Budi Sampurno.Jan.2022.(1)
SDT.SASTRA.13
NALURI ANAK DALAM
SEPASANG LEMBU IBU DAN WAK LAM
HARIAN KOMPAS , MINGGU.
TGL.21 NOPEMBER 2021
Cerpen ini di tulis oleh FARIZAL
SIKUMBANG, kelahiran Padang tetapi sekarang tinggal di Banda Aceh, kumpulan
cerpennya yang sudah terbit berjudul
KUPU-KUPU ORANG MATI.
Cerpen yang di muat di Harian KOMPAS berceritera tentang satu keluarga yang telah
kehilangan kepala keluarganya. Hilang karena di bunuh dan sudah satu tahun,
pembunuhnya belum ketahuan serta pihak yang berwajib, polisi Kecamatan juga
belum bisa menemukan. Serta motif pembunuhannya juga belum terungkap, padahal
jasadnya ditemukan di rumah di pagi hari. Isterinya sangat bersedih.
Ada empat tokoh dalam cerpen ini, yaitu “aku”,
ibunya, Agus adik si aku dan Wak Lam, tetangganya. Diuraikan, bahwa setelah
sang ayah meninggal, ibunya setiap hari mencari rumput untuk memberi makan
seekor lembu, peninggalan suaminya. Ibu selalu pulang dengan sepeda motornya
serta membawa sekarung rumput dan langsung dimasukkan ke kandang lembu.
Wak Lam sering menengok keluarga yang
kehilangan sang ayah, disertai petuah-petuah seperti :” Sebagai teman ayah
kalian, aku tentu akan mencoba memberikan sesuatu bila kalian membutuhkan. Dan
semoga ayah kalian ditempatkan di tempat yang layak. Ayah kalian adalah orang
baik, penyayang, dan sangat mencintai keluarga”.
Hari-hari berikutnya Wak Lam sering
berkunjung ke rumah.
Agus, adik si Aku sangat dekat dengan
ayahnya. Setelah meninggal, Agus sering mengurung diri di dalam kamar,
perangainya berubah, jarang keluar dan sekolahpun sering membolos. Sedang si Aku
merasa tidak yakin kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Meskipun ibunya selalu
mengatakan, bahwa Wak Lam itu orang baik serta pernah memberi ibu sekarung
beras, serta setuju lembu betinanya dikawinkan dengan lembu jantannya Wak Lam.
Cerpen ini plotnya di bangun dengan datar, sehingga di separo saya membaca sudah menduga bahwa akhir cerpen adalah persoalan wanita dengan lelaki yang bukan pasangan yang syah. Dugaan ini di bangun oleh FARIZAL SIKUIMBANG dengan menuturkan kedalam kalimat “ Rumah Wak Lam tidak jauh dari rumah kami. Dulu ia kawan karib ayah. Sama-sama menjadi petani seperti ayah. Ladangnya juga berdekatan dengan ladang ayah. Aku tidak bisa menyimpulkan apakah ia teman ayah yang baik atau bukan. Sebab sebagai anak perempuan yang menjelang dewasa, aku tak pernah bicara dengannya. Meski setelah kematian ayah, ia sering ke rumah untuk menguatkan kami, tentu di-tambah dengan kata-kata penuh simpati dan pituah”.
Sejak ayahnya meninggal, Agus mengalami
kegelisahan yang mendalam. Dan mengatakan, bahwa Wak Lam bukan orang baik-baik
karena pernah menendang pantatnya. Ibunya selalu bersikukuh kalua Wak Lam itu
orang baik-baik dan mau memperhatikan dan membantu setelah sang ayah meninggal.
Suatu hari ibunya sepakat kalau lembunya
yang betina akan dikawinkan dengan lembunya Wak Lam.
Si tokoh Aku selalu bersitegang dengan
ibunya, karena ibunya selalu ngotot kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Aku semakin
yakin kalau Wak Lam bukan orang baik-baik, karena mendengar dari para tetangga,
bahwa ibunya sering di ladang bukan bekerja mencangkul, tetapi sering duduk berduaan
dengan Wak Lam.
Disinilah yang saya sebut, naluri si anak
kuat kalau ibunya ada hubungan yang tidak baik dengan Wak Lam. Dan ternyata terbukti diakhir cerpen. Setelah lembunya
melahirkan satu anak, Wak Lam mengajak ibu kawin.
“ Begini, aku punya pikiran lain,
bagaimana kalau tidak hanya lembu saja yang kita jodohkan, tapi, maksudku,
bagaimana antara aku dan engkau juga”.
Ibu terdiam mendengar kata-kata Wak Lam,
sedangkan aku bagai kilat yang menyambar. Sampai-sampai gelas yang ku pegang
jatuh ke lantai. Dan ku lihat ada niat jahat di mata Wak Lam. Aku berpikir. Apakah
Wak Lam yang telah membunuh ayah?.
Ibu terus terdiam dan belum menyeru,
sedangkan Wak Lam malam itu seperti seekor rajawali di depan ibu. Lamunanku
baru tersentak ketika samar-samar ku dengar dari luar rumah banyak sekali
suara-suara.
“Mereka mesti dinikahkan…”
“Mereka berzina di ladang…..”
“Dasar Wak Lam….”
“Dasar lembu perempuan…”
Ternyata Wak Lam bukan orang baik-baik
bagi keluarga yang di tinggal mati ayahnya dan yang di bunuh oleh siapa.
Memang anak-anak punya naluri yang kuat.
Untuk si penulis cerpen, FARIZAL
SIKUMBANG, saya acungi jempol.
(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.1.2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar