Senin, 25 Oktober 2021

 

SDT.SASTRA.12

Budi Sampurno, Oktober.3

PERSELINGKUHAN DI KOMPAS DAN JAWA POS

Menarik mengamati cerpen yang di muat Harian KOMPAS tgl 29 Agustus 2021, berjudul ISMAIL ANAK BAIK yang di tulis oleh KIKI SULISTIYO. Dan cerpen yang di muat Harian JAWA POS  tgl. 4 September 2021, di tulis oleh DALIH SEMBIRING.

Setelah membaca kedua cerpen tadi dengan tenggang waktu sekitar seminggu, saya mendapatkan yang hal sama tentang inti cerpennya.

Cerpen ISMAIL ANAK BAIK di beri gambaran oleh KIKI SULISTIYO dengan kalimat yang tertera sbb.

……..Ismail telah kehilangan ayahnya. Dan tidak tahu apa sebabnya ayahnya hilang. Kata orang ayahnya telah di makan hantu petrus. Ayahnya bertato. Ismail tidak percaya ceritera tentang petrus itu. Ismail lebih percaya, ayahnya hilang karena dia telah menjadi anak yang nakal. Dan anak-anak nakal pasti di hukum Tuhan. Begitu yang selalu ditanamkan oleh guru ngajinya. Ketika dia akan belajar ngaji, ibunya yang mengantar ke guru ngaji untuk mendaftarkan diri.

Selanjutnya Kiki Sulistiyo menceritakan, bahwa guru ngajinya itu perawakannya mirib dengan bapaknya, memelihara berewok, bertubuh besar dan tinggi. Hanya bedanya dengan bapaknya Ismail, guru ngajinya ini tidak bertato. Guru ngajinya itu kadang-kadang datang ke rumah dan Ismail di suruh bermain di luar.

Kalimat terakhir inilah yang saya angggap mengarah ke kunci persoalan perselingkuhan.

 

Sedangkan DALIH SEMBIRING dalam cerpennya yang berjudul DUA RUMAH KAYU di Harian JAWA POS, lebih jelas lagi dalam arah perselimgkuhannya. disebutkan :

Ibu Ucup meradang ketika seorang tetangga bilang ia melihat bapak memboncengkan Anes ( si janda muda) dengan sepedanya di suatu sore.

“ Dia baru saja selesai nyuci. Aku kasih tumpangan. Itu saja”, jawab bapak dalam interogasi di kamar sebelah.

“ Dia yang minta diboncengkan apa kamu yang nawarin?”.

“Enggak gitu. Dia baru naik dari sungai, aku hampir nabrak dia. Aku minta maaf, terus kutawarkan….”

“ Berarti dia masih pakai kain basah?. Kamu senang lihat teteknya yang kimplah-kimplah?”

Dialog antara seorang ayah dengan isterinya ini oleh DALIH SEMBIRING sudah saya anggap arah kecurigaan perselingkuhan yang semakin memuncak.

 

Lalu di mana kejelasannya cerpen ISMAIL ANAK BAIK ?. Rabaan adalah kalimat “

Tragisnya ketika Ismail sedang mencari kerang dan melepas kembali ke laut kerang-kerang yang sudah ditangkapnya sebagai tanda Ismail anak yang baik, guru ngajinya sedang berada dirumahnya. Menurut teman yang membawa burung dalam sangkar, dirumahnya juga “ banyak “ orang.

 

GALIH SEMBIRING lebih gamblang dalam menggambarkan situasinya. Dituliskan sbb :

Antukan-antukan berhenti. Terdengar derit halus. Empat kali. Yang terakhir ketika pintu depan  di tutup dan aku bangkit untuk mengintip dari celah cendela. Satu sosok berjalan di pekarangan, menuju rumah depan. Cahaya lemah mengilapkan kulitnya yang basah. Itu punggung bapak, lebar dan liat. Pintu di seberang terbuka. Bapak menghilang ke dalam ruang tanpa penerangan. Pintu di tutup kembali.

Bagaimana akibat terbongkarnya perselingkuha ini?.

Ibunya Ucup marah sampai di luar batas. Di malam hari, di dapur menumbuk cabai dengan geram, penuh emosi. Menangis. Ibunya mirip nenek sihir yang mengudak ramuan. Ibunya memasukkan hasil ulekannya kedalam ember yang berair. Ibunya mengudak air bercampur ulegan cabai, sampai bau cabai meruap di ruangan dapur. Kemudian ibunya Ucup sambil menyangga dengan tangan kirinya keperut yang sedang hamil, tangan kanannya menjinjing ember sambil memanjat pohon mangga. Merayap pada satu dahan yang menjulur di atas atap genting rumah janda kembang. Dia geser satu genting dan menyiramkan air berisi adukan cabai ke arah bapak dan janda kembang yang sedang indehoi. Karuan saja kedua mahluk pezina itu kepanasan sekujur  tubuhnya dan tanpa peduli telanjang lari keluar rumah. Ibunya Ucup turun dari pohon. Memungut sebuah sapu, ia ayunkan gagangnya sekuat tenaga, memukuli bapak dan janda kembang berkali-kali. Yang menimbulkan darah mengucur dan dibarengi dengan darah deras mengalir dari ke dua kaki ibunya Ucup.

Sumpah ibu Ucup ternyata terwujud, diterakan oleh GALIH SEMBIRING dengan kalimat…Memang tujuan Ucup kembali ke kota masa kecilnya, karena mendapat berita bahwa bapaknya jatuh dari sepeda motor dan kepalanya pecah terlindas mobil truk yang sedang lewat.

Kejadian itu menjadi suatu kenyataan sekian tahun kemudian yang digambarkan dengan sumpahnya ibu Ucup:“ Awas, kamu!. Demi bayi ini, aku sumpahi kepalamu pecah kalau kamu berani serong”.

Setelah selesai membaca kedua cerpen tadi dengan tenggang waktu satu minggu, saya mendapat kesimpulan, bahwa kedua cerpen itu berceritera tentang perselingkuhan. KIKI SULISTYO dengan latar belakang perkampungan nelayan, namun halus dalam mengutarakan ritme-ritme kejadian. Berbeda dengan GALIH SEMBIRING, lebih gamblang dalam merangkai ritme-ritme kejadian, sehingga pembaca langsung paham bahwa itu ceritera tentang suatu perbuatan yang sebenarnya di larang oleh agama apapun. Serta merusak suatu rumah tangga yang sebelumnya di huni orng-orang yang penuh dengan kebahagiaan.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.25.10.2021)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar