BUDI SAMPURNO.Maret.1
SDT.SASTRA.18.
PURNAMI
DALAM BULAN PURNAMA
Judulnya
adalah “PURNAMI”, oleh penulisnya KETUT SUGIARTHA di kirim ke redaktur Harian
KOMPAS dan di muat pada terbitan hari Minggu tgl.27 Februari 2022 di rubrik
HIBURAN.
KETUT
SUGIARTHA menceritakan seorang anak tunggal, gadis Bali yang namanya PURNAMI.
Gadis ini selalu rajin di setiap bulan purnama bersemedi dengan harapan semua
cita-citanya dapat tercapai dengan sempurna.
KETUT
SUGIARTA menulis :“ Langit benderang menjelang tengah malam. Bulan penuh
meredupkan kerlip bintang-bintang. Puncak purnama barusan berlalu. Saat yang
masih dia yakini baik untuk mengukuhkan harapan untuk kepentingan apa saja
karena energi purnama memang sangat kuat dan bisa memicu percepatan proses
tercapainya cita-cita”.
Salah
satunya harapan yang ingin dicapainya adalah memiliki suami yang setia dan
mencintainya dengan tulus. Itulah yang menjadi harapan hidupnya. Tidak sampai
setahun harapan itu semakin mendekati kenyataan, dan karenanya dia sangat
percaya pada manfaatnya semedi selama ini. Kadek Karyana hadir dalam hidupnya.
Dimulai dengan perkenalan yang tidak terduga terus dilanjukan dengan keintiman
yang berproses relatif cepat. Tanpa mengalami rintangan mereka kemudian
melangkah lebih jauh, mengikat janji untuk segera menjalani hidup bersama sebagai suami-isteri.
Karena Purnami anak tunggal, Kadek Karyana bersedia nyeburin apabila kelak
sudah syah menjadi suami, ia akan tinggal di rumah isterinya, menjadi ahli
waris di situ yang dengan sendirinya berarti menjadi penerus trah keluarga
isterinya”.
“Akan
tetapi, tiga hari menjelang acara pernikahan, ia berubah pikiran. Ia mendadak
mengatakan tidak jadi menikah tanpa alasan
yang jelas. Tak pelak kegaduhan timbul, terutama di lingkungan keluarga
Purnami. Acara pernikahan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tiba-tiba
harus dibatalkan.”
Tetapi
Purnami memutuskan tetap melangsungkan upacara pernikahan walaupun tanpa
mempelai laki-laki. Ibunya (Sawitri) menangis namun tidak bisa berbuat apa-apa
dan menuruti kemauan Purnami anak semata wayang. Upacara pernikahan tetap
dilaksanakan, tanpa kehadiran mempelai laki-laki.
Di
cepen ini digambarkan Purnami gadis yang sangat tabah. Meskipun melakukan
upacara pernikahan tanpa mempelai laki-laki, dia tetap tabah menghadapi. Dan
dia percaya pada mantra yang berhasil membuatnya tidak menjadi rapuh. Dia tetap
tegar menghadapi semuanya, meskipun berita pernikahan tanpa mempelai laki-laki
sempat viral di dunia maya. Purnami tetap bekerja seperti biasanya di
perusahaan asing yang bergerak di bidang property.
Suatu
hari ketika Purnami hendak makan siang di rumah makan depan kantornya dan tidak
terduga Kadek Karyana sudah menunggui di suatu meja yang dulunya sering
ditempati ketika makan siang bersama. Kadek Karyana memang sengaja untuk menemui
Purnami. Mau menyatakan penyesalanya, merasa bersalah dan minta maaaf atas
kejadian pembatalan yang lalu.
“
Saya menyesal dan merasa sangat bersalah”
“
Semua sudah selesai, tak ada yang perlu dibicarakan lagi”.
“
Saya tahu, tetapi setidaknya izinkan saya minta maaf”
“
Saya sudah memaafkanmu begitu mengambil keputusan menikah tanpa kamu”.
“
Tapi, anak itu…” telunjuk Kadek Karyana terarah ke perut Purnami.
“
Kamu tidak punya hak apapun atasnya”.
“
Tapi….”. Kalimat Kadek terputus karena ada seseorang yang medatangi meja di
mana mereka sedang duduk berbincang. Purnami berpaling kepada yang datang,
didapati Akio laki-laki berdarah Jepang ada dibelakangnya.
Kadek
Karyana salah tingkah dan segera meminta maaaf untuk pergi. Ini membuat Akio
bertanda tanya. Purnami segera menjelaskan, bahwa dialah orang yang pernah
diceritakan dan batalnya acara pernikahan.
“
Oh. Laki-laki yang malang”, ujar Akio.
“
Kenapa”.
“
Karena keberuntungannya sudah pindah ke saya”.
“
Saya harap kamu tidak melakukan hal yang sama”.
“
Tentu saja tidak”.
“
Kamu pikir kawin nyeburin itu mudah ?”.
Akio
tidak membantah akan hal itu, tapi dia menyatakan sanggup nyeburin dan
andaikata menjadi Ketua Adat-pun dia tetap sanggup.
Purnami
sepertinya mendapatkan kepastian. Datangnya Akio merupakan
hasil keampuhan laku yang dia tekuni pada setiap puncak bulan purnama.
Sebagai
penulis KETUT SUGIARTHA berhasil mengaduk-aduk
perasaan pembaca ketika diceritakan Purnami mendapat musibah tetapi
tetap tabah serta tetap melakukan
pernikahan meskipun . tanpa mempelai laki-laki. Dan pembaca
Menjadi
bugar lagi Ketika diceritakan Purnami mendapatkan gantinya meskipun bukan orang
asli Bali, tetapi orang keturunan Jepang.
Siapakan
Akio?. Mudah-mudahan kelak bisa benar benar menjadi suami yang baik bagi
Purnami. Karena Purnami selalu rajin bersemedi Ketika puncak bulan purnama.
Sangat dekat dengan namanya…Purnami. (Budi Sampurno.Mak’skom.JPJT.19.3.2022)
Entah ada atau tidak dalam dunia nyata tipe wanita seperti Purnami, mamun bentuk keetiaan dan ketegaran serta prinsip yg kukuh pada sosok Purnami bisa menimbulkan simpati pembaca, dan bisa menggambarkan sisi nyata realita adat dan tradisi yg sdh mengakar kuat masyarakat Bali termasuk soal nyeburin.
BalasHapusKetegaran yg jujur tentunya akan membawa kebahagiaan.Semoga Purnami memperoleh hal serupa sesuai harapannya
HapusHarusnya judulnya Esti purnami dalam purnama. hehehe... Nama Ibu saya.
BalasHapusMaaf. Saya tahu kalau ibu namanya Esti Purnami.Tapi tidak dicantumkan....nanti diprotes pengarangnya. He he he....
Hapus