Budi Sampurno.April.1
SDT.NGOBROL11
NGOBROL
REVOLUSI MENTAL
Wagiman sedang
mencuci tangan dan kakinya sehabis bersih-bersih taman depan rumah, Wagiarti
mengantarkan segelas kopi dan meletakkan di atas meja kesayangan Wagiman, yang
berserakan koran dan berbagai kliping. Setelah mereka duduk berdua, dan Wagiman
menyeruput kopi, tiba-tiba dikagetkan dengan omongan isterinya.
WAGIARTI : “ Tadi malam , Presiden marah-marah di
depan para menterinya, ya pak. Ini
menarik, karena disiarkan kepada umum oleh berbagai media”.
WAGIMAN : “ Ya nggak apa-apa to bu. Memang Presiden
merasa perlu melakukan hal itu”.
WAGIARTI : “ Tapi apa perlu di depan umum menegor
keras para menterinya”.
WAGIMAN : “
Presiden tentu sudah memperhitungkan dengan segala resikonya, bu. Itu kan pada
acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali. Presiden memberi contoh, ketika
kunjungan kerja di Atambua menemukan traktor tanam jagung merupakan barang
import. Padahal, banyak barang yang sudah dapat di produksi di Indonesia,
tetapi aparat pemerintah masih saja suka
membelanjakan anggarannya dengan barang-barang import”.
WAGIARTI : “ Presiden jeli ya pak. Kalau barang
buatan kita sendiri di beli oleh kita sendiri, berarti memberi peluang
penyerapan tenaga kerja bangsa sendiri”.
WAGIMAN : “ Presiden menarget sampai Mei, dana pemerintah
harus dibelanjakan Rp.400 Triliun untuk produk lokal. Menurut saya, yaitu cara Presiden
melakukan revolusi mental kepada para aparatnya dari yang di pusat sampai yang
ada di daerah-daerah”.
WAGIARTI : “ Ya tapi komentar langsung
bermacam-macam. Baik yang pro atau mendukung kebijaksanaan Presiden atau mereka yang berseberangan
dengan Presiden. Komentar positiv dan negativ bersliweran dengan cepatnya
melalui media sosial”.
WAGIMAN : “Memang Presiden dulu pernah mencanangkan
dalam berbagai peristiwa dan di berbagai tempat, perlunya perubahan mental bagi
bangsa ini , baik itu masyarakatnya, apalagi bagi aparatnya. Perubahan mental
dalam penghargaan dan penggunaan barang-barang hasil produksi dalam negeri. Itu
juga disampaikan ketika kampanye dulu “.
WAGIARTI : “ Masa kampanye, kan sudah lama pak”.
WAGIMAN : “ Ya lama. Tapi keinginan perubahan mental
yang diinginkan Presiden itu menimbulkan adanya kelompok-kelompok. Kelompok pertama
yaitu mereka yang memiliki ikatan emosional dengan Presiden. Kelompok ini
menerima dan memperjuangkan dengan serta merta. Kelompok ke dua kelompok
skeptis. Yakni mereka yang meragukan kompetensi dan kepastian Presiden untuk
memimpin gerakan yang sifatnya revolutif. Kelompok skeptis ini berkeyakinan,
gagasan perubahan mental akan lenyap dengan
sendirinya”.
WAGIARTI : “ Kok gitu. Ada kelompok lain, pak?”
WAGIMAN : “Ada, yaitu kelompok ke tiga, kelompok
apresiatif-obyektif. Yaitu mereka yang menanggapi dengan baik gagasan dari siapapun, asal gagasan itu
bertujuan untuk kebaikkan bersama”.
WAGIARTI : “OOO…gitu ya. Artinya gagasan yang
disampaikan Presiden sudah cukup lama, tapi hasilnya kurang maksimal. Makanya Presiden
mengingatkan kembali dengan nada keras. Yang oleh media dan kelompok yang
selalu berseberangan, dikatakan Presiden marah-marah “.
WAGIMAN : “ Yaitu yang namanya politik bu. Politik
itu kotor, bu”.
WAGIARTI : “ Kalau sudah diingatkan dengan keras
oleh Presiden, berarti yang dicanangkan
sekarang ini bisa dikatakan Presiden melakukan revolusi mental “.
WAGIMAN : “ Ya, kalau berhasil, negara dan pihak
swasta dapat membangun pabrik-pabrik yang artinya menyerap jutaan tenaga kerja.
Masalah pengangguran akan teratasi”.
WAGIARTI : “ Jadi yang diharapkan dari revolusi
mental ini akan membawa dampak positiv diberbagai bidang dong “.
WAGIMAN : “ Ya itulah yang dinamakan revolusi, pasti
terkait dengan perubahan yang mendasar secara menyeluruh serta bersifat
modivikatif dan berlangsung dalam periode waktu yang relativ singkat. Makanya,
Presiden menargetkan sampai Mei, Anggaran Belanja Negara harus sudah
dibelanjakan Rp.400 Triliun untuk belanja produk lokal, buatan dalam negeri”.
WAGIARTI : “ Wih, …targetnya Rp.400 Triliun…Kalau
dibelikan es dawet untuk buka puasa di bulan puasa besok, dapat berapa gelas ya pak. He he he…”
WAGIMAN : “ Husss….ini urusan negara bu. Urusan
serius, kok di pakai main-main, guyonan. Nggak baiklah bu”.
WAGIARTI : “ Dengan segala hormat saya serius pak.
Mengharap revolusi mental benar-benar segera terwujud “.
Berkata begitu, Wagiarti
dengan sigapnya berdiri karena terdengar denting bunyi laporan dari mesin cuci.
Biasa memberesi, menjemur cucian. Wagiman memandangi jalan isterinya. Terlihat
lekuk tubuhnya masih sempurna.
(Budi
Sampurno.Mak’skom.IPJT.5.4.2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar