Senin, 31 Mei 2021

 

Budi Sampurno.Mei 2021

SDT.KOMEN. 9

KASUS COVID MELONJAK SETELAH LIBUR LEBARAN.

 

Judul Editorial Harian MEDIA INDONESIA, tgl 31 Mei 2021, singkat dan jelas, yaitu “LONJAKAN KASUS JADI KENYATAAN”

Disebutkan, bahwa kekawatiran adanya lonjakan kasus covid 19 setelah libur Lebaran mulai terbukti. Data menunjukan lonjakan kasus terjadi di daerah asal maupun daerah tujuan mudik.

Di alinea lain, ditulisnya, bahwa tidak perlu lagi saling menyalahkan, paling penting saat ini ialah bersama-sama menanggulangi wabah virus korona yang tidak kelihatan, tapi bisa mencabut nyawa. Perlu adanya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menanggulangi lonjakan pandemi covi-19 setelah lebaran.

 

Sebetulnya kalau kita perhatikan sejak awal perlu kita akui, bahwa usaha Pemerintah dalam mennggulangi pademi covid-19 sudah total. Memang masih ada kekurangan-kekurangannya, tetapi gerakannya sudah sangat mewujud dari Pusat sampai ke derah-daerah. Bahkan Pemeritah juga sudah ngebut melakukan vaksinasi kepada masyarakat. Tetapi kalau kita melihat kenyataannya dan berani jujur, pihak masyarakatlah yang tampaknya belum merespon secara total.

Kita lihat kesehariannya, masih banyak masyarakat yang ke luar rumah tampa memakai masker. Sebagian masyarakat tetap berusaha melakukan kumpul-kumpul dan kalau sudah kumpul lupa jaga jarak dan lupa memakai masker. Anehnya, mereka ini kalau diperhatikan justru dari kalangan yang berpendidikan dan juga dari mereka yang ekonominya cukup. Tetapi malah tidak mengindahkan Peraturan Pemerintah. Lihat  juga mereka yang kamarin melakukan perjalanan mudik dan diperintahkan balik, toh masih berusaha bersilat lidah. Bahkan ada yang berkongkalikong dengan oknum membuat surat palsu.

Ada juga masyarakat dari kelas bawah baik dari pendidkan maupun ekonominya. Terutama yang di desa-desa. Mereka cuek. Mengganggap kalau toh terjangkit covid itu sudah takdir.

Tapi tampaknya mereka ini karena para pekerja keras yang tiap hari berpanas-panas maka mereka justru banyak yang kebal terhadap virus covid-19.

Maka pada akhirnya karena kenyataan sudah terjadi, yang diperlukan adalah koordinasi yang lebih ketat dan terjaga secara terus menerus untuk menapis penularan covid-19. Koordinasi ini karena menurut Kamus Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, th 1997, hal 523, disebutkan sebagai peri hal mengatur suatu organiasi dan cabang-cabangnya sehingga peraturan-peraturan dan tindakan yang dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpng siur.

Dalam konteks pencegahan pandemi covid-19, Pemerintah Pusat dan derah harus lebih keras dan terarah dalam menyadarkan masyarakat. Agar masyarakat mau melaksanakannya. Koordinasi ini tidak hanya dilaksanakan oleh organisasi Pemerintah, tetapi juga dilasanakan oleh organisasi swasta, seperti perusahaan-perusahaan yang di setiap daerah pasti ada perusahaan. Entah perusahaan besar ataupun kecil.

Organisasi masyarakat juga harus digerakkan lagi, seperti LSM, dari Kecamatan, RW dan RT. Keserentakan pelasanakan itu dapat dipastikan akan bisa menyadarkan masyarakat serta menanggulangi penularan virus covid-19 secara efektif. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.31.5.2021)

          

 

 

Selasa, 25 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. SASTRA. 8

KONFLIK GENERASI DI MASAKAN.

 

MASAKAN IBU DAN BUMBU-BUMBU DI HALAMAN RUMAH, itulah judul cerpen di harian KOMPAS, Minggu, tgl. 16 Mei 2021 di hal.10. Penulisnya, Rizqi Turama kelahiran th 1990, dosen Unversitas Sriwijaya dan pernah mengikuti workshop cerpen yang diselenggarakan Harian KOMPAS, th 2016.

Judulnya memang panjang, tetapi menarik untuk di-baca, karena imajinasi saya tergambarkan seorang ibu yang sangat tradisional. Imajinasiku di kuatkan dengan tulisan “ Setahuku, ibu adalah satu dari sangat sedikit orang yang memegang teguh prinsipnya dalam memasak. Ia biasa menanam sendiri sebagian besar  bumbu dapur yang akan dipakai. Di halaman yang memang di buat lebih luas ketimbang bangunan- rumah kami, kau bisa melihat berbagai tanaman bumbu tersebar di berbagai sudut. Sebagian di tanah, sebagaian lagi di pot gantung kecil. Cabai, jahe, serai, bawang merah, kunyit dan beberapa yang lain.

Tanaman itu  bukan hanya di rawat dan disirami dengan telaten, tapi juga di panen dan di olah sendiri untuk kemudian  jadi bumbu masakan. Bagi ibu,  memasak dengan bumbu yang di tanam dan di olah sendiri akan menghasilkan rasa yang lebih “ nendang”.

Cerpen Rizqi Turama ini sebenarnya dimulai dengan konflik antara ibunya  dengan isteri sang tokoh. Yaitu ketika sang tokoh “aku “ menikahi gadis yang juga suka memasak. Tetapi dengan umur yang berbeda dan prinsip yang berbeda dalam hal memasak. Ibunya suka memasak dengan bumbu dari halaman dan di racik sendiri, agar rasanya lebih nendang. Sedangkan isterinya “ aku “ adalah seorang perempuan yang juga suka memasak. Tetapi lebih suka memasak dengan bumbu racikan pabrik yang selalu tersedia di toko-toko dan isterinya juga mempunyai keinginan untuk menanam bunga-bunga di halaman rumah

Dua masalah itulah yang menjadi titik konflik antara ibu mertua dengan sang menantu. Ibu suka menanam tananam yang bisa dijadikan bumbu ketika memasak. Dan tidak suka halamannya ditanami dengan bunga. Lebih berharga ditanami tanaman yang bisa dijadikan bumbu masak.

Sang menantu lebih suka memasak dengan bumbu racikan pabrik karena praktis dan menghemat waktu. Memang sang menantu bukan ibu rumah tangga melulu. Tetapi juga orang kantoran.

Satu lagi, sang ibu tidak suka dan tidak mau menanam bunga. Sedangkan sang menantu berkeinginan besar bisa menanam berbagai bunga di halaman agar tampak lebih asri dan nyaman serta sangat menghargai bunga bukan hanya karena sekedar sejumlah uang. Rizqi Turama menggiring pada akhir cerpennya, konflik dapat berakhir dengan kebahagiaan. Alasannya sederhana, yaitu sang isteri mulai telat bulan yang artinya mulai mengandung jabang bayi.

“ Ibu ganti dengan bibit bunga. Sudah waktunya rumah ini kelihatan lebih meriah, bukankah sebentar lagi kita akan kedatangan anggota baru ? “.

Kali ini, ibu dan isteriku yang saling toleh. Keduanya tersenyum. Cerpennya diakhiri dengan senyum kebahagiaan antara sang ibu dan sang menantu.

Bagi saya, cerpen ini lancar di baca, gampang di cerna. Kalimat-kalimatnya sederhana, nggak berbelit seperti cerpen yang mungkin dikatakan cerpen absurd, hanya saja bagi saya perjalanan konflik antara sang isteri dengan mertuanya terasa kurang menggigit, kurang greget. Yang terbayang disetiap orang  antara sang mantu dan sang mertua kalau ada konflk pastilah sangat tajam. Masing-masing saling mempertahankan pendiriannya.

Tetapi sang ibu pendiriannya luntur seketika, dan ini yang dijadikan alasan perubahan prinsipnya yang telah bertahun-tahun dipegangnya, yaitu akan segera hadirnya sang cucu pertamanya. Apakah ini memang sudah kodratnya seorang ibu, apalagi sudah hidup sendirian ditinggal mati sang suami ?. (Budi Sampurno,Sby.25.5.2021)

 

.

 

 

Sabtu, 15 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 8

POLEMIK UMKM DAN PANDEMI COVID-19.

 

Tahun ini, Hari Raya Idul Fitri 1442 H dan Hari Kenaikan Isa Almasih, alhamdulilah bisa berbarengan, hari Kamis tgl 13 Mei 2021. Berita di media, baik media televisi, surat kabar atau di media sosial serentak beramai-ramai memberitakan tentang pelaksanaan larangan mudik. Baik berita tentang mereka yang taat atupun mereka yang bandel serta berusaha untuk bisa menerobos penyekatan, namun toh tetap diperintahkan putar balik oleh petugas.

Pemerintah mengeluarkan larangan mudik adalah jelas-jelas bertujuan agar pandemi Covid-19 tidak menyebar, melebar ke mana-mana.

Pelaksanaan larangan mudik ini secara terukur tampak berhasil dalam pelakanaannya. Namun toh ada juga kekurangannya yang menyangkut atau berdampak pada sektor lain.

Harian JAWA POS, hari Sabtu tgl 15 Mei 2021, melalui JATI DIRI nya mengingatkan, bahwa para pemangku kebijakan abai dengan nasib para pelaku sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Karena bagi mereka, lebaran adalah masa untuk menyambung asa. Setelah hancur lebur di hantam pandemi. Mereka berharap bisa merasakan berkah “pengganti” saat lebaran. Namun asa itu pudar. Diberikan contoh, usaha kuliner pada jalur utama Surabaya-Madiun, sejak pembatasan mudik diberlakukan, banyak yang memilih tutup. Sebab jalur itu begitu sepi. Kalaupun mereka berusaha buka, mereka lebih banyak menganggur.

Diakhir JATI DIRI-nya JAWA POS  berharap, sudah saatnya Pemerintah memikirkan kebijakan penanganan pandemi yang benar-benar  membawa multiplier effect positif. Tak hanya bisa membuat persebaran Covid-19 ditekan, tapi juga membuat sektor perekonomian, terutama di-level kecil dan menengah tetap eksis.

Memang delematis bagi Pemerintah. Sudah setahun lebih Pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19, sudah berbuat banyak. Dana yang digelontorkan juga sudah banyak. Bahkan pembangunan sektor-sektor lain terpaksa di-tunda, dan dananya dialihkan guna penanggulangan pandemi. Baik dalam arti pencegahan penularan, pengobatan terhadap pasien yang sudah jelas-jelas positif.

Lalu dalam menghadapi hari Raya Lebaran dan Kenaikan Isa Almasih, apa yang harus diperbuat Pemerintah? Ya dua-duanya. Perhatikan, Rumah Sakit tetap sibuk melayani pasien Covid. Tapi harus ada pilihanyang tepat, yaitu pencegahan penyebaran penularan Covid-19. Karena efeknya bisa lebih parah kalau tidak ada pelarangan mudik. Sangat dikawatirkan Covid-19 akan dapat dengan cepat melebar ke-mana-mana dan justru memakan korban yang lebih banyak. Contoh kongkrit adalah Negara India.

Pencegahan adalah asal kata dari cegah. Cegah dalam Kamus  Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, th 1997, halaman 176, disebutkan mengikhitiarkan supaya jangan terjadi. Oleh karena itu dalam konteks pencegahan penularan pandemi Covid-19, Pemerintah mengikhitiarkan supaya  penularan Covid-19 tidak terjadi melebar kemana-mana. Jadi mengusahakan agar orang-orang yang waras atau masyarakat yang negativ terhindar dari pandemi Covid-19.  

Sedangkan pengobatan, asal kata dari obat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, th 1997, halaman 698, diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengurangi,  menghilangkan penyakit. Jadi pengobatan merupakan tindakan memberikan obat agar supaya penyakit yang di-derita hilang atau pasien menjadi sembuh. Dalam konteks pendemi adalah Pemerintah melakukan tindakan penyembuhan bagi mereka yang sudah terserang Covid-19.

Pengobatan itu berakibat dua kemungkinan, yaitu si pasien sembuh atau tidak tertolong alias mati.

Logikanya kalau Pemerintah tidak melakukan pelarangan mudik, sudah dapat dipastikan Covid-19 akan dengan cepat menular dan melebar ke darah-daerah, menyerang masyarakat yang tadinya dinyatakan negativ, menjadi positif. Jumlah pasien yang harus diobati menjadi bertambah drastis. Logikanya, resiko yang terancam meninggal dunia juga menjadi lebih banyak.

Maka sudahlah sangat tepat kalau Pemerintah melakukan pelarangan mudik dengan para petugasnya untuk bertindak tegas tetapi persuasiv.

Lalu bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi, terutama yang menyangkut dari masyarakat yang lemah, yaitu UMKM ?. Tentulah setelah euforia pulang mudik selesai, pasti Pemerintah akan segera membenahi dan mengenjot pertumbuhan ekonomi yang terkelompokan dalam UMKM. Penanganannya akan lebih terfokus, karena pasien Covid-19 terkendali. Pertumbuhan ekonomi pasti kembali pulih dan kembali masyarakat menikmatinya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.15.5.2021)

Kamis, 13 Mei 2021

 

Kepada  Para  Pembaca  Dan Pecinta  “kacamatakom.blogspot.com“, Umat Muslim,  Kami   Mengucapkan   SELAMAT   HARI  RAYA  IDUL  FITRI  1442 H ”. Mohon Maaf Lahir Dan Batin.

Dan Kepada Para Pembaca Dan Pecinta Umat Kristiani,  Kami  Mengucapkan  "SELAMAT  MEMPERINGATI KENAIKAN  ISA  ALMASIH“

Semoga  Kita  Semua  Terus  Merajut  Silahturahmi,  Menjadi  Umat  Yang Sempurna  Dan  Bermanfaat  Untuk  Sesama  Serta  Selalu  Dalam LindunganNya.

Budi Sampurno

Minggu, 09 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT.PUISI.27

PAHAM

Mungkin tidak pernah paham kalau kita tidak mau memahami

Mungkin diperlukan jeda agar kita dapat berpikir dengan jernih

Mungkin kita tidak akan mengetahui kalau kita tidak mengenal budaya kita

Mungkin kita akan gundah dan meradang ditengah gejolak yang tak sepadan

Mungkin kita akan rancu dalam berpikir bertindak dan bergolak

Mungkin bukan kehendaknya tetapi itu toh terjadi dan menghakimi mereka mereka

Mungkin sepatu sepatu, baju baju, dan keringat mereka tidak akan keluar dan berbercak bercak seperti yang tidak kita inginkan

Mungkin lagu lagu itu tidak akan bergema seperti yang kita inginkan

Mungkin kita akan meredam gejolak radang paru paru kita ketika gelegar itu tiba

Mungkin asap asap itu juga tidak diperlukan lagi kalau mereka mengetahui bahwa ketika akan datang genderang  putus asa

Mungkin teriknya matahari yang membasahkan baju baju akan meredup seiring dengan gejolak yang meradang merasa fana

Mungkin arus bawah bergerak rancu meradang keputus asaan yang tidak menduga

Mungkin arus atas tidak tergelak gelak mencemooh mencibirkan arus yang ada di bawah

Mungkin meja meja itu tidak akan berlumuran darah seandainya ada kemungkinan yang terjadi

Mungkin lampu lampu tidak padam dalam aliran yang bergempita

Mungkin mereka yang berbaju seragam tidak membalas geram dahaga

 

Mungkin bola bola mata tidak berbinar menghadap kata kata asa yang berlanjut

Mungkin kerumunan dahaga anak bangsa meradang menyembur asa yang tergantung menggelap diatas asa kemunafikan

Mungkin asa telah luntur

Mungkin rencana tidak terukur diatas pagutan harapan

Mungkin haus kuat haus diatas dahaga yang membenam adalah ruing ruing diatas kepala

Mungkin terjebak dalam kegelapan

Mungkin terjebak alam keingusan

Mungkin terjebak dalam kebingungan

Mungkin terjebak dalam rasa kebanggaan

Mungkin terjebak dalam kepahaman

Mungkin karena tidak paham, berlanjut dengan asa yang hampa.

(Budi Sampurno.Surabaya.9.5.2021)

 

 

Jumat, 07 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT.KOMEN.7

NAFSU MUDIK TERJADI DI MANA-MANA

Beberapa harian pada hari Jum’at tgl 7 Mei  masih ramai memberitakan tentang larangan mudik yang dicanangkan Pemerintah. Di mana-mana masih diberitakan bandelnya masyarakat untuk tetap melakukan tindakan tradisional mudik. Meskipun sebenarnya mereka sudah mengerti, paham kalau mudik itu di larang oleh Pemerintah. Seperti harian SURYA terbitan Surabaya, berita di halaman depan dengan judul “Bus Dari Jakarta Di minta Putar Balik”. Hal tsb terjadi di Ngawi. Wakapolres Ngawi, Kompol Inggal Widya Perdana menjelaskan, bahwa dari jam 00.00 sampai siang sudah terdapat 100 kendaraan yang di minta putar balik kearah Jawa Tengah. Sementara itu diberitakan juga oleh Iptu Sunarto, Satlantas Polres Tanjung Perak Surabaya, sudah memerintahkan putar balik, 250 sepeda motor, mobil penumpang 350 unit, bus 20 unit dan mobil barang sebanyak 100 unit.

Harian FAJAR terbitan Makasar, juga memberitakan di halaman depan “ Petugas Tegas Tanpa Toleransi’. Diberitakan di perbatasan Maros-Pangkep dan Perbatasan Maros-Bone, petugas tanpa pandang bulu meminta para pengemudi memutar balik kendaraannya. Sementara itu, Kapolres Polman, AKBP. Ardi Sutriono menginstruksikan kepada para petugas agar dalam menjalankan tugasnya berlaku sopan dan persuasif, lebih teliti, khususnya para pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua.

Dua cuplikan berita dari harian yang terbit di Surabaya dan Makasar, sepertinya sudah dapat mewakili situasi masyarakat yang ternyata masih kuat untuk melaksanakan tradisi pulang mudik. Memang sejak adanya pandemi covid-19 kita telah mengalami Hari Raya Idul Fitri se banyak dua kali. Maka sebenarnya secara nalar dapat dimaklumi kalau mereka para pemudik sudah sangat merindukan kampung halamannya serta bertemu dengan sanak famili. Namun untuk perayaan Hari Raya Indul Fitri tahun ini, Pemerintah terpaksa melarang masyaakat untuk mudik. Bahkan larangan ini diinstruksikan supaya  lebih teliti dan tegas. Hal ini dimaksudkan justru untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan buruk tertular atau menularkan virus corona. Yang pada akhirnya nanti akan terjadi hal- hal yang tidak kita inginkan. Kita perlu mengaca pada peristiwa yang terjadi di India, yang kasusnya melonjak drastis dan menimbulkan kematian berribu orang. Kita lihat, kita dengar lewat media televisi atau media sosmed, bagaimana India kewalahan menangani lonjakan kasus  covid yang melanda negaranya dengan drastis dan cepatnya.

Banyaknya masyarakat yang masih nekad, masih bebal serta ndableg, inilah keprihatinan kita. Namun dengan contoh-contoh pemberitaan bahwa  petugas bertindak tegas tidak pandang bulu serta  sosialisasi yang dilakukan aparat pemerintah dan anjuran para tokoh masyarkat dan tokoh agama segera dapat menyadarkan mereka yang masih berkinginan pulang mudik dengan cara illegal menjadi sadar. Dan covid-19 tidak melonjak di Indonesia. Agar kita semua dapat segera memulai hidup normal kembali seperti sedia kala. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.7.5.2021)

 

Kamis, 06 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 6

MEMULIHKAN PEMBELAJARAN PADA MASA PENDEMI

Harian KOMPAS, Rabu, tgl 5 Mei 2021 menurunkan Tajuknya berjudul “ Tantangan Memulihkan Pembelajaran “

Inilah tantangan utama tahun kedua pandemi, memulihkan pembelajaran yang hilang, mempersempit kesenjangan, mengantisipasi anak putus sekolah. Mitigasi dampak pandemi pada pendidikan harus diperkuat mengingat yang paling terdampak adalah anak-anak dari keluarga miskin yang sering terpinggirkan dalam pendataan ataupun kebijakan.

Dalam upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Minggu (2/5/2021), Menteri Pendidikan, Kebudayaan , Riset dan Teknologi Nadim Makarim mengatakan, ada empat upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sistim pendidikan di Indonesia. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Ketiga, perbaikan kepemimpinn, masyarakat, dan budaya. Keempat, perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

Ditengah upaya itu, keberpihakan kepada mereka yang tertinggal sangatlah krusial. Mereka perlu diperhatikan, dipulihkan. Dukungan terutama diberikan kepada guru yang menjadi garda terdepan pendidikan nasional.

Sejak dahulu selalu saja terdengar, bahwa ganti Menteri, ganti peraturan. Dan memang ada benarnya juga sindiran masyarakat tsb. Tapi tentunya perubahan peraturan di maksud untuk ber sama-sama memperbaiki sistim pendidikan yang memang harus mengikuti perkembangan jaman, terutama perkembangan teknologi. Tidak ada sesuatu yang bisa membendung perkembangan teknologi, termasuk perkembangan teknologi informasi. Teknologi harus kita manfaatkan dalam arti positif. Kalau kita tidak bisa menguasai teknologi, kita akan terjebak di alam buta.

Pendidikan sangat berkaitan erat dengan teknologi. Infrastrukturnya harus sesuai dengan perkembangan teknologi. Sistemnya, regulasinya juga harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 326 yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Indonesia suatu negara yang sangat luas dengan disertai anak didik yang tersebar di seantero pulau-pulau, sangat memerlukan perhatian yang besar serta pelaksanakan pendidikan yang komprehensif. Ada yang kaya, ada yang sedang ada pula yang masih masuk kedalam garis kemiskinan. Maka sangatlah ketemu nalar kalau Harian KOMPAS sangat kawatir kalau anak-anak dari keluarga miskin yang tersebur itu sering terpinggirkan dalam pendataan dan kebijakan.

Yang kita harapkan adalah pendidikan adalah untuk semua, sehingga pada akhirnya pergantian generasi akan dapat berjalan sesuai dengan perkembangan jaman, terutama perkembangan teknologi.

Pandemi covid-19 telah memporakgandakan di berbagai program Pemerintah, termasuk program pendidikan. Pandemi belum bisa di prediksi kapan akan berakhir, tetapi pendidikan bagi anak bangsa tetap terus harus dilaksanakan, tidak boleh menjadi stagnan. Berbagai pihak perlu memberikan masukan kepada Pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan pihak Pemerintah hendaknya juga terbuka terhadap masukan-masukan dari masyarakat.

Satu hal yang juga harus ditangani secara serius oleh Pemerintah adalah nasib para pendidik. Nasib dalam arti pengetahuan dan ketrampilan dalam hal berteknologi pengajaran. Serta nasib dalam arti kesejahteraannya. Kalau semuanya tertangani dengan baik, sejajar dengan arah pendidikan di Indonesia, bisa diharapkan tantangan memulihkan pembelajaran di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan benar serta bermanfaat untuk seluruh anak didik kita. (Budi Sampurno. Mak’skom. IPJT.6.5.2021)

 

 

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 5

SINYAL BAHAYA MUDIK YANG HARUS DIPAHAMI

Harian REPUBLIK Rabu, tgl 5 Mei 2021, melalui Tajuknya berjudul “Sinyal Bahaya Mudik “, mengingatkan kita semua untuk benar-benar melaksanakan aturan Pemerintah tentang protokol kesehatan, terutama tentang larangan mudik. Harapan Harian Republik, pemerintah juga harus benar-benar melaksanakannya dengan tertib dan tegas, yaitu :Kita meminta agar pemerintah benar-benar memberi perhatian pada kebijakan mudik. Pelarangan jangan tanggung-tanggung. Itu hanya memicu masyarakat menjadi bingung, dan mencari celah untuk melanggarnya.

Dipertanyakan juga tentang kebijakan mudik lokal, yang pada hakekatnya membuat masyarakat bingung. Tertera dalam Tajuk : Kebijakan mudik lokal sebaiknya tidak disosialisasikan sebagai pembolehan. Intinya mudik tetap di larang, kecuali memang benar-benar terpaksa harus dilakukan. Apa bedanya mudik lokal dengan tidak lokal ?. Itu tetap saja meningkatkan mobilitas penduduk, menciptakan kerumunan, yang pada akhirnya akan memicu peningkatan kasus Covid-19. Kita sudah mengalami beberapa kali pengalaman, yakni libur panjang menjadi pemicu peningkatan kasus Covid-19.

Kita pahami juga sikap harian Republik ini karena banyak diantara masyarakat ada yang bebal, ada yang berusaha nekad untuk tetap pulang mudik dengan berbagai alasan. Baik alasan yang benar ataupun alasan yang di buat-buat. Meskipun sosialisasi tentang bahayanya sudah berulang kali mereka dengar, mereka lihat lewat berbagai media, baik televisi, koran maupun media sosial. Apalagi dengan kemajuan teknologi, lewat telepon genggam pun bisa kita resapi dan sadari akan bahayanya kalau nekat mudik. Mereka menjadi potensi untuk menularkan covid-19 kepada sanak saudaranya atau juga kepada para tetangganya. Dan juga ketika mereka pulang ke rumah masing-masing, mereka secara tidak sadar telah membawa virus dari kampungnya kepada mereka yang tinggal dikotanya kebali.

Sudah wajib kalau Pemerintah benar-benar harus tegas melaksanakan peraturan yang telah dibuatnya, guna keselamatan kita semua. (Budi Sampurno. Mak’skom.IPJT. 6.5.2021)

 

 

Selasa, 04 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 4

JAGA KESELAMATAN INDIVIDU DAN KELUARGA LEBIH PENTING.

Hari Selasa, tgl 4 Mei 2021, harian JAWA POS pada JATI DIRI di halaman 4, masih juga mengulas tentang Protokol Kesehatan dalam rangka menanggulangi merebaknya covid-19. Situasi di hari-hari yang semakin dekat dengan Hari Raya Idul Fitri yang makin mengkawatirkan, meskipun se hari sebelumnya JATI DIRI juga sudah mengulasnya.

Menariknya, JATI DIRI hari ini judul yang di ambil “JANGAN IRI PADA PELANGGAR PROKES “. Kalau hari kemarin JAWA POS meminta agar Pemerintah benar-benar fokus dan tegas dalam melaksanakan Protokol Kesehatan, tidak pandang bulu. Pada hari ini fokus sarannya justru kepada masyarakat agar tidak iri kepada mereka yang melanggar protokol kesehatan.

Diakhir ulasannya ditulis “ Jangan iri pada orang-orang sembrono (ignorance). Jangan iri pada para pelanggar. Jangan iri dengan orang bebal. Tak perlu cemburu pada keburukan. Yang terpenting, jangan sampai keruwetan tingkah mereka mencelakai kita. Karena itu, mari “ cari selamat sendiri-sendiri “”.

Amat wajar sarannya. Kita harus berusaha melindungi diri sendiri. Karena di luar sana banyak masyarakat yang sangat tidak patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam berita lewat koran atau televisi dan juga media sosial, masih ada saja masyarakat yang berusaha untuk dapat mengelabui para petugas. Sadar atau tidak sadar, justru mereka yang kemungkinan besar akan membawa virus menyebar ke mana-mana.

Berita tentang lonjakan yang sangat dahsyat dan drastis di berbagai negara seperti India, Malaysia, Philipina dll, sungguh tidak di gubris. Pokoknya mudik. Berita pembakaran jenasah yang sangat menyedihkan di India, tidak menggetarkan hatinya. Anjuran para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat juga tidak di respon dengan baik.

Memang saran JATI DIRI nya JAWA POS, terasa emosional dan terlalu individual, tetapi kita harus dan sudah waktunya berusaha menyelamatkan diri sendiri dan juga keluarga yang sangat  kita cintai. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.3.5.2021)

 

 

Senin, 03 Mei 2021

 

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 3.

PEMERINTAH DAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP COVID-19

Harian JAWA POS, hari Senin tgl 3 Mei 2021 menurunkan JATI DIRI dengan mengambil judul “ KEBIJAKAN AMBIGU EKONOMI VS PANDEMI “.

Diakhir ulasannya harian ini memberikan saran dan pendapat, yaitu : Pada saat yang sama Pemerintah seharusnya fokus mencegah gelombang ke tiga pandemi. Bila angka Covid-19 naik lagi, konsumsi akan kembali padam, investasi kembali mangkrak, dan roket pertumbuhan ekonomi kembali mendarat. Segala upaya harus dilakukan untuk penegakan protokol kesehatan, terutama di area-area publik. Propaganda presentasi vaksinasi, wacana pembukaan sekolah, tempat wisata, dan kerumunan di pasar tradisional adalah bahan bakar euforia masyarakat untuk abai dari pandemi.

Secara logika yang disodorkan JAWA POS amat sangat bernalar logis dan benar. Di kota-kota masih  amat sering kita temui masyarakat yang sangat abai terhadap program Pemerintah. Mereka keluar rumah, bepergian tampa mempergunakan masker dan juga tanpa menjaga jarak.. Apalagi kalau kita pergi ke desa-desa. Dalam kehidupan sehari-hari mereka hidup seakan tidak ada pandemi yang secara mendadak bisa mengancam nyawanya atau familinya dan juga tetangganya.

Pemerintah sudah sangat gencarnya mensosialisasikan Protokol Kesehatan dengan melalui berbagai media. Pemerintah telah melarang untuk mudik, tetapi masih juga ada yang berusaha untuk bisa lolos dan sampai di kota tujuannya. Memang, mudik suatu kegitan yang sangat dinanti-nanti oleh setiap orang yang berpisah dengan sanak saudaranya. Kerinduan dan bukti rasa hormat kepada yang lebih tua, biasanya ditumpahkan pada saat Hari Raya Idul Fitri. Dan untuk mewujudkan itu semua, mereka sebelum mudik merasa wajib untuk belanja oleh-oleh. Dan inilah pula yang menyebabkan kita di hari-hari belakang ini selalu mendapat berita tentang pelanggaran protokol kesehatan, berupa kerumunan di berbagai tempat perbelanjaan. Selain itu di bulan puasa ini, banyak orang yang mengambil praktisnya untuk bisa memenuhi saat buka puasa. Di mana-mana terlihat kerumanan menjelang jam buka puasa untuk membeli bahan buka puasa..

Kabar buruk dan suatu hal yang nyata dari India dll. menjadi kabar cerita belaka, di awal berdecak merasakan kekawatiran namun sebentar kemudian abai  terhadap protokol kesehatan.

Semoga di hari-hari akhir ini masyarakat yang bandel mulai sadar dan secara sadar diri melaksanakan protokol kesehatan yang selalu didengungkan oleh Pemerintah. Tugas Pemerintah harus dilaksanakan oleh aparat yang berwenang secara tegas dan mentolo, agar Indonesia terlepas dari pandemi covid-19.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.3.4.2021 )

 

 

 

Minggu, 02 Mei 2021

 

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN 2.

KKB DI PAPUA DALAM TAJUK HARIAN FAJAR MAKASAR

Harian FAJAR terbitan Makasar hari Rabu tgl 28 April 2021, halaman 6, menurunkan Tajuknya berjudul “ KKB PAPUA MUSUH BERSAMA”. Tema yang diturunkan menanggapi peristiwa tragis di Papua, yaitu dengan gugurnya Kabinda Papua. Terkait meninggalnya Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya akibat di tembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di  Beoga, Puncak, Papua. Presiden Jakowi memerintahkan aparat mengejar dan menangkap seluruh anggota KKB. Perintah Presiden jelas dan aparat harus segera melaksanakannya. Ini dimaksudkan agar tak ada lagi ruang bagi KKB Papua di Indonesia.

Memang benar, Papua yang juga dinamakan Irian Jaya merupakan bagian syah wilayah Indonesia yang dulu dijajah oleh Belanda. Dan melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, Irian Jaya kembali di pangkuan Ibu Pertiwi, Republik Indonesia.

Presiden Jakowi memang mempunyai perhatian khusus kepada Propinsi di Indonesia di bagian yang paling Timur ini. Presiden berusaha membangun infratruktur yang nantinya dapat diharapkan menjadi penunjang kemajuan Papua. Yang selama ini sepertinya terlena dibiarkan terlalu lama. Dan kita pahami, Propinsi ini mempunyai area yang sangat luas serta memiliki kandungan kekayaan yang amat sangat besar. Dan apabila dikelalola dengan baik dan benar, akan dapat memberikan manfaat bagi seluruh bangsa Indonsia.

Harian FAJAR, menutup tajuknya dengan kalimat. “Makanya perintah Presiden kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk menangkp KKB, sungguh sangat tepat. Alasannya, dengan ketiga matra TNI itu bersatu dengan Kepolisian, akan semakin ampuh untuk meredam pergerakan KKB “.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT. 2.5.2021)

 

 

 

Sabtu, 01 Mei 2021

 

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN.1

ALAT BEKAS TES RAPID  ANTIGEN

Harian REPUBLIKA pada hari Kamis, tgl 29 April 2021 menurunkan Tajuk nya dengan mengulas tentang  alat tes rapid antigen bekas yang diketahui  dipergunakan di Bandara Kualamanu, Sumatra Utara. Atas laporan masyarakat dan penyelidikan pihak kepolisian, maka berhasil digerebek penggunaan alat tes rapid antigen bekas, dipakai untuk melayani para penumpang yang hendak bepergian dengan menumpang pesawat terbang.

Menurut Tajuk nya, jika alat tes rapid antigen bekas itu dipakai kembali meski telah dibersihkan, justru berpotensi menularkan virus yang menempel tersebut ke orang lain. Bila ini terjadi, virus akan sangat cepat menular.

Pihak berwajib mesti menindak ulah oknum tersebut. Sebab kasus ini tak hanya berpotensi menularkan virus, tapi juga pada psikis masyarakat.

Diberitakan diberbagai media, penggrebekan di lokasi layanan rapid tes antigen dilakukan pada Selasa, 27 April. Setelah pihak Kepolisian melakukan penyamaran terlebih dahulu. Memang kita juga menjadi sangat heran terhadap perilaku para oknum tersebut. Hati nurani nya ada dimana. Akal sehat nya ada di mana. Karena yang pasti perbuatannya itu bisa berakibat fatal. Tidak hanya bagi para penumpang pesawat saja, tetapi juga berpotensi menular dengan sangat cepat kepada masyarakat yang lain. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang punya naluri untuk setiap saat bisa berhubugan dengan orang lain.

Kita sangat berharap kepada pihak yang berwenang dalam penindakaan kasus ini, agar di proses secara transparan, sehingga masyarakat dapat mengetahui, serta mengikuti tindakan selanjutnya. Kita ketahui betapa geramnya masyarakat terhadap tingkah-laku para oknum tersebut. Yang seharusnya mereka berkewjiban melindungi masyarakat, tetapi malah menjebloskan masyarakat untuk mendapat tularan virus yang sangat berbahaya dan ganas, yaitu covisd-19. Semua berharap para oknum dan jaringannya di hukum se berat berat nya, karena perilakunya sangat merugikan masyarakat dan justru bertentangan dengan kewajibannya. Serta tidak mengindahkan program Pemerintah dalam melindungi masyarakatnya dari wabah, pandemi covid-19 yang telah menghantui secara global.

Pihak PT.KIMIA FARMA yang diberitakan sebagai pemasok peralatan tes rapid antigen, juga harus diperiksa secara transparan. Dan apabila diketemukan adanya oknum yang bekerja sama, juga harus dilakukan tindakan hukum yang se berat-beratnya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT. 1.5.2021)

 

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. INFORMASI. 1

KPPU KERJASAMA DENGAN KEDUTAAN JEPANG

Kakom. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akan bekerja sama dengan Kedutaan Besar Jepang untuk Republik Indonesia (KBJRI) untuk meningkatkan kepatuhan pelaku usaha atas proses penegakan hukum persaingan.
Secara khusus, KPPU juga melihat KBJRI sebagai mitra yang strategis dalam pelaksanaan pengawasan kemitraan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pengawasan di sektor digital.
Hal tersebut disampaikan Ketua KPPU, Kodrat Wibowo, ketika menerima kunjungan Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia, His Excellency Kanasugi Kenji, di Gedung KPPU Pusat, Kamis. Kunjungan Duta Besar tersebut merupakan bagian dari berbagai kunjungan resmi yang dilakukan sejak penugasannya di Indonesia pada akhir Januari 2021.
"Hubungan Indonesia dan Jepang dalam bidang persaingan usaha telah berlangsung cukup lama dan meliputi beberapa aspek. Sebut saja kerja sama ekonomi Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), bantuan teknis melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), serta asistensi bagi otoritas persaingan usaha di ASEAN melalui Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) on Competition Policy and Law (Phase I and Phase II)." keterangan Kodrat Wibowo dalam rilisnya, Jumat kemarin.
Dalam hal penegakan hukum, lanjutnya, kasus-kasus yang ditangani KPPU atas pelaku usaha Jepang juga tidak sedikit, dan mulai merambah pada kasus lintas batas yang melibatkan pelaku usaha di Jepang.
"Dengan semakin meningkatnya kasus lintas batas, KPPU memandang perlu adanya peran KBJRI untuk menjembatani proses penegakan hukum tersebut."katanya.
Selain itu, sejalan dengan rencana pembentukan Kantor Wilayah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan dicanangkan KPPU sebagai pusat pengawasan pelaksanaan kemitraan UMKM, Ketua KPPU . Juga di pandang perlu untuk mulai menggandeng berbagai pihak guna menunjang efektifitas pengawasan tersebut.
KBJRI diyakini sebagai salah satu mitra yang tepat, sejalan dengan implementasi pengawasan subkontrak yang sudah maju di negara tersebut.
Duta Besar Jepang His Excellency Kanasugi Kenji menyambut baik usulan tersebut, dan akan mempertimbangkan secara serius berbagai isu yang diangkat KPPU. Secara khusus, Duta Besar juga mengharapkan adanya komunikasi yang intensif guna meningkatkan efektifitas pengawasan persaingan usaha yang melibatkan kedua belah pihak. (Mak’skom.IPJT.JNR.30.4.2021)