SDT.SASTRA.12
Budi Sampurno, Oktober.3
PERSELINGKUHAN
DI KOMPAS DAN JAWA POS
Menarik
mengamati cerpen yang di muat Harian KOMPAS tgl 29 Agustus 2021, berjudul ISMAIL
ANAK BAIK yang di tulis oleh KIKI SULISTIYO. Dan cerpen yang di muat Harian
JAWA POS tgl. 4 September 2021, di tulis
oleh DALIH SEMBIRING.
Setelah membaca
kedua cerpen tadi dengan tenggang waktu sekitar seminggu, saya mendapatkan yang
hal sama tentang inti cerpennya.
Cerpen ISMAIL
ANAK BAIK di beri gambaran oleh KIKI SULISTIYO dengan kalimat yang tertera sbb.
……..Ismail telah
kehilangan ayahnya. Dan tidak tahu apa sebabnya ayahnya hilang. Kata orang
ayahnya telah di makan hantu petrus. Ayahnya bertato. Ismail tidak percaya
ceritera tentang petrus itu. Ismail lebih percaya, ayahnya hilang karena dia
telah menjadi anak yang nakal. Dan anak-anak nakal pasti di hukum Tuhan. Begitu
yang selalu ditanamkan oleh guru ngajinya. Ketika dia akan belajar ngaji,
ibunya yang mengantar ke guru ngaji untuk mendaftarkan diri.
Selanjutnya Kiki
Sulistiyo menceritakan, bahwa guru ngajinya itu perawakannya mirib dengan
bapaknya, memelihara berewok, bertubuh besar dan tinggi. Hanya bedanya dengan
bapaknya Ismail, guru ngajinya ini tidak bertato. Guru ngajinya itu
kadang-kadang datang ke rumah dan Ismail di suruh bermain di luar.
Kalimat terakhir
inilah yang saya angggap mengarah ke kunci persoalan perselingkuhan.
Sedangkan DALIH
SEMBIRING dalam cerpennya yang berjudul DUA RUMAH KAYU di Harian JAWA POS, lebih
jelas lagi dalam arah perselimgkuhannya. disebutkan :
Ibu Ucup
meradang ketika seorang tetangga bilang ia melihat bapak memboncengkan Anes (
si janda muda) dengan sepedanya di suatu sore.
“ Dia baru saja
selesai nyuci. Aku kasih tumpangan. Itu saja”, jawab bapak dalam interogasi di
kamar sebelah.
“ Dia yang minta
diboncengkan apa kamu yang nawarin?”.
“Enggak gitu.
Dia baru naik dari sungai, aku hampir nabrak dia. Aku minta maaf, terus
kutawarkan….”
“ Berarti dia
masih pakai kain basah?. Kamu senang lihat teteknya yang kimplah-kimplah?”
Dialog antara
seorang ayah dengan isterinya ini oleh DALIH SEMBIRING sudah saya anggap arah kecurigaan
perselingkuhan yang semakin memuncak.
Lalu di mana
kejelasannya cerpen ISMAIL ANAK BAIK ?. Rabaan adalah kalimat “
Tragisnya ketika
Ismail sedang mencari kerang dan melepas kembali ke laut kerang-kerang yang
sudah ditangkapnya sebagai tanda Ismail anak yang baik, guru ngajinya sedang
berada dirumahnya. Menurut teman yang membawa burung dalam sangkar, dirumahnya
juga “ banyak “ orang.
GALIH SEMBIRING
lebih gamblang dalam menggambarkan situasinya. Dituliskan sbb :
Antukan-antukan
berhenti. Terdengar derit halus. Empat kali. Yang terakhir ketika pintu
depan di tutup dan aku bangkit untuk
mengintip dari celah cendela. Satu sosok berjalan di pekarangan, menuju rumah
depan. Cahaya lemah mengilapkan kulitnya yang basah. Itu punggung bapak, lebar
dan liat. Pintu di seberang terbuka. Bapak menghilang ke dalam ruang tanpa
penerangan. Pintu di tutup kembali.
Bagaimana akibat
terbongkarnya perselingkuha ini?.
Ibunya Ucup
marah sampai di luar batas. Di malam hari, di dapur menumbuk cabai dengan
geram, penuh emosi. Menangis. Ibunya mirip nenek sihir yang mengudak ramuan.
Ibunya memasukkan hasil ulekannya kedalam ember yang berair. Ibunya mengudak
air bercampur ulegan cabai, sampai bau cabai meruap di ruangan dapur. Kemudian
ibunya Ucup sambil menyangga dengan tangan kirinya keperut yang sedang hamil, tangan
kanannya menjinjing ember sambil memanjat pohon mangga. Merayap pada satu dahan
yang menjulur di atas atap genting rumah janda kembang. Dia geser satu genting
dan menyiramkan air berisi adukan cabai ke arah bapak dan janda kembang yang
sedang indehoi. Karuan saja kedua mahluk pezina itu kepanasan sekujur tubuhnya dan tanpa peduli telanjang lari
keluar rumah. Ibunya Ucup turun dari pohon. Memungut sebuah sapu, ia ayunkan
gagangnya sekuat tenaga, memukuli bapak dan janda kembang berkali-kali. Yang
menimbulkan darah mengucur dan dibarengi dengan darah deras mengalir dari ke
dua kaki ibunya Ucup.
Sumpah ibu Ucup
ternyata terwujud, diterakan oleh GALIH SEMBIRING dengan kalimat…Memang tujuan
Ucup kembali ke kota masa kecilnya, karena mendapat berita bahwa bapaknya jatuh
dari sepeda motor dan kepalanya pecah terlindas mobil truk yang sedang lewat.
Kejadian itu
menjadi suatu kenyataan sekian tahun kemudian yang digambarkan dengan sumpahnya
ibu Ucup:“ Awas, kamu!. Demi bayi ini, aku sumpahi kepalamu pecah kalau kamu
berani serong”.
Setelah selesai
membaca kedua cerpen tadi dengan tenggang waktu satu minggu, saya mendapat
kesimpulan, bahwa kedua cerpen itu berceritera tentang perselingkuhan. KIKI
SULISTYO dengan latar belakang perkampungan nelayan, namun halus dalam
mengutarakan ritme-ritme kejadian. Berbeda dengan GALIH SEMBIRING, lebih gamblang
dalam merangkai ritme-ritme kejadian, sehingga pembaca langsung paham bahwa itu
ceritera tentang suatu perbuatan yang sebenarnya di larang oleh agama apapun. Serta
merusak suatu rumah tangga yang sebelumnya di huni orng-orang yang penuh dengan
kebahagiaan.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.25.10.2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar