Sabtu, 23 September 2017

SUDUT SASTRA 1.
CERITA GADIS BERNAMA ARA YANG HILANG INGATAN
Cerpen ini di tulis oleh Dewi Ria Utari dan di muat pada harian Jawa Pos Minggu tgl 10 September 2017.
Cerpen ini berbicara tentang “ingatan”. Penulis mengawali tulisannya dengan kalimat “ Aku sering mendapati, bahwa kenangan kita tentang sesesorang sering kali hanya terpaut ada satu dua kejadian yang dengan keberuntungan yang menyertainya, bertengger dengan sukses di salah satu sel sel kelabu di otak kita.
Dewi Utari  membahas ingatan ARA gadis teman SMP dan SMA nya Kala. Seorang gadis cantik yang ketika di SMP dan SMA selalu menjadi pembicaraan dan perhatian Kala dan teman temannya. Namun setelah SMA mereka berpisah. Sekian tahun tidak ketemu, berita yang diterima Kala gadis cantik bernama Ara itu hilang ingatan
Dewi menulis “Suatu kali  saat ketemu dengan teman masa SMA, ia berceritera bahwa Ara hilang ingatan. Ia tak lagi bisa diajak bicara dengan nalar yang wajar. Lebih suka bengong, melamun, dan senyum- senyum sendiri. Ingatannya tentang teman-temannya pun memudar. Ibunya seringkali harus mengingatkannya tentang siapa mereka-mereka yang mengunjunginya. Makin hari, Ara makin susah diajak berkomunikasi. Dan karena faktor itulah, keluarganya kemudian mulai sulit untuk menerima kunjungan teman teman Ara”
Dewi sebagai penulis cerpen, membuat pembaca langsung bertanya-tanya kenapa gadis cantik Ara itu bisa begitu. Dan pada tokoh lain dalam cerpen itu, Kala sebagai teman sekolahnya juga bertanya-tanya. Dan Dewi menulis :Pertanyaanku selanjutnya sama seperti teman- teman Ara yang baru saja dikabari bahwa ia hilang ingatan “ Apa penyebabnya?”. Nah untuk jawaban yang ini tak ada yang pasti. Banyak versi jawaban. Dari diguna-guna orang, putus cinta sehingga patah hati berat, hingga masalah pekerjaan. Intinya, tidak ada salah satu temanku yang mengetahui penyebabnya.
Kala tergerak untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada diri Ara yang dikabarkan hilang ingatan. Maka Kala bersama temannya yang bernama Hardi mengunjungi Ara di rumahnya dan terjadilah dialog. Namun penulis menggugah pembaca karena justru Ara yang mengawali pembicaraan menyapa Kala.
“Apa kabarmu Kala?”, Tanya Ara membuatku dan Hardi terperanjat. Kami tak menyangka ia melihat kearahku dan bertanya dengan kewajaran yang penuh.
Aku menjawab dengan sedikit gugup. “Baik. Kamu masih ingat aku ya, Ara”, tanyaku pelan seolah tak percaya. Ara mengangguk seraya tersenyum.
Ia kemudian memandang Hardi. “Aku juga masih ingat kamu, Har. Juga masih ingat semuanya kok”.
Jawaban Ara ini tentu saja mengejutkan kami. Karena bukan hanya  roman mukanya yang telihat biasa biasa-saja,--jauh berbeda dari sebelumnya saat masih ada ibunya—namun juga kata katanya yang menyatakan bahwa ia mengingat semuanya.
“Kalian pasti berpikir bahwa aku sudah tak punya ingatan tentang teman- temanku dulu seperti kalian, kan?. Aku tau kok kabar tentang aku yang hilang ingatan. Kabar itu bukannya tidak salah sama sekali. Aku memang menghilangkan sejumlah ingatanku. Dan aku memilih melakukannya justru supaya aku tetap waras. Tahukah kalian bahwa orang yang sering kali lelah pikiran karena ia ingin mengenang. Mengingat semuanya. Kenapa tidak kita membiarkan otak kita melupakan apapun yang ingin dilupakan. Jika memang otak masih mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kita kenang, itu berarti bahwa kejadian itu memiliki makna. Entah untuk apa, mungkin baru akan ketahuan di kemudian hari”, kata Ara sambil menyandarkan punggungnya dan menelonjorkan kakinya. Matanya mengarah halaman muka rumahnya yang luas yang ditumbuhi oleh pohon jambu bol, semak melati, dan kaca piring, pohon mangga dan beberapa tanaman perdu lainnya.
Dewi menjelaskan kondisi Ara dengan kalimat :“Hidupku lebih tenang seperti sekarang ini, Kala. Aku dulu sering terganggu ketika orang lain merasa gusar ketika kita tidak mengingat mereka. Bahkan aku sendiripun demikian.Aku gusar ketika dilupakan. Namun disuatu titik hidupku, aku berpikir kenapa harus memelihara ingatan jika memang kita tidak mampu menyimpannya”.
Kala mencoba menyimpulkan penyebab Ara hilang ingatan dengan mengingat Ara waktu masih sekolah. Kalimat yang di susun Dewi yaitu: Ternyata sejak sekolah, Ara menyimpan ketertarikan  tentang alam berpikir manusia. Ia merasa bahwa kerapuhan manusia seringkali ditimbulkan oleh pikiran manusia sendiri. Ia mempelajari psikologi dan sampai pada titik dimana ia lebih ingin berada di rumah dan mencari teori-teori sendiri tentang ingatan
Namun apakah kesimpulan Kala tentang Ara ini benar atau tidak, juga tidak ada yang tahu. Dewi engan menyebutkan : Benar atau tidaknya cerita Ara ini, ibu Ara sendiri punya versi lain tentang Ara. Menurut ibunya, Ara menjadi seperti itu karena ia terlampau sedih ketika tunangannya meninggal bunuh diri pada suatu hari setelah membunuh anggota keluarganya sendiri. Sejak peristiwa itulah, Ara pulang ke rumah dan memutuskan tidak waras.
Pada akhir cerpennya, Dewi mengembalikan persoalan ingatan yang diwajarkan, seperti manusia- manusia lainnya melalui Kala : Buatku, apa pun penyebab Ara menjadi seperti itu, aku lebih memilih menyimpan Ara yang cantik, populer, kemayu dan lincah seperti saat aku mengenalnya di sekolah. Karena seperti halnya Ara, aku juga lebih memilih menggunakan ingatanku untuk mengenang hal hal yang menyenangkanku.
Penulis Dewi dengan cerpennya ini berhasil menggugah keingintahuan pembaca tentang perihal gadis Ara yang dikabarkan hilang ingatan. Kalimat-kalimatnya lugas dan menggelitik.(Budi Sampurno,Mak’skom,IPJT.23.9.17)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar