Budi Sampurno.Jan(2)
SDT.SASTRA.14
PERIHNYA RINDU DI
MALAM NATAL.
SILVESTER PETARA HURIT, pendiri NARA TEATER
di Flores Timur ber cerpen di Harian KOMPAS, Minggu, tgl. 26 Desember 2021 dan
cerpennya di beri judul KABAR DI MALAM NATAL.Diceritakan, Ama Ola, seorang
lelaki yang di tinggal isterinya merantau ke Kalimantan. Bekerja di perkebunan
kelapa sawit sudah selama sepuluh tahun. Ina Bolang nama isterinya,
meninggalkan suaminya setelah baru setahun menikah. Merantau dengan alasan ekonomi,
dan atas persetujuan ke dua belah pihak, suami-isteri. Sebenarnya Ama Ola bisa
berdekatan dengan Ina Semol, tetangga yang sudah delapan tahun ditinggal
suaminya merantau ke Malaysia.
Mengenai Ina Semol ini, SILVESTER HURIT
menulis---Sama-sama masih di usia 30-an. Sama-sama kesepian dan bisa saling mengerti.
Namun Ama Ola tak berani. Jangan pernah masuk kebun orang supaya di medan
perang panah dan tombak tak kena dirimu. Be- gitulah warisan nenek moyang yang
harus di pegang teguh oleh setiap pria dari klen pemilik suri kada.
Di lain kalimat di tulis bahwa Om Ronald
si penimbun kopra pernah menggodanya.
“ Jadi laki-laki jangan munafiklah”.
“ Kau pikir saya ini nyamuk bisa gigit
sembarangan”
“ Bilang saja sudah kau preteli”
“ Jangan
ukur saya pakai ukuran bajumu sendiri”.
“ Kau pikir isterimu di sana juga setia ?”.
Godaan Om Ronald ini benar-benar mengganggu
pikiran dan jiwa Ama Ola. Dan berpikiran yang aneh-aneh penuh kecurigaan
terhadap isterinya diperantauan. Tapi saking jujurnya, Ama Ola malah merasa dirinya
berdosa dengan pikiran yang penuh kecurigaan itu. Maka dia segera pergi ke
gereja guna menebus dosa.
Ama Ola tidak punya handpone, maka kalau
ingin berkomnikasi dengan isterinya selalu minta tolong kepada Ina Semol,
tetangganya yang ditinggal suaminya merantau di Malaysia.
Sampai di malam Natal isterinya belum juga
pulang serta juga tidak ada kabar lewat telepon. Dan di malam Natal ini Ama Ola
tetap menunggu kalau-kalau ada berita dari isterinya. Tiba-tiba listrik padam.
Ia tetap duduk mematung dikegelapan. Tiba-tiba terdengar Ina Semol memanggil.
“ Om Ama, ada telepon…”
“ Dari Ina Boleng”, sambut Ama Ola girang.
“ Dari Ama Kopong”.
Seketika raut Ama Ola berubah. Ama Kopong,
adik bungsu Om Ronald anak Ketua Lembaga Adat, si tukang jual tanah yang tak
disukainya.
“ Selamat Natal Ama Ola”.
“ Selamat Natal juga”.
“ Ama Ola, singkat saja saya sampaikan,
bahwa Ina Boleng sudah tiga minggu ini
masak nasi untuk saya. Minta maaf, semoga kamu bisa terima” Langsung dimatikan
teleponnya tanpa memberi kesempatan satu katapun bagi Ama Ola.
Bagi saya cerpen ini menggoda untuk
membacanya secara berkelanjutan, apalagi di dukung dengan judul “KABAR DI MALAM
NATAL”. Enak dan lancer di baca, tapi akhir cerita yang tragis, memang membuat pikiran
saya ikut sangat terganggu. Perih rasanya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.7.1.2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar