Sabtu, 19 Maret 2022

 

 

BUDI SAMPURNO.Maret.1

SDT.SASTRA.18.

PURNAMI DALAM BULAN PURNAMA

Judulnya adalah “PURNAMI”, oleh penulisnya KETUT SUGIARTHA di kirim ke redaktur Harian KOMPAS dan di muat pada terbitan hari Minggu tgl.27 Februari 2022 di rubrik HIBURAN.

KETUT SUGIARTHA menceritakan seorang anak tunggal, gadis Bali yang namanya PURNAMI. Gadis ini selalu rajin di setiap bulan purnama bersemedi dengan harapan semua cita-citanya dapat tercapai dengan sempurna.

KETUT SUGIARTA menulis :“ Langit benderang menjelang tengah malam. Bulan penuh meredupkan kerlip bintang-bintang. Puncak purnama barusan berlalu. Saat yang masih dia yakini baik untuk mengukuhkan harapan untuk kepentingan apa saja karena energi purnama memang sangat kuat dan bisa memicu percepatan proses tercapainya cita-cita”.

Salah satunya harapan yang ingin dicapainya adalah memiliki suami yang setia dan mencintainya dengan tulus. Itulah yang menjadi harapan hidupnya. Tidak sampai setahun harapan itu semakin mendekati kenyataan, dan karenanya dia sangat percaya pada manfaatnya semedi selama ini. Kadek Karyana hadir dalam hidupnya. Dimulai dengan perkenalan yang tidak terduga terus dilanjukan dengan keintiman yang berproses relatif cepat. Tanpa mengalami rintangan mereka kemudian melangkah lebih jauh, mengikat janji untuk segera  menjalani hidup bersama sebagai suami-isteri. Karena Purnami anak tunggal, Kadek Karyana bersedia nyeburin apabila kelak sudah syah menjadi suami, ia akan tinggal di rumah isterinya, menjadi ahli waris di situ yang dengan sendirinya berarti menjadi penerus trah keluarga isterinya”.

“Akan tetapi, tiga hari menjelang acara pernikahan, ia berubah pikiran. Ia mendadak mengatakan  tidak jadi menikah tanpa alasan yang jelas. Tak pelak kegaduhan timbul, terutama di lingkungan keluarga Purnami. Acara pernikahan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tiba-tiba harus dibatalkan.”

Tetapi Purnami memutuskan tetap melangsungkan upacara pernikahan walaupun tanpa mempelai laki-laki. Ibunya (Sawitri) menangis namun tidak bisa berbuat apa-apa dan menuruti kemauan Purnami anak semata wayang. Upacara pernikahan tetap dilaksanakan, tanpa kehadiran mempelai laki-laki.

Di cepen ini digambarkan Purnami gadis yang sangat tabah. Meskipun melakukan upacara pernikahan tanpa mempelai laki-laki, dia tetap tabah menghadapi. Dan dia percaya pada mantra yang berhasil membuatnya tidak menjadi rapuh. Dia tetap tegar menghadapi semuanya, meskipun berita pernikahan tanpa mempelai laki-laki sempat viral di dunia maya. Purnami tetap bekerja seperti biasanya di perusahaan asing yang bergerak di bidang property.

Suatu hari ketika Purnami hendak makan siang di rumah makan depan kantornya dan tidak terduga Kadek Karyana sudah menunggui di suatu meja yang dulunya sering ditempati ketika makan siang bersama. Kadek Karyana memang sengaja untuk menemui Purnami. Mau menyatakan penyesalanya, merasa bersalah dan minta maaaf atas kejadian pembatalan yang lalu.

“ Saya menyesal dan merasa sangat bersalah”

“ Semua sudah selesai, tak ada yang perlu dibicarakan lagi”.

“ Saya tahu, tetapi setidaknya izinkan saya minta maaf”

“ Saya sudah memaafkanmu begitu mengambil keputusan menikah tanpa kamu”.

“ Tapi, anak itu…” telunjuk Kadek Karyana terarah ke perut Purnami.

“ Kamu tidak punya hak apapun atasnya”.

“ Tapi….”. Kalimat Kadek terputus karena ada seseorang yang medatangi meja di mana mereka sedang duduk berbincang. Purnami berpaling kepada yang datang, didapati Akio laki-laki berdarah Jepang ada dibelakangnya.

Kadek Karyana salah tingkah dan segera meminta maaaf untuk pergi. Ini membuat Akio bertanda tanya. Purnami segera menjelaskan, bahwa dialah orang yang pernah diceritakan dan batalnya acara pernikahan.

“ Oh. Laki-laki yang malang”, ujar Akio.

“ Kenapa”.

“ Karena keberuntungannya sudah pindah ke saya”.

“ Saya harap kamu tidak melakukan hal yang sama”.

“ Tentu saja tidak”.

“ Kamu pikir kawin nyeburin itu mudah ?”.

Akio tidak membantah akan hal itu, tapi dia menyatakan sanggup nyeburin dan andaikata menjadi Ketua Adat-pun dia tetap sanggup.

Purnami sepertinya mendapatkan kepastian. Datangnya Akio  merupakan  hasil keampuhan laku yang dia tekuni pada setiap puncak bulan purnama.

Sebagai penulis KETUT SUGIARTHA berhasil mengaduk-aduk  perasaan pembaca ketika diceritakan Purnami mendapat musibah tetapi tetap tabah serta tetap  melakukan pernikahan meskipun . tanpa mempelai laki-laki. Dan pembaca

Menjadi bugar lagi Ketika diceritakan Purnami mendapatkan gantinya meskipun bukan orang asli Bali, tetapi orang keturunan Jepang.

Siapakan Akio?. Mudah-mudahan kelak bisa benar benar menjadi suami yang baik bagi Purnami. Karena Purnami selalu rajin bersemedi Ketika puncak bulan purnama. Sangat dekat dengan namanya…Purnami. (Budi Sampurno.Mak’skom.JPJT.19.3.2022)

4 komentar:

  1. Entah ada atau tidak dalam dunia nyata tipe wanita seperti Purnami, mamun bentuk keetiaan dan ketegaran serta prinsip yg kukuh pada sosok Purnami bisa menimbulkan simpati pembaca, dan bisa menggambarkan sisi nyata realita adat dan tradisi yg sdh mengakar kuat masyarakat Bali termasuk soal nyeburin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketegaran yg jujur tentunya akan membawa kebahagiaan.Semoga Purnami memperoleh hal serupa sesuai harapannya

      Hapus
  2. Harusnya judulnya Esti purnami dalam purnama. hehehe... Nama Ibu saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf. Saya tahu kalau ibu namanya Esti Purnami.Tapi tidak dicantumkan....nanti diprotes pengarangnya. He he he....

      Hapus