Kamis, 28 April 2022

 


 

BUDI SAMPURNO.April.1

SDT.KOMEN.21



MAKNA MUDIK LEBARAN

Dua tahun kita di kekang tidak  bisa mudik lebaran dengan leluasa. Di kekang karena situasi pandemi masih merajai wilayah Indonesia dan juga di larang oleh Pemerintah demi kebaikan dan keselamatan kita semua, agar Covid-19 dengan beberapa variannya tidak melebar menjalar tak terkendalikan. Pemerintah dengan rasa berat terpaksa mengetrapkan peraturan seketatketatnya. Sangat menderita rasannya, lahir maupun batin.

Di tahun sekarang, pandemi sudah mereda serta Pemerintah sudah mengubah peraturannya, sehingga kita bebas kembali untuk bisa mudik. Meskipun aturan prokes tetap harus menjadi perhatian utama dari semua pihak.

Pemerintah memperkirakan arus puncak mudik akan terjadi pada tgl 29 April. Untuk keperluan ini, maka Pemerintah telah berusaha mempersiapkan segalanya agar perjalanan “ritual “ mudik ini dapat berjalan dengan lancar, aman, nyaman serta minim kecelakaan.

Bandara udara sudah di buka untuk melayani penumpang selama dua puluh empat jam penuh. Diperkirakan sekitar 2,3 juta para pemudik akan mempergunakan jalur udara. Demikian pula dengan transportasi darat lainnya, kereta api, bus, kapal penyeberang laut semua diberikan kelonggaran, tidak seketat ketika masa pandemi. Bahkan dari Pemerintah juga menyelenggarakan Mutis, alias Mudik Gratis. PT.Kereta Api Indonesia telah menyiapkan beberapa kereta tambahan guna mengantisipasi lonjakan penumpang. Di beritakan, PT.KAI menyiapkan 2,4 juta kursi yang bisa dipergnakan mudik. Di samping itu, PT.Kereta Api juga membebaskan biaya angkutan sepeda motor bagi penumpang yang membawa sepeda motor, ketika mudik naik kereta api. Hal ini sangat membantu nantinya para pemudik setelah sampai di daerah tujuan, bisa lebih leluasa untuk bepergian berkunjung ke sanak saudara, berkunjung ke tempat wisata serta untuk memenuhi keperluan ke tempat lain. Halalbihalal juga sudah diperbolehkan dilaksanakan secara penuh.

Namun tentunya Pemda setempat juga harus tetap waspada, tetap menjaga kedisiplinan para pemudik, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dengan harapan penyebaran virus Cocid dapat di cegah seminimal mungkin.

Sebenarnya “ritual” mudik bukan masalah yang gampang, karena harus dipersiapkan secara matang segalanya. Ya sangunya, ya pakaiannya, ya oleh-olehnya, transportasinya, dll, serta perjuangan untuk memperoleh karcis sesuai dengan seleranya. Belum lagi diperjalanan, pastilah terkena effek samping dari kerumunan. Yang mudik dengan mempergunakan kendaraan pribadi sudah dipastikan akan mengalami kemacetan. Itu semua menimbulkan rasa kelelahan pikiran maupun phisik.

Namun, dibalik perjuangan yang melelahkan itu terbersit, kebanggaan, kebahagiaan yang tak terkira maknanya.

Ada makna spiritual, berkumpul dengan orang tua masing-masing, bertemu sanak saudara, bertemu dengan teman-teman lama, bersilahturahmi, saling menyapa, saling melepas rasa kangen, saling maaf-memaafkan.

Makna berikutnya adalah, terjadinya perputaran uang di daerah setempat, karena para pemudik pastilah membelanjakan uang untuk memenuhi kebutuhannnya. Kangen dengan

kuliner setempat, berwisata, belanja pakaian ciri khas daerah, memberi tali asih kepada sanak saudara mungkin dalam bentuk uang, dsb.

Sebagai efek perputaran uang di daerah, akan menimbulkan makna ke tiga, yaitu menggeliatkan ekonomi daerah.  Sebagai akibat perputaran uang yang cepat serta berlebih dari hari-hari biasanya, akan memberikan nilai lebih bagi para pengusaha daerah. Keuntungan yang di peroleh memberi effek harapan ekonomi lebih menggeliat ke arah positif. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.28.4.2022)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar