Rabu, 09 Februari 2022

 

BUDI SAMPURNO.FEB.1.2022

SDT. KOMEN.18.

MENGHADANG GELOMBANG COVID.

 

Pandemi Covid-19 bersama varian barunya—Omicron mulai menggila di tanah air. Pemerintah dan para tokoh masyarakat telah menghimbau, agar masyarakat tidak panik, tetap tenang, tetapi tetap harus mentaati protokol kesehatan.

Situasi yang demikian itu, sekiranya yang membuat Harian JAWA POS pada hari Senin, tgl. 7 Februari menurunkan JATI DIRINYA dengan judul AWAL KURVA DAN KESIAPAN FASKES. Diakhir JATI DIRInya di tulis :Bila pemerintah memerintahkan lansia tidak keluar rumah, pemerintah juga harus segera menghentikan proses pembelajaran tatap muka 100 persen. Percuma lansia tetap di rumah, sementara anak cucunya masih keluar masuk rumah dan berkerumun di sekolah dan di tempat-tempat umum.

Pembatasan kegiatan  keagamaan dan penegakan prokes di lingkungan perkantoran juga harus kembali diterapkan. Ekonomi bisa tumbuh lagi, tapi nyawa rakyat harus menjadi prioritas paling utama.

Apa yang dimaksud JATI DIRI itu memang sangat benar. Karena kasus penularan Covid sudah terjadi, bukan hanya anak didik yang tertular, tetapi ada guru-guru yang tertular pula. Angka kematian karena Covid juga melonjak. Ini sangat memprihatinkan.

Lalu bagaimana dengan sikap masyarakat. Inilah yang memprihatinkan, karena sudah banyak orang yang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Kita sudah sangat sering melihat, bertemu banyak orang yang berada di jalan, di tempat umum, tidak memakai masker. Beberapa kali kita juga mendengar,a acara-acara reuni, parawisata, kuliner diselenggarakan. Dan pasti bertabir dengan, tetap mengetrapkan protokol kesehatan.

Anehnya, terkadang para ahli juga ada yang memberikan pandangan-pandangan yang bersikap kurang simpati terhadap upaya-upaya Pemerintah dalam menanggulangi pandemi ini. Apalagi mereka yang mempunyai kepentingan politik tertentu. Pandangan-padangannya cenderung berbau provokasi. Sayang, tingkat intelektualnya menjadi tingkat intelektual rendahan.

Belum lagi mereka yang mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan secara illegal. Seperti yang terjadi di Banyuwangi. Bagusnya Dinas Kesehatan Banyuwangi bertindak cepat dan tegas. Yaitu dengan menutup 15 titik tes antigen illegal. Yang disinyalir tidak memiliki ijin praktek serta  rata-rata SDM-nya masih kurang dan belum memiliki pengolahan sampah dan limbah medis.

Sangat diharapkan masyarakat bisa bersifat dewasa dalam berpikir dan bertindak untuk menyikapi berita-berita yang tidak jelas sumbernya serta bersifat hoaxs. Masyarakat tidak perlu bingung, karena aparat mulai RT,RW, Kelurahan, Kecamatan dan ditingkat berikutnya selalu siap memberikan bantuan dalam mengatasi informasi yang simpang siur tsb. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.9.1.2022)

 

 

 

1 komentar:

  1. Saya rasa, ada atau tidak ada Covid maupun variannya, penerapan utk membiasakan memakai masker, mencuci tangan, tidak perlu keluar jika tidak ada kepentingan yg memang perlu adalah kebiasaaan yg baik.
    Tentunya juga berolah raga dan mnjaga kondisi tubuh yg baik.

    Adapun menghindari kerumunan adalah kondisional, yakni melihat situasi apa yg terjadi, misal peningkatan penyebaran covid. Jika ini terjadi maka mutlak warga harus menerapkan total protokol kesehatan.

    Menghadapi kondisi yg membosankan ini kita memang harus sabar dan pandai² secara bersama memerangi siklus kehidupan virus ini. Dg kesadaran kolektif tentu lebih mudah dan efektif utk memenangkan perang ini.

    Masalahnya faktor tdk kondusif selalu ada, yakni masyarakat yg kurang disiplin, penegakan aturan yg kurang konsisten, aturan yg tidak masuk di akal, pilih kasih, provokasi dari tokoh² pembenci pemerintah, dan tuntutan ekonomi.

    Bersyukur ditengarai varian Omicron ini tdk terlalu bahaya seperti varian Delta yg menghajar membabi buta dibawal semester 2 tahun lalu.
    Tidak ada ruginya bahkan sangat bermanfaat jika kitab lebih mengambil langkah yg hati² daripada gambling menghadang resiko.

    BalasHapus