Selasa, 08 Juni 2021

 

Budi Sampurno. Juni 2021,3

SDT.KOMEN.12

MEREBAKNYA COVID-19 SETELAH LIBUR LEBARAN

Sebuah harian yang terbit di Yogyakarta, Harian KEDAULATAN RAKYAT pada hari Senin tgl 7 Juni 2021 di hal. 11 menurunkan TAJUK RENCANA nya dengan judul “ JANGAN JENUH, BELAJARLAH DARI KUDUS”

Oleh harian tsb. di tulis,adanya lonjakan kasus di Kudus, sudah sepatutnya menjadi pembelajaran bagi kita semua agar kapabilitas dalam menangani Cocid-19 di daerah terus ditingkatkan.

Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kudus usai lebaran sangat luar biasa. Puluhan desa kena, angka kematian meningkat. Kudus juga mengalami darurat tenaga kesehatan karena 348 nakes ikut terpapar, meski sudah menjalani vaksinasi dua kali. Lonjakan kasus yang sebelumnya ditengarai dari kerumunan yang terjadi akibat tampilan pesohor Dewi Persik dalam hajatan seorang pengusaha di Kecamatan Kaliwungu (23/5) Namun kemudian disebutkan tradisi zaiarah dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah Hari H Idul Fitri menjadi penyebabnya.

Kasus Kudus ditengarai mirip yang terjadi di india, pascafestifal keagamaan Kumbh Mela. Bagaimana tidak ? Kasusnya meningkat 30 kali lipat dalam seminggu. Dalam jumpa pers virtual, Jum at (4/6) Wiku menyebut dari 26 kasus menjadi  299 kasus. Realita di Kudus menjadi sebanyak 1280 kasus atau 21.48% dari total kasus positifnya

Maka ,disiplin prokes tanpa diskriminasi, adalah keharusan. Yang terjadi di Kudus bisa terjadi dimanapun, ketika masyarakat tidak diiplin prokes 5 M.

Memang secara keseluruhan di Indonesia setelah libur panjang Hari Raya Idul Fitri, kasus Covid-19 menjadi meningkat kembali. Pemerintah sudah berusaha keras untuk mencegah penularan dengan berbagai cara, seperti larangan mudik dsb. Tapi apalah dikata, banyak masyarakat yang masih mengabaikan larangan tsb. Bahkan sengaja berusaha untuk bisa lolos dari pengamatan pihak berwajib. Dengan berbagai cara, sampai-sampai ada yang memalsukan surat-surat agar bisa mendapatkan prioritas. Berapa ribu kendaraan yang diperintahkan putar balik.

Mereka yang berusaha lolos terdapat juga mereka yang dalam kategori pendidikannya sebagai orang terpelajar. Tetapi karena egoisnya tidak memperhatikan, bahwa tindakannya akan membawa bencana bagi orang lain atau pada diri sendiri dan keluarganya.

Kasus ini juga, sayangnya dipakai oleh orang- orang yang tidak berpihak kepada pemerintah. Mereka para provokatorlah yang lebih memperkeruh suasana, karena masyarakat sebagian dapat terprovokasi.

Karena prokes tidak dipatuhi masyarakat, maka merebaklah covid-19 kemana-mana. Misalnya, Kabupaten Bangkalan yang mengakibatkan rumah sakit di Bangkalan kewalahan dan tidak mampu menampung para pasien covid. Imbasnya adalah ke kota Surabaya. Banyak pasien yang di kirim ke rumah sakit di Surabaya atas persetujuan Wali Kota Surabaya, Eddy.

Maka sungguh benar yang disarankan harian KEDAULATAN RAKYAT, bahwa prokes 5 M harus benar-benar dilaksanakan secara ketat. Dan sosialisasi juga harus tetap digencarkan. Video-video tentang kasus mereka yang terpapar dapat dengan terpaksa dipakai sebagai contoh. Agar mereka yang menyepelekan menjadi terjaga dan mematuhinya. ( Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.8.6.2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar