SDT.KOMEN.40
BUDI SAMPURNO.APRIL.2
BUNG
KARNO SUDAH TIDAK DI PDIP ?
Pemilu
th 2024 sudah selesai. Hasilnya sudah sama-sama diketahui, meskipun masih dalam
sengketa dan berujung masuk ke Makamah Konstitusi. Putusan hasil sidang
Mahkamah Konstitusi masih sama-sama kita tunggu. Kita juga tahu, para Capres
ada yang puas dengan hasil Pemilu, tetapi ada juga yang tidak puas, bahkan
merasa dicurangi. Capres 01 dan 03, pendukungnya langsung protes dan mengajukan
tuntutan ke Mahkamah Konstitusi.
Perolehan
suara memang ada yang mengejutknn, yaitu pasangan Capres Ganjar Pranowo dan
Mahfud MD, hanya memperoleh 16,47%. Padahal Capres ini di dukung oleh koalisi
yang dimotori partai besar pemenang Pemilu yang lalu, yaitu PDIP. Yang juga
berhasil mengantarkan Joko Widodo menjadi Presiden RI dua periode.
Di
media, terutama di medsos, para analis politik memberikan komentar yang sangat
pedas khususnya kepada PDIP. Ada yang mengatakan PDIP sebuah partai besar yang
sombong, mengecilkan arti Presiden Joko Widodo sebagai petugas partai, memposting
foto yang meremehkan seorang Presiden, seorang Kepala Negara, yaitu ketika
Presiden Joko Widodo bertemu dalam suatu ruangan dengan posisi Megawati duduk di
belakang meja besar. Sedangkan Presiden Joko Widodo duduk di kursi biasa,
sepertinya seorang murid sedang menghadap Kepala Sekolah karena sang murid
sedang bermasalah. Kader-kader PDIP banyak yang mencela Presiden Joko Widodo
sebagai orang yang tidak tahu diri, karena sampainya Joko Widodo menduduki
jabatan Presiden adalah berkat dan jasa
besar PDIP. Para pecinta Presiden Joko Wiwodo merasa terhinakan. Dan berbagai
komentar politis yang sifatnya menistakan PDIP.
Namun
ada suatu fenomena yang menarik yang membuahkan pertanyaan, yaitu apakah Bung
Karno sudah tidak di PDIP?.
Sudah
sejak dahulu hingga sekarang Bung Karno selalu dilekatkan pada PDIP. Dalam
setiap gerakkan apapun, foto Bung Karna selalu ditampilkan. Apalagi dalam masa
kampaye. Ideologi PDIP tercermin dalam diri Bung Karno. Lalu yang bagaimana
ideologi PDIP itu, diyakini bahwa tidak semua kader PDIP itu mengerti dan paham
tentang ajaran Bung Karno. Mungkin yang seangkatan Hasto (Sekjen), Ardian
Napitupulu, Budiman Sujatmika (yang keluar dari PDIP) masih paham. Tetapi angkatan
di bawah mereka mungkin sudah setengah paham.
Siapakah
pemilih Pemilu th 2024 ?.
Komisioner
KPU, Betty Epsilon Idroos mengatakan, DPT (Daftar Pemilih Tetap ), total
berjumlah 204,8 Juta orang. Secara komposisi generasi milenial menjadi pemilih
mayoritas, jumlah sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen.(JP.3/7/2023)
Dari
sekian DPT yang milenial, pasti sebagian
ada yang jadi kader atau simpatisan PDIP. Lalu yang kader PDIP itu tahunya apa
tentang Bung Karno. Apalagi dengan ajarannya. Yang mereka pasti tahu, Bung
Karno adalah Sang Proklamator, seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah
mereka. Jadi bagi mereka, penampilan Bung Karno pada poster-poster, sudah tidak
ada efek positifnya. Apalagi millenial yang bukan kader PDIP.
Lalu
apakah para kader PDIP yang sering tampil di media juga mencerminkan PDIP merupakan
Rumah Nasionalis Sukarnois, Rumah Partai Wong Cilik sesuai ajaran Bung Karno ?. Lihatlah Megawati sebagai Ketua Umum
PDIP berkali-kali tampil di media dengan
nada arogan, misalnya mengkritik ibu-ibu yang ikut pengajian, pada hal mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam. Pernah menghina penjual bakso. Lihat pula Ateria
Dahlan, Masinton Pasaribu bila berdiskusi di media. Selalu tidak mencerminkan
sebagai kader PDIP yang baik sesuai ajaran Bung Karno. Kasus Harun Masiku seorang
kader PDIP yang sampai sekarang belum terungkap dan KPK masih memburunya. Polah
mereka mengundang para simpatisan PDIP berbalik menjadi tidak simpati lagi pada
PDIP.
Makanya
jumlah pemilih yang mencoblos PDIP jauh merosot. Dan sangat berpengaruh pada kekalahan
yang tragis dari Capres Ganjar-Mahfud MD. Bung Karno sudah tidak di PDIP lagi !.
(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.21.4.2024)
Rasanya mmg PDIP ditinggalkan para pendukung pak Jokowi yg kecewa dg elit² PDIP. Figur pak Machfudz juga kurang bisa mengangkat suara 03, kmgkinan juga krn faktor Ganjar yg dinilai tdk simpatik, tindakan nya jadi boomerang. Walhasil tampak jelas dalam perolehan suara Pilpres. Tapi yg aneh , suara legeslatif PDIP relatif stabil atau tetap 2 besar secara nasional. Bagaimana menjelaskan ini ?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus