Budi Sampurno.
Juni 2021.2
SDT. KOMEN.11
MASALAH
PENUNDAAN KEBERANGKATAN CALON JAMAAH HAJI.
Harian
REPUBLIKA hari Jum’at, tgl. 4 Juni 2021, hal. 6 menanggapi
masalah ditundanya keberangkatan jamaah haji tahan ini , Harian ini menurunkan
Tajuk nya dengan judul SOSIALIASIKAN DENGAN TEPAT.
Disebutkan,
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memastikan, pemerintah tidak memberangkatkan
jamaah haji Indonesia 1442 H/2021 M. Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19
yang melanda dunia, kesehatan dan keselamatan jiwa jamaah lebih utama dan harus
dikedepankan.Selanjutnya juga di tulis, di tengah simpang-siur informasi mengenai
keberangkatan haji tahun ini, kebijakan pemerintah yang disampaikan oleh
Menteri Yaqut setidaknya memberikan sebuah kepastian. Para calon jamaah haji
yang semestinya berangkat tahun ini harus kembali bersabar. Ini adalah tahun ke
daua jamaah dari Tanah Air tidak bisa berangkat ke Tanah Suci menunaikan Rukun
Islam ke lima
Harian
REPUBLIK menyarankan : Kini yang menjadi
pekerjan rumah bagi pemerintah adalah memberikan sosialisasi yang gencar
kepada masyarakat. Pemerintah harus
memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat soal
keberangkatan haji tahun ini yang kembali ditunda. Beri pemahaman yang bijak
kepada para calon jamaah haji.
Memahamkan
permasalahan kepada masyarakat bukanlah merupakan hal yang mudah. Khususnya
untuk para calon jamaah haji. Mereka tertunda dua kali. Mereka terdiri dari berbagai
srata. Baik di lihat dari sisi pendidikannya, ekonominya, pemahaman tentang
kaidah-kaidah agama dll. Mereka akan menafsirkan penundaan ini dengan latar
belakang stratanya. Mereka akan dikendalikan emosinya sesuai dengan strata
di-mana jamaah itu berada. Pasti pengumuman penundaan ini akan mengakibatkan
opini yang berbeda-beda. Efek psikologi pasti beragam juga.
Itu
baru bagi mereka yang sedang menjadi calon jamaah haji dan tertunda. Belum lagi
masyarakat biasa yang mereka bukan sebagai calon jemaah haji. Strata mereka
juga berbeda-beda. Tingkat pemikiran dan penafsiannya terhadap berita penundaan
ini juga pasti berbeda-beda. Apalagi, di saat sekarang situasi politik sudah
mulai memanas, banyak peristiwa-peristiwa yang di goreng oleh para elit politik
demi kepentingan pribadi dan juga kepentingan partainya. Meskipun Pemilu 2024
masih sekitar tiga tahun lagi.
Pemerintah
harus benar-benar mengkordinasikan antar lembaganya guna memberikan informasi,
penjelasan sejelas-jelasnya kepada masyarakat dari berbagai strata tsb.
Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan Kementerian Agama saja, melainkan
harus mengerahkan segala elemen lembaganya, semua media harus dimanfaatkan dan
dikendalikan. Bahasa narasinya harus disesuaikan dengan strata masyarakat agar
tidak terjadi salah pahan yang nantinya akan menjadi bahan gorengan yang sudah semakin
menghangat. Politik itu memang tidak mengenal etika. Lebih celaka lagi kalau
yang menggoreng tidak punya pemikiran tentang keutuhan NKRI. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.4.6.2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar