Minggu, 25 Juni 2023

 

SDT.SASTRA.31

BUDI SAMPURNO, JUNI.1



MIRA INGIN JADI BATU

Judul kupasan ini sama dengan judul cerpen yang di muat di HARIAN KOMPAS, hari Minggu tgl, 11 Juni 2023. Hasil karya tulis MASDHAR ZAINAL, kelahiran 5 Juni 1984 di Madiun yang sekarang tinggal di Malang. Cerpen ini berceritera tentang seorang gadis bernama Mira yang sangat ketakutan ketika mau menerima rapor kenaikkan kelas. MASDHAR membuka cerpennya dengan, “ Malam sehari sebelum pembagian rapor kenaikan kelas, Mira menatap cermin dalam kamarnya, dia mendengar suara-suara dari dalam dirinya”.

Mira sendiri mengakui kalau dirinya bodoh, tolol. “ Mira memelototi sosok dalam cermin. Tidak tersenyum. Rasanya dia tidak mengenal baik sosok dalam cermin itu. Dia hanya tahu, gadis dalam cermin itu adalah gadis paling tolol di kelas.Tak pernah dapat nilai bagus. Tidak banyak disukai teman-teman. Dan selalu menjadi bulan-bulanan omelan para guru. Bocah goblok! Bocah tolol! Bocah malas!”.

Ketika Mira sedang asyik berdialog dengan dirinya di hadapan cermin di kamar terdengar teriakan ibunya.

“ Miraa!.Matikan lampunya dan cepat tidur!. Besok pagi kita ambil rapormu. Kita lihat apa kamu bakal naik kelas atau mendekam di kelas empat!.

Mira diceriterakan hidup bersama mamanya. Mamanya bisa di bilang galak, keras. Selalu dan sering memarahi Mira. Digambarkan oleh MASDHAR ZAINAL, selepas pembagian rapor semester awal. “ Sampai di rumah, Mama langsung mendudukannya di kursi tamu. Sangat kasar. Rapor di banting di atas meja dalam keadaan terbuka.”Lihat nilaimu. Lihat!. Merah semua! Kamu selalu bikin malu Mama. Tak pernah bisa bikin Mama bangga!. Mama mendorong dorong jidat Mira dengan jari telunjuknya. Seperti hendak mencocok matanya”.

Setelah mematikan lampu, Mira tidur dan paginya, kembali suara Mama juga menggema dalam kamar, menyuruh Mira segera bangun, mandi dan cepat berangkat ke sekolah.

Sesampai di sekolah Mira duduk pada bangku di luar kelas. Dia melihat mamanya duduk di deretan nomor tiga dari belakang. Mira melihat teman-teman sekelas sedang bermain di halaman. Mira mengabaikan polah teman-temannya. Tetapi ingat perlakuan mamanya selama ini, Mira hampir saja membenci mamanya. “Dia menyesal. Hampir saja dia membenci mama. Untungnya dia teringat pelajaran agama tentang berbakti kepada orang tua. Dia ingat pesan Pak Huda, betapa beruntungnya anak-anak yang masih memiliki orang tua. Dia juga teringat cerita Malin Kundang yang pernah dia baca di perpustakaan sekolah, kisah si anak durhaka. Mira membayangkan, jika dia membantah kata-kata mama, bisa-bisa dia di kutuk menjadi batu, seperti Malin Kundang. Duh, bagaimana rasanya dikutuk jadi batu?”

Para orang tua telah berbondong-bondong keluar dari kelas. Mamanya tidak tampak ikut keluar kelas. Dilihatnya, mama masih berbicara berhadap-hadapan dengan Bu Guru Karti di dalam kelas. Mira gelisah dan cemas serta digeluti rasa takut yang luar biasa. Mira memejamkan mata,mengepalkan telapak tangan erat-erat, mencengkeramkan jari-jari kaki dalam sepatu, mengadukan giginya. Dalam kondisi demikian, pikiran dan jiwa Mira melayang, teringat cerita Malin Kundang. MASHDAR ZAINAL menggambarkan ketakutan Mira dengan kalimat, “ Mungkin aku mau jadi batu.Tapi, kalau dipikir-pikir jadi batu sepertinya tidak terlalu buruk. Aku tak perlu lagi menangis bila dipukul mama. Tak perlu gemetar bila  diteriaki mama. Dan yang paling penting, tak perlu lagi berhadapan dengan rapor beserta angka-angka merah yang ada di dalamnya. Aku mau jadi batu saja”.

Begitu mama keluar dari ruang kelas serta memekikkan namanya, Mira tetap tidak bergeming dari duduknya. Mama menyeret Mira mengajak pulang.

Cerita yang tidak enak ini di tutup oleh MASHDAR ZAINAL, “ Mama terus memekik-mekik, sambil  berusaha menyerat Mira. Mira tak bersuara. Matanya terus  terpejam. Guru-guru berdatangan. Teman-teman Mira berkerumun. Mira tak perlu tahu kalau dia dan mamanya sudah jadi tontonan orang satu sekolahan”.

Aku mau jadi batu!. Aku mau jadi batu!.

Cerpen ini berakhir dengan begitu, tanpa informasi bagaimana sesampainya di rumah. Pelampiasan model apa yang ditumpahkan mamanya kepada Mira.

Dari awal saya baca, MASHDAR ZAINAL memang tidak memberikan informasi secuilpun, siapakah si Mama itu. Apakah seorang janda, apakah seorang ibu tiri Mira. Ini berkaitan dengan tingkah laku, sikap Mama kepada Mira, yang begitu kejam. Biasanya kalau anak kandung, mungkin Mama tidak akan sesadis itu, kecuali mungkin ada kekecewaan yang mendalam dengan mantan suami. Sebaiknya penulis perlu sedikit memberikan informasi hubungan antara Mama dan Mira, sehingga pembaca bisa menerimanya secara logika. Mengapa Mira sampai berpikiran kuat, serta berkehendak lebih baik menjadi batu saja, dari pada sehari-hari berhadapan dengan kejamnya sang Mama. (BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.25.6.2023)

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar