan ku lihat ada niat jahat di mata Wak Lam. Aku berpikir. Apakah Wak Lam yang telah membunuh ayah?.

Ibu terus terdiam dan belum menyeru, sedangkan Wak Lam malam itu seperti seekor rajawali di depan ibu. Lamunanku baru tersentak ketika samar-samar ku dengar dari luar rumah banyak sekali suara-suara.

“Mereka mesti dinikahkan…”

“Mereka berzina di ladang…..”

“Dasar Wak Lam….”

“Dasar lembu perempuan…”

Ternyata Wak Lam bukan orang baik-baik bagi keluarga yang di tinggal mati ayahnya dan yang di bunuh oleh siapa.

Memang anak-anak punya naluri yang kuat.

Untuk si penulis cerpen, FARIZAL SIKUMBANG, saya acungi jempol.

(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.1.2022)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar