Kamis, 28 Oktober 2021

 

SDT.INFORMASI.85

Budi Sampurno.Oktober.6

USUL SOEGONDO DJOJOPOESPITO SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL

Kakom.28.10.2021. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai bahwa Soegondo Djojopoespito, pemuda asal Tuban, layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Untuk itu, Gubernur meminta pada Bupati Tuban untuk segera mengajukannya untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Saat menjadi Inspektur Upacara Hari Sumpah Pemuda ke-93 di Alun-Alun Kabupaten Tuban, Kamis hari ini, Khofifah menjelaskan bahwa Soegondo Djojopoespito merupakan pemimpin Sidang pada Kongres  Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928.

“Jadi sebetulnya sudah  pernah diajukan oleh pemerintah provinsi DIY karena makam beliau di Yogya tapi dalam catatan yang sampai ke saya ada dokumennya yang belum lengkap. Jadi mohon berkas pengajuan segera  diajukan oleh Pemkab Tuban dan dilengkapi kemudian diteruskan ke Provinsi untuk segera diajukan ke Dewan Gelar Nasional,” kata Khofifah

Khofifah mengatakan, selain sebagai tokoh aktif Perhimpunan Pelajar- Pelajar Indonesia (PPPI), Soegondo Djojopoespito merupakan putra Jawa Timur yang mengambil peranan penting atau memberi inspirasi terhadap peristiwa Sumpah Pemuda sampai berhasil diikrarkan. Atas perjuangan tersebut, sudah sepatutnya kita mengusulkan beliau menjadi Pahlawan Nasional.

Sementara itu, dalam momen peringatan Sumpah Pemuda, Khofifah mengajak segenap kaum muda Jawa Timur untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan untuk bangkit dari pandemi Covid-19. Dalam momen Sumpah Pemuda ini, diyakini  tumbuhnya solidaritas terutama dari generasi millenial merupakan modal yang sangat baik untuk bangkit dari pandemi.

“Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran besar tentang solidaritas. Tumbuh masyarakat empatik dengan berbagai inisiatif saling membantu antar sesama. Di dalam gerakan itu banyak anak muda yang turut berpartisipasi untuk saling membantu. Kita melihat kebangkitan semangat gotong royong yang sesungguhnya memang selama ini menjadi nilai-nilai bangsa Indonesia,” katanya.

Penguatan solidaritas dan kebersamaan itu penting mengingat saat ini adalah era teknologi digital, dimana tantangan yang dihadapi adalah individualisme. Hampir semua bidang kehidupan kini bertumpu pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Anak muda yang tumbuh bersama dan memiliki penguasaan TIK telah terbukti lebih mampu beradaptasi dengan tatanan kehidupan baru. Bahkan mereka mampu menghasilkan karya dan inovasi yang bermanfaat.

Tntangannya ada pada sifat individualisme. Sifat ini merupakan konsekuensi logis berkembangnya TIK yang melewati batas wilayah membawa nilai-nilai baru kepada anak muda, yang tidak semua baik untuk bangsa kita. Individualisme melunturkan solidaritas, menghilangkan empati dan rasa kebersamaan antara kita.

“Dari sini kita mendapatkan momentum penting. Dalam berbagai momen perjalanan bangsa ini, anak muda selalu menjadi penggerak kebangkitan dan kemajuan. Maka hari ini saya meyakini ketika anak muda saling bergandengan tangan, berkolaborasi, dan berinovasi maka kita akan bertumbuh dan mampu bangkit melewati masa sulit ini,” harapannya.

Menurutnya, Sumpah Pemuda adalah sebuah peristiwa besar, peristiwa yang di dalamnya segenap ego dan kepentingan lebur dalam ikatan persaudaraan. Seperti yang sering disampaikan oleh Presiden Joko Widodo tentang wedaran Sunan Kalijogo yakni ‘Suro diro joyodiningrat lebur dening pangestuti (segenap kebesaran diri lebur dihadapan kasih sayang), untuk menggambarkan runtuhnya ego dan lahirnya solidaritas bersama untuk bersatu.

Tidak hanya itu, runtuhnya ego dan lahirnya solidaritas juga terlihat dari ikrar ‘Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia’, Disini terlihat kebesaran kalangan pemuda dari wilayah Jawa yang meskipun dari kalangan mayoritas namun tidak memaksakan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional.

“Kehendak menjadi satu untuk bersama telah meluruhkan ego kedaerahan, ego intelektualitas dan ego status sosial, semuanya hendak berhimpun bersama dalam rangka membangun kesatuan menggunakan bahasa Indonesia,” terangnya.

Khofifah juga berpesan kepada generasi muda untuk terus membangun kemandirian, karakter dan menguasai teknologi digital. Selain itu, ia juga berpesan untuk terus berusaha dan jangan pernah menyerah.

“Untuk seluruh  pemuda Jawa Timur, generasi milenial, zaman sudah berubah. Bersiaplah dengan ilmu, pengalaman dan kembangkan talentamu. Kuatkan niat untuk sukses, bergeraklah, kuasailah zaman digital ini, mulailah berusaha, mulailah mandiri, jangan mudah putus asa, karena di pundak kalian masa depan digantungkan,” pesannya.

Hari Sumpah Pemuda ke 93 kali ini mengambil tema ‘Bersatu, Bangkit dan Tumbuh’. Tema ini diambil untuk menegaskan kembali komitmen yang telah dibangun oleh para pemuda yang diikrarkan pada tahun 1928 dalam Sumpah Pemuda.

Pelaksanaan upacara Sumpah Pemuda Provinsi Jatim tahun ini digelar berbeda. Bila setiap tahun digelar di halaman Gedung Negara Grahadi, kali ini digelar di Alun-Alun Tuban. Dipilihnya Tuban karena Bupati Tuban yakni Aditya Halindra Faridzky, dinilai sebagai sosok yang mewakili wujud pemuda millenial Jatim yang inspiratif dan inovatif. Selain itu, Tuban merupakan tempat kelahiran Soegondo Djojopoespito, pemuda yang merupakan pemimpin Kongres Sumpah Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928. (Budi.S.Mak’skom.IPJT.JNR.28.10.2021)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar