Budi Sampurno.
Juni 2021,3
SDT.KOMEN.12
MEREBAKNYA COVID-19 SETELAH LIBUR LEBARAN
Sebuah harian yang terbit di Yogyakarta, Harian
KEDAULATAN RAKYAT pada hari Senin tgl 7 Juni 2021 di hal. 11 menurunkan TAJUK
RENCANA nya dengan judul “ JANGAN JENUH, BELAJARLAH DARI KUDUS”
Oleh harian tsb. di tulis,adanya lonjakan kasus di
Kudus, sudah sepatutnya menjadi pembelajaran bagi kita semua agar kapabilitas
dalam menangani Cocid-19 di daerah terus ditingkatkan.
Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kudus usai
lebaran sangat luar biasa. Puluhan desa kena, angka kematian meningkat. Kudus
juga mengalami darurat tenaga kesehatan karena 348 nakes ikut terpapar, meski
sudah menjalani vaksinasi dua kali. Lonjakan kasus yang sebelumnya ditengarai
dari kerumunan yang terjadi akibat tampilan pesohor Dewi Persik dalam hajatan
seorang pengusaha di Kecamatan Kaliwungu (23/5) Namun kemudian disebutkan
tradisi zaiarah dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah Hari H Idul
Fitri menjadi penyebabnya.
Kasus Kudus ditengarai mirip yang terjadi di india,
pascafestifal keagamaan Kumbh Mela. Bagaimana tidak ? Kasusnya meningkat 30
kali lipat dalam seminggu. Dalam jumpa pers virtual, Jum at (4/6) Wiku menyebut
dari 26 kasus menjadi 299 kasus. Realita
di Kudus menjadi sebanyak 1280 kasus atau 21.48% dari total kasus positifnya
Maka ,disiplin prokes tanpa diskriminasi, adalah keharusan.
Yang terjadi di Kudus bisa terjadi dimanapun, ketika masyarakat tidak diiplin
prokes 5 M.
Memang secara keseluruhan di Indonesia setelah libur
panjang Hari Raya Idul Fitri, kasus Covid-19 menjadi meningkat kembali.
Pemerintah sudah berusaha keras untuk mencegah penularan dengan berbagai cara,
seperti larangan mudik dsb. Tapi apalah dikata, banyak masyarakat yang masih
mengabaikan larangan tsb. Bahkan sengaja berusaha untuk bisa lolos dari
pengamatan pihak berwajib. Dengan berbagai cara, sampai-sampai ada yang
memalsukan surat-surat agar bisa mendapatkan prioritas. Berapa ribu kendaraan
yang diperintahkan putar balik.
Mereka yang berusaha lolos terdapat juga mereka yang
dalam kategori pendidikannya sebagai orang terpelajar. Tetapi karena egoisnya
tidak memperhatikan, bahwa tindakannya akan membawa bencana bagi orang lain
atau pada diri sendiri dan keluarganya.
Kasus ini juga, sayangnya dipakai oleh orang- orang
yang tidak berpihak kepada pemerintah. Mereka para provokatorlah yang lebih
memperkeruh suasana, karena masyarakat sebagian dapat terprovokasi.
Karena prokes tidak dipatuhi masyarakat, maka
merebaklah covid-19 kemana-mana. Misalnya, Kabupaten Bangkalan yang
mengakibatkan rumah sakit di Bangkalan kewalahan dan tidak mampu menampung para
pasien covid. Imbasnya adalah ke kota Surabaya. Banyak pasien yang di kirim ke rumah
sakit di Surabaya atas persetujuan Wali Kota Surabaya, Eddy.
Maka sungguh benar yang disarankan harian KEDAULATAN
RAKYAT, bahwa prokes 5 M harus benar-benar dilaksanakan secara ketat. Dan
sosialisasi juga harus tetap digencarkan. Video-video tentang kasus mereka yang
terpapar dapat dengan terpaksa dipakai sebagai contoh. Agar mereka yang
menyepelekan menjadi terjaga dan mematuhinya. ( Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.8.6.2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar