Senin, 27 Juni 2022

 

SDT.SASTRA.21

BUDI SAMPURNO.Juni.1


DAFA, MINA DAN RAHASIA KUE LEBARAN.

Cerpen ini di buka dengan “ Lebaran bagi Mina adalah membuat berbagai jenis kue kering yang kemudian ia bagikan ke anak dan cucunya. Ia mengerjakannya siang dan malam, kadang dari pagi sampai tengah malam, demi bisa selesai sebelum Ramadhan habis di telan Syawal, sebelum  ia harus menjamu para tamunya, tapi…..

Itulah pembuka cerpen yang di muat di Harian KOMPAS pada terbitan hari Minggu, tgl. 15 Mei 2022. Cerpen yang menarik ini diuraikan oleh Sdr. ALIURRIDHA.

Kisah nenek Mina yang suka membuat kue kering dan sering dimarahi oleh suaminya :” Ini sudah malam. Besok lanjutkan lagi. Kamu ini tidak kasian dengan tubuhmu. Sampai kapan mau siksa diri?” kata suaminya dengan nada jengkel. Lelaki itu tidak tahan mendengar isterinya yang terus meringis tersebab kaki dan pinggang tuanya berkedut nyeri.

Cerpen ini berkisah tentang Mina yang sangat suka membuat kue menjelang lebaran. Dan kue itu akan disuguhkan kepada sanak keluarga serta para tamu yang datang ke rumahnya.

Dafa, cucunya, seorang anak laki-laki sangat senang membantu neneknya membuat kue. Dan dia sendiri juga menjadi ikut suka membuat kue. Serta hasilnya juga selalu bagus , enak. Ayahnya memandang karena Dafa seorang laki-laki maka tidaklah pantas kalau suka membuat kue. Itu pekerjaan perempuan, katanya.

“ Sudah ku bilang kamu itu laki-laki dan laki-laki-laki itu tidak membuat kue!”. Tegas bapaknya.” Kamu mau dikatain banci”. Rahang laki-laki itu mengeras dan berkedut seperti insang ikan yang sedang mengambil nafas. Ayah Dafa  dari dulu sudah melihat gejala yang berbeda. Dafa dari kecil lebih suka memainkan mainan perempuan dari pada mainan laki-laki, ia lebih senang bermain masak-masakan  ketimbang main bola. Dafa juga berhati lembut dan tidak suka berkelahi seperti kebanyakan teman-teman lelakinya. Ayahnya tidak pernah mendengar ceritera Dafa berkelahi. Dafa selalu menghindari masalah, itu sebabnya ia lebih senang bermain dengan teman-teman perempuannya. Hal itu membuat ayahnya cemas sehingga ia pernah mengadu Dafa dengan sepupunya dan ketika Dafa kalah, ayahnya sangat marah. Namun neneknya selalu membela Dafa dan marah kalau melihat Dafa di adu dengan sepupunya.

Meskipun ayahnya selalu memarahi, Dafa tetap  berusaha membuat kue dengan racikan sesuai ajaran neneknya. Karena kue buatan neneknya selalu enak dan disenangi serta di puji sanak keluarga. “Kamu boleh datang kapan saja ke rumah nenek kalau mau belajar, Nenek dengan senang hati mengajarimu”. Kata Mina kepada Dafa. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke-telinga Dafa dan berkata: “ Tenang  saja, ayahmu tidak akan tahu”.

Setiap liburan, Dafa pergi ke rumah neneknya. Dengan serius belajar membuat kue, dan ne

neknya sangat senang dengan keseriusan Dafa, kecakapannya meniru rasa kue buatannya. Mina benar-benar tidak menyangka dari semua anak dan cucunya, justru Dafa yang memiliki bakat dan ketekunan untuk mewarisi resep turun temurun itu.

Jamal, ayah Dafa begitu mengetahui anaknya melajutkan ke Jurusan Tata Boga, marah bukan alang kepalang. “ Sudah ku bilang kamu itu laki-laki, kamu tidak boleh mengambil Tata Boga”, bentak ayahnya.

Dafa ingin membantah  ayahnya, tetapi hanya bisa meneteskan air mata. Kembali ayahnya berkata dengan mata yang kemerahan, sambil rasanya ingin memukul anaknya. “ Laki-laki jangan menangis. Kamu memalukan!”. Kata ayahnya setengah berteriak dan bermaksud untuk menempeleng Dafa, anaknya. Memang Jamal tidak jadi menempeleng. Jamal menjadi berwatak keras sejak isterinya meninggalkan dan lari bersama laki-laki lain. Dafa waktu itu masih berusia empat tahun. Jamal sendirian mengasuh, membesarkan Dafa. Akhirnya Dafa menuruti ke hendak ayahnya, masuk ke Jurusan Fisika Murni. Ayahnya sangat bangga. Dafa tidak kuliah di kota ayah dan neneknya, ayahnya takut kalau Dafa sering bertemu dengan neneknya. Tapi tanpa sepengetahuan ayahnya, Dafa kuliah merangkap di Tata Boga. Tiap liburan dengan rajin Dafa mengunjungi neneknya serta terus belejar membuat kue. Di kota tempat kuliah, Dafa merintis usaha jualan kue. Ketika ayahnya mengetahui, marah bukan alang kepalang. Hubungan ayah dan anak yang sejak dulu tidak baik, menjadi semakin tidak baik. Ayahnya menjadi dingin dan tidak mau bicara lagi Dafa.

Usaha Dafa semakin maju dan bisa menyewa ruko serta berhasil memperluas pasarnya. Dan tidak hanya berjualan kue kering, tetapi juga jajanan lainnya. Nama Dafa dijadikan brand kue dan jajanan yang dijualnya. Dafa memang punya bakat kuat di bidang perkuean dan jajanan. Rukonya berkembang dan bertambah jumlahnya.

ALIURRIDHA, sang penulis cerpen memberikan catatan, bahwa bakat memang seperti benang jahit dalam lubang jarum. Sekecil apa pun lubang itu, ia akan selalu bisa masuk menembusnya. Meski belajar hanya sekali dua, Dafa dengan cepat mampu meniru kue buatan Mina, neneknya.

TUHAN memang memiliki hak prerogratif. Tidak ada yang mampu membantah. Di tengah usaha Dafa yang semakin maju, hubungan ayah dan anak menjadi tambah renggang. Di tengah kondisi semacam itu, cerpen di tutup:“ Pulanglah nak, kata suara telepon di seberang. Suara itu serak seperti ada pecahan kaca tersangkut di tenggorokannya. Dafa benar-benar kaget ketika ayahnya yang telah begitu lama tidak menghubunginya tiba-tiba menelpon. Ketika ia bertanya alasannya, tangis pecah di seberang. “ Nenekmu…nenekmu”. Ia tidak mampu menyampaikan kabar duka kepada anak yang terus ia halang-halangi untuk bertemu dengan neneknya, dulu. Semalam Mina meninggal….

Mudah-mudahan peristiwa tragis ini akan membuat hubungan ayah dan anak menjadi baik kembali. Semoga!.

Sayang, cerpen yang apik ini, ilustrasi hasil karya I MADE WAHYU FRIANDA bagi saya, kurang mengena dengan tema ceritera yang di uraikan oleh ALIURRIDHA. (Budi Sampurno.Ma’skom.IPJT.27.6.2022)

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar