Jumat, 07 Januari 2022

 

Budi Sampurno.Jan(2)

SDT.SASTRA.14

PERIHNYA RINDU DI MALAM NATAL.

SILVESTER PETARA HURIT, pendiri NARA TEATER di Flores Timur ber cerpen di Harian KOMPAS, Minggu, tgl. 26 Desember 2021 dan cerpennya di beri judul KABAR DI MALAM NATAL.Diceritakan, Ama Ola, seorang lelaki yang di tinggal isterinya merantau ke Kalimantan. Bekerja di perkebunan kelapa sawit sudah selama sepuluh tahun. Ina Bolang nama isterinya, meninggalkan suaminya setelah baru setahun menikah. Merantau dengan alasan ekonomi, dan atas persetujuan ke dua belah pihak, suami-isteri. Sebenarnya Ama Ola bisa berdekatan dengan Ina Semol, tetangga yang sudah delapan tahun ditinggal suaminya merantau ke Malaysia.

Mengenai Ina Semol ini, SILVESTER HURIT menulis---Sama-sama masih di usia 30-an. Sama-sama kesepian dan bisa saling mengerti. Namun Ama Ola tak berani. Jangan pernah masuk kebun orang supaya di medan perang panah dan tombak tak kena dirimu. Be- gitulah warisan nenek moyang yang harus di pegang teguh oleh setiap pria dari klen pemilik suri kada.

Di lain kalimat di tulis bahwa Om Ronald si penimbun kopra pernah menggodanya.

“ Jadi laki-laki jangan munafiklah”.

“ Kau pikir saya ini nyamuk bisa gigit sembarangan”

“ Bilang saja sudah kau preteli”

“ Jangan  ukur saya pakai ukuran bajumu sendiri”.

“ Kau pikir isterimu di sana juga setia ?”.

Godaan Om Ronald ini benar-benar mengganggu pikiran dan jiwa Ama Ola. Dan berpikiran yang aneh-aneh penuh kecurigaan terhadap isterinya diperantauan. Tapi saking jujurnya, Ama Ola malah merasa dirinya berdosa dengan pikiran yang penuh kecurigaan itu. Maka dia segera pergi ke gereja guna menebus dosa.

Ama Ola tidak punya handpone, maka kalau ingin berkomnikasi dengan isterinya selalu minta tolong kepada Ina Semol, tetangganya yang ditinggal suaminya merantau di Malaysia.

Sampai di malam Natal isterinya belum juga pulang serta juga tidak ada kabar lewat telepon. Dan di malam Natal ini Ama Ola tetap menunggu kalau-kalau ada berita dari isterinya. Tiba-tiba listrik padam. Ia tetap duduk mematung dikegelapan. Tiba-tiba terdengar Ina Semol memanggil.

“ Om Ama, ada telepon…”

“ Dari Ina Boleng”, sambut Ama Ola girang.

“ Dari Ama Kopong”.

Seketika raut Ama Ola berubah. Ama Kopong, adik bungsu Om Ronald anak Ketua Lembaga Adat, si tukang jual tanah yang tak disukainya.

“ Selamat Natal Ama Ola”.

“ Selamat Natal juga”.

“ Ama Ola, singkat saja saya sampaikan, bahwa  Ina Boleng sudah tiga minggu ini masak nasi untuk saya. Minta maaf, semoga kamu bisa terima” Langsung dimatikan teleponnya tanpa memberi kesempatan satu katapun bagi Ama Ola.

Bagi saya cerpen ini menggoda untuk membacanya secara berkelanjutan, apalagi di dukung dengan judul “KABAR DI MALAM NATAL”. Enak dan lancer di baca, tapi akhir cerita yang tragis, memang membuat pikiran saya ikut sangat terganggu. Perih rasanya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.7.1.2022)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar