SUDUT
SASTRA 1.
CERITA
GADIS BERNAMA ARA YANG HILANG INGATAN
Cerpen
ini di tulis oleh Dewi Ria Utari dan di muat pada harian Jawa Pos Minggu tgl 10
September 2017.
Cerpen
ini berbicara tentang “ingatan”. Penulis mengawali tulisannya dengan kalimat “
Aku sering mendapati, bahwa kenangan kita tentang sesesorang sering kali hanya
terpaut ada satu dua kejadian yang dengan keberuntungan yang menyertainya,
bertengger dengan sukses di salah satu sel sel kelabu di otak kita.
Dewi
Utari membahas ingatan ARA gadis teman
SMP dan SMA nya Kala. Seorang gadis cantik yang ketika di SMP dan SMA selalu menjadi
pembicaraan dan perhatian Kala dan teman temannya. Namun setelah SMA mereka
berpisah. Sekian tahun tidak ketemu, berita yang diterima Kala gadis cantik bernama
Ara itu hilang ingatan
Dewi
menulis “Suatu kali saat ketemu dengan
teman masa SMA, ia berceritera bahwa Ara hilang ingatan. Ia tak lagi bisa
diajak bicara dengan nalar yang wajar. Lebih suka bengong, melamun, dan senyum-
senyum sendiri. Ingatannya tentang teman-temannya pun memudar. Ibunya
seringkali harus mengingatkannya tentang siapa mereka-mereka yang
mengunjunginya. Makin hari, Ara makin susah diajak berkomunikasi. Dan karena
faktor itulah, keluarganya kemudian mulai sulit untuk menerima kunjungan teman
teman Ara”
Dewi
sebagai penulis cerpen, membuat pembaca langsung bertanya-tanya kenapa gadis
cantik Ara itu bisa begitu. Dan pada tokoh lain dalam cerpen itu, Kala sebagai
teman sekolahnya juga bertanya-tanya. Dan Dewi menulis :Pertanyaanku
selanjutnya sama seperti teman- teman Ara yang baru saja dikabari bahwa ia
hilang ingatan “ Apa penyebabnya?”. Nah untuk jawaban yang ini tak ada yang
pasti. Banyak versi jawaban. Dari diguna-guna orang, putus cinta sehingga patah
hati berat, hingga masalah pekerjaan. Intinya, tidak ada salah satu temanku
yang mengetahui penyebabnya.
Kala tergerak untuk
mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada diri Ara yang dikabarkan hilang
ingatan. Maka Kala bersama temannya yang bernama Hardi mengunjungi Ara di
rumahnya dan terjadilah dialog. Namun penulis menggugah pembaca karena justru
Ara yang mengawali pembicaraan menyapa Kala.
“Apa kabarmu Kala?”,
Tanya Ara membuatku dan Hardi terperanjat. Kami tak menyangka ia melihat
kearahku dan bertanya dengan kewajaran yang penuh.
Aku menjawab dengan
sedikit gugup. “Baik. Kamu masih ingat aku ya, Ara”, tanyaku pelan seolah tak
percaya. Ara mengangguk seraya tersenyum.
Ia kemudian memandang
Hardi. “Aku juga masih ingat kamu, Har. Juga masih ingat semuanya kok”.
Jawaban Ara ini tentu
saja mengejutkan kami. Karena bukan hanya
roman mukanya yang telihat biasa biasa-saja,--jauh berbeda dari sebelumnya
saat masih ada ibunya—namun juga kata katanya yang menyatakan bahwa ia
mengingat semuanya.
“Kalian pasti berpikir
bahwa aku sudah tak punya ingatan tentang teman- temanku dulu seperti kalian, kan?.
Aku tau kok kabar tentang aku yang hilang ingatan. Kabar itu bukannya tidak
salah sama sekali. Aku memang menghilangkan sejumlah ingatanku. Dan aku memilih
melakukannya justru supaya aku tetap waras. Tahukah kalian bahwa orang yang
sering kali lelah pikiran karena ia ingin mengenang. Mengingat semuanya. Kenapa
tidak kita membiarkan otak kita melupakan apapun yang ingin dilupakan. Jika
memang otak masih mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kita kenang,
itu berarti bahwa kejadian itu memiliki makna. Entah untuk apa, mungkin baru
akan ketahuan di kemudian hari”, kata Ara sambil menyandarkan punggungnya dan
menelonjorkan kakinya. Matanya mengarah halaman muka rumahnya yang luas yang
ditumbuhi oleh pohon jambu bol, semak melati, dan kaca piring, pohon mangga dan
beberapa tanaman perdu lainnya.
Dewi menjelaskan
kondisi Ara dengan kalimat :“Hidupku lebih tenang seperti sekarang ini, Kala.
Aku dulu sering terganggu ketika orang lain merasa gusar ketika kita tidak
mengingat mereka. Bahkan aku sendiripun demikian.Aku gusar ketika dilupakan.
Namun disuatu titik hidupku, aku berpikir kenapa harus memelihara ingatan jika
memang kita tidak mampu menyimpannya”.
Kala
mencoba menyimpulkan penyebab Ara hilang ingatan dengan mengingat Ara waktu
masih sekolah. Kalimat yang di susun Dewi yaitu: Ternyata sejak sekolah, Ara
menyimpan ketertarikan tentang alam
berpikir manusia. Ia merasa bahwa kerapuhan manusia seringkali ditimbulkan oleh
pikiran manusia sendiri. Ia mempelajari psikologi dan sampai pada titik dimana
ia lebih ingin berada di rumah dan mencari teori-teori sendiri tentang ingatan
Namun
apakah kesimpulan Kala tentang Ara ini benar atau tidak, juga tidak ada yang
tahu. Dewi engan menyebutkan : Benar atau tidaknya cerita Ara ini, ibu Ara sendiri
punya versi lain tentang Ara. Menurut ibunya, Ara menjadi seperti itu karena ia
terlampau sedih ketika tunangannya meninggal bunuh diri pada suatu hari setelah
membunuh anggota keluarganya sendiri. Sejak peristiwa itulah, Ara pulang ke
rumah dan memutuskan tidak waras.
Pada
akhir cerpennya, Dewi mengembalikan persoalan ingatan yang diwajarkan, seperti manusia-
manusia lainnya melalui Kala : Buatku, apa pun penyebab Ara menjadi seperti
itu, aku lebih memilih menyimpan Ara yang cantik, populer, kemayu dan lincah
seperti saat aku mengenalnya di sekolah. Karena seperti halnya Ara, aku juga
lebih memilih menggunakan ingatanku untuk mengenang hal hal yang
menyenangkanku.
Penulis
Dewi dengan cerpennya ini berhasil menggugah keingintahuan pembaca tentang
perihal gadis Ara yang dikabarkan hilang ingatan. Kalimat-kalimatnya lugas dan
menggelitik.(Budi Sampurno,Mak’skom,IPJT.23.9.17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar