Sabtu, 15 Mei 2021

 

Budi Sampurno. Mei 2021

SDT. KOMEN. 8

POLEMIK UMKM DAN PANDEMI COVID-19.

 

Tahun ini, Hari Raya Idul Fitri 1442 H dan Hari Kenaikan Isa Almasih, alhamdulilah bisa berbarengan, hari Kamis tgl 13 Mei 2021. Berita di media, baik media televisi, surat kabar atau di media sosial serentak beramai-ramai memberitakan tentang pelaksanaan larangan mudik. Baik berita tentang mereka yang taat atupun mereka yang bandel serta berusaha untuk bisa menerobos penyekatan, namun toh tetap diperintahkan putar balik oleh petugas.

Pemerintah mengeluarkan larangan mudik adalah jelas-jelas bertujuan agar pandemi Covid-19 tidak menyebar, melebar ke mana-mana.

Pelaksanaan larangan mudik ini secara terukur tampak berhasil dalam pelakanaannya. Namun toh ada juga kekurangannya yang menyangkut atau berdampak pada sektor lain.

Harian JAWA POS, hari Sabtu tgl 15 Mei 2021, melalui JATI DIRI nya mengingatkan, bahwa para pemangku kebijakan abai dengan nasib para pelaku sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Karena bagi mereka, lebaran adalah masa untuk menyambung asa. Setelah hancur lebur di hantam pandemi. Mereka berharap bisa merasakan berkah “pengganti” saat lebaran. Namun asa itu pudar. Diberikan contoh, usaha kuliner pada jalur utama Surabaya-Madiun, sejak pembatasan mudik diberlakukan, banyak yang memilih tutup. Sebab jalur itu begitu sepi. Kalaupun mereka berusaha buka, mereka lebih banyak menganggur.

Diakhir JATI DIRI-nya JAWA POS  berharap, sudah saatnya Pemerintah memikirkan kebijakan penanganan pandemi yang benar-benar  membawa multiplier effect positif. Tak hanya bisa membuat persebaran Covid-19 ditekan, tapi juga membuat sektor perekonomian, terutama di-level kecil dan menengah tetap eksis.

Memang delematis bagi Pemerintah. Sudah setahun lebih Pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19, sudah berbuat banyak. Dana yang digelontorkan juga sudah banyak. Bahkan pembangunan sektor-sektor lain terpaksa di-tunda, dan dananya dialihkan guna penanggulangan pandemi. Baik dalam arti pencegahan penularan, pengobatan terhadap pasien yang sudah jelas-jelas positif.

Lalu dalam menghadapi hari Raya Lebaran dan Kenaikan Isa Almasih, apa yang harus diperbuat Pemerintah? Ya dua-duanya. Perhatikan, Rumah Sakit tetap sibuk melayani pasien Covid. Tapi harus ada pilihanyang tepat, yaitu pencegahan penyebaran penularan Covid-19. Karena efeknya bisa lebih parah kalau tidak ada pelarangan mudik. Sangat dikawatirkan Covid-19 akan dapat dengan cepat melebar ke-mana-mana dan justru memakan korban yang lebih banyak. Contoh kongkrit adalah Negara India.

Pencegahan adalah asal kata dari cegah. Cegah dalam Kamus  Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, th 1997, halaman 176, disebutkan mengikhitiarkan supaya jangan terjadi. Oleh karena itu dalam konteks pencegahan penularan pandemi Covid-19, Pemerintah mengikhitiarkan supaya  penularan Covid-19 tidak terjadi melebar kemana-mana. Jadi mengusahakan agar orang-orang yang waras atau masyarakat yang negativ terhindar dari pandemi Covid-19.  

Sedangkan pengobatan, asal kata dari obat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, th 1997, halaman 698, diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengurangi,  menghilangkan penyakit. Jadi pengobatan merupakan tindakan memberikan obat agar supaya penyakit yang di-derita hilang atau pasien menjadi sembuh. Dalam konteks pendemi adalah Pemerintah melakukan tindakan penyembuhan bagi mereka yang sudah terserang Covid-19.

Pengobatan itu berakibat dua kemungkinan, yaitu si pasien sembuh atau tidak tertolong alias mati.

Logikanya kalau Pemerintah tidak melakukan pelarangan mudik, sudah dapat dipastikan Covid-19 akan dengan cepat menular dan melebar ke darah-daerah, menyerang masyarakat yang tadinya dinyatakan negativ, menjadi positif. Jumlah pasien yang harus diobati menjadi bertambah drastis. Logikanya, resiko yang terancam meninggal dunia juga menjadi lebih banyak.

Maka sudahlah sangat tepat kalau Pemerintah melakukan pelarangan mudik dengan para petugasnya untuk bertindak tegas tetapi persuasiv.

Lalu bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi, terutama yang menyangkut dari masyarakat yang lemah, yaitu UMKM ?. Tentulah setelah euforia pulang mudik selesai, pasti Pemerintah akan segera membenahi dan mengenjot pertumbuhan ekonomi yang terkelompokan dalam UMKM. Penanganannya akan lebih terfokus, karena pasien Covid-19 terkendali. Pertumbuhan ekonomi pasti kembali pulih dan kembali masyarakat menikmatinya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.15.5.2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar