PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR DI JATIM
Anggota komisi E DPRD Jatim, Jawa Timur, Sri Subianti , berharap
masalah banjir di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo benar-benar
disiapkan dengan baik.
“Terutama di pinggir DAS Bengawan Solo yang harus diantisipasi,
seperti Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik. Begitu juga
kesiap-siagaan perahu karet harus sudah disiapkan dengan baik. Sebab kalau lama
tak dipakai mudah rusak,” kata Sri Subiati, Kamis hari ini
Sementara berdasarkan data Pusat Pengendali Operasi
Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Provinsi Jawa Timur mencatat untuk
banjir sepanjang tahun 2019 mencapai 111 kali, angka itu tidak jauh beda dengan
tahun sebelumnya.
Sedangkan banjir bandang tahun ini hanya ada dua kali kejadian,
atau turun dibanding tahun 2018 yang mencapai empat kali. Kemudian untuk banjir
dan tanah longsor tahun ini sebanyak empat kali, atau lebih banyak dari 2018
yang hanya tercatat tiga kali.
“Harus dipikirkan pula
dampaknya atau pasca hidrometeorologi tersebut. Misalnya mewabahnya penyakit demam
berdarah, malaria, diare disentri atau segala macam penyakit yang ditimbulkan
oleh pengaruh cuaca,” tambahnya.
Pihaknya juga, meminta kesiapan dari BPBD Jatim hingga tingkat
daerah untuk mengantisipasi efek dari kondisi hidrometeorologi tersebut.
“Dampaknya itu antara lain banjir, puting beliung, longsor dan lainnya. Bencana
tersebut merupakan bencana tahunan yang perlu diantisipasi sedini mungkin untuk
mencegah adanya jatuh korban. Perlu ada sinkronisasi antara Pemprov dan
kabupaten/kota,” jelas Sri Subianti wanita yang juga Ketua FPD DPRD Jatim ini.
Juga perlu disiapka kebutuhan sehari-hari warga yang terdampak
pada bencana hidrometeorologi tersebut.
Sementara itu Gubernur Jatim, Khofifah mengatakan untuk waspada
saat memasuki puncak musim penghujan. Sebab beberapa tanggul di wilayah
Bojonegoro Selatan masih bersifat darurat karena baru saja mengalami longsor.
“Beberapa tanggul di Bojonegoro Selatan, harus kita antisipasi, sementara
tanggul itu sudah diantisipasi melalui sandbag yang sudah cukup tinggi. Tinggal
kita berharap ada kanalisasi dari titik-titik Bengawan Solo ketika misalnya
intensitas hujan tinggi”.
Ia mengatakan sudah melakukan pemetaan daerah-daerah rawan
banjir di daerah aliran sungai Bengawan Solo maupun sungai Brantas, serta
sungai kecil di wilayah Jatim. Khusus sungai Bengawan Solo, idealnya memang ada penambahan tiga sudetan
supaya ancaman banjir tahunan bisa diminimalisir. Namun, untuk membuat sudetan
baru biayanya sangat besar karena menyentuh angka triliun.
Untuk daerah Bojonegoro, setidaknya diperlukan dana sekitar Rp 2,25 triliun guna
merealisasikannya. Begitupun di Sedayu Lawas Lamongan, besarannya juga yang
hampir sama. Maka diharapkan bantuan dari anggaran pusat ( Kementerian PUPR )
yang memang sangat diperlukan. (KominfoJatim,Mak’skom.IPJT.26.12.19)
Views 6818
Tidak ada komentar:
Posting Komentar