SDT.SASTRA.21
BUDI SAMPURNO.Juni.1
DAFA,
MINA DAN RAHASIA KUE LEBARAN.
Cerpen
ini di buka dengan “ Lebaran bagi Mina adalah membuat berbagai jenis kue kering
yang kemudian ia bagikan ke anak dan cucunya. Ia mengerjakannya siang dan
malam, kadang dari pagi sampai tengah malam, demi bisa selesai sebelum Ramadhan
habis di telan Syawal, sebelum ia harus
menjamu para tamunya, tapi…..
Itulah
pembuka cerpen yang di muat di Harian KOMPAS pada terbitan hari Minggu, tgl. 15
Mei 2022. Cerpen yang menarik ini diuraikan oleh Sdr. ALIURRIDHA.
Kisah
nenek Mina yang suka membuat kue kering dan sering dimarahi oleh suaminya :”
Ini sudah malam. Besok lanjutkan lagi. Kamu ini tidak kasian dengan tubuhmu.
Sampai kapan mau siksa diri?” kata suaminya dengan nada jengkel. Lelaki itu
tidak tahan mendengar isterinya yang terus meringis tersebab kaki dan pinggang
tuanya berkedut nyeri.
Cerpen
ini berkisah tentang Mina yang sangat suka membuat kue menjelang lebaran. Dan
kue itu akan disuguhkan kepada sanak keluarga serta para tamu yang datang ke
rumahnya.
Dafa,
cucunya, seorang anak laki-laki sangat senang membantu neneknya membuat kue.
Dan dia sendiri juga menjadi ikut suka membuat kue. Serta hasilnya juga selalu
bagus , enak. Ayahnya memandang karena Dafa seorang laki-laki maka tidaklah
pantas kalau suka membuat kue. Itu pekerjaan perempuan, katanya.
“
Sudah ku bilang kamu itu laki-laki dan laki-laki-laki itu tidak membuat kue!”.
Tegas bapaknya.” Kamu mau dikatain banci”. Rahang laki-laki itu mengeras dan
berkedut seperti insang ikan yang sedang mengambil nafas. Ayah Dafa dari dulu sudah melihat gejala yang berbeda.
Dafa dari kecil lebih suka memainkan mainan perempuan dari pada mainan
laki-laki, ia lebih senang bermain masak-masakan ketimbang main bola. Dafa juga berhati lembut
dan tidak suka berkelahi seperti kebanyakan teman-teman lelakinya. Ayahnya
tidak pernah mendengar ceritera Dafa berkelahi. Dafa selalu menghindari
masalah, itu sebabnya ia lebih senang bermain dengan teman-teman perempuannya.
Hal itu membuat ayahnya cemas sehingga ia pernah mengadu Dafa dengan sepupunya
dan ketika Dafa kalah, ayahnya sangat marah. Namun neneknya selalu membela Dafa
dan marah kalau melihat Dafa di adu dengan sepupunya.
Meskipun
ayahnya selalu memarahi, Dafa tetap berusaha
membuat kue dengan racikan sesuai ajaran neneknya. Karena kue buatan neneknya
selalu enak dan disenangi serta di puji sanak keluarga. “Kamu boleh datang
kapan saja ke rumah nenek kalau mau belajar, Nenek dengan senang hati
mengajarimu”. Kata Mina kepada Dafa. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke-telinga
Dafa dan berkata: “ Tenang saja, ayahmu
tidak akan tahu”.
Setiap
liburan, Dafa pergi ke rumah neneknya. Dengan serius belajar membuat kue, dan
ne
neknya
sangat senang dengan keseriusan Dafa, kecakapannya meniru rasa kue buatannya.
Mina benar-benar tidak menyangka dari semua anak dan cucunya, justru Dafa yang
memiliki bakat dan ketekunan untuk mewarisi resep turun temurun itu.
Jamal,
ayah Dafa begitu mengetahui anaknya melajutkan ke Jurusan Tata Boga, marah
bukan alang kepalang. “ Sudah ku bilang kamu itu laki-laki, kamu tidak boleh
mengambil Tata Boga”, bentak ayahnya.
Dafa
ingin membantah ayahnya, tetapi hanya
bisa meneteskan air mata. Kembali ayahnya berkata dengan mata yang kemerahan,
sambil rasanya ingin memukul anaknya. “ Laki-laki jangan menangis. Kamu
memalukan!”. Kata ayahnya setengah berteriak dan bermaksud untuk menempeleng
Dafa, anaknya. Memang Jamal tidak jadi menempeleng. Jamal menjadi berwatak
keras sejak isterinya meninggalkan dan lari bersama laki-laki lain. Dafa waktu
itu masih berusia empat tahun. Jamal sendirian mengasuh, membesarkan Dafa.
Akhirnya Dafa menuruti ke hendak ayahnya, masuk ke Jurusan Fisika Murni.
Ayahnya sangat bangga. Dafa tidak kuliah di kota ayah dan neneknya, ayahnya
takut kalau Dafa sering bertemu dengan neneknya. Tapi tanpa sepengetahuan
ayahnya, Dafa kuliah merangkap di Tata Boga. Tiap liburan dengan rajin Dafa
mengunjungi neneknya serta terus belejar membuat kue. Di kota tempat kuliah,
Dafa merintis usaha jualan kue. Ketika ayahnya mengetahui, marah bukan alang
kepalang. Hubungan ayah dan anak yang sejak dulu tidak baik, menjadi semakin
tidak baik. Ayahnya menjadi dingin dan tidak mau bicara lagi Dafa.
Usaha
Dafa semakin maju dan bisa menyewa ruko serta berhasil memperluas pasarnya. Dan
tidak hanya berjualan kue kering, tetapi juga jajanan lainnya. Nama Dafa
dijadikan brand kue dan jajanan yang dijualnya. Dafa memang punya bakat kuat di
bidang perkuean dan jajanan. Rukonya berkembang dan bertambah jumlahnya.
ALIURRIDHA,
sang penulis cerpen memberikan catatan, bahwa bakat memang seperti benang jahit
dalam lubang jarum. Sekecil apa pun lubang itu, ia akan selalu bisa masuk
menembusnya. Meski belajar hanya sekali dua, Dafa dengan cepat mampu meniru kue
buatan Mina, neneknya.
TUHAN
memang memiliki hak prerogratif. Tidak ada yang mampu membantah. Di tengah
usaha Dafa yang semakin maju, hubungan ayah dan anak menjadi tambah renggang.
Di tengah kondisi semacam itu, cerpen di tutup:“ Pulanglah nak, kata suara
telepon di seberang. Suara itu serak seperti ada pecahan kaca tersangkut di
tenggorokannya. Dafa benar-benar kaget ketika ayahnya yang telah begitu lama
tidak menghubunginya tiba-tiba menelpon. Ketika ia bertanya alasannya, tangis
pecah di seberang. “ Nenekmu…nenekmu”. Ia tidak mampu menyampaikan kabar duka
kepada anak yang terus ia halang-halangi untuk bertemu dengan neneknya, dulu.
Semalam Mina meninggal….
Mudah-mudahan
peristiwa tragis ini akan membuat hubungan ayah dan anak menjadi baik kembali.
Semoga!.
Sayang,
cerpen yang apik ini, ilustrasi hasil karya I MADE WAHYU FRIANDA bagi saya,
kurang mengena dengan tema ceritera yang di uraikan oleh ALIURRIDHA. (Budi
Sampurno.Ma’skom.IPJT.27.6.2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar