Rabu, 26 Januari 2022

 

 

Budi Sampurno.Jan.4

SDT.SASTRA.16.

JOHAN KONCONEGORO, KORBAN TEKANAN JIWA

Hari Minggu saya kembali menikmati cerpen di Harian KOMPAS, tgl 23 Januari 2022. Cerpen ini di tulis oleh sdr.JIMMY ANGGARA, penduduk Jakarta dan beberapa cerpennya sudah pernah di muat di beberapa media. Kali ini cerpennya di beri judul JOHAN KONCONEGORO. Nama tsb sekaligus menjadi tokoh sentral.

Diceritakan, Johan Konconegoro adalah anak dari pejabat di suatu kantor pemerintahan, yang hidup berkecukupan.

Cerpen di buka dengan menggambarkan si tokoh, sebagai orang yang mempunyai postur tubuh yang tinggi, bahkan teramat tinggi untuk ukuran orang Asia. Setiap melewati sebuah pintu, ia menundukkan sedikit kepalanya sehingga ia akan tampak seperti membungkuk. Dan memang, begitu pulalah caranya berjalan, selalu membungkukkan badannya sedikit. Orang yang baru pertama kali melihat Johan Konco—begitu ia biasa di panggil-melewati sebuah pintu tak akan menyangka bahwa Johan Konco akan tetap menunduk selewatnya ia dari pintu itu.

Namun sebenarnya dulu Johan tidak membungkuk. Ketika di SMA, dia berdiri tegak dan merasa bangga, apalagi masuk dalam tim basket. Bahkan selama dua tahun menjadi maskotnya. Setelah lulus Johan harus bekerja di kantor yang dicarikan oleh ayahnya. Teman-teman kantor menyukai Johan, karena punya selera humor yang lumayan bagus.

Itu dulu. Sekarang benar-benar membungkuk, baik ketika jalan, ketika duduk kerja di kantor. JIMMY ANGGARA memberikan gambaran, bahwa ada tekanan batin yang kuat dan harus dialaminya.

Pertama, Sejak di sekolah menengah atas, dia sangat menyukai pelajaran biologi. Dan ingin menjadi ahli taksonomi. Dia mengidolakan Carolus Linaeus.

Tetapi setelah lulus kuliah dari jurusan biologi, ayahnya memaksa untuk bekerja di Jakarta, di kantor pilihan ayahnya. Ayahnya seorang pejabat tinggi negara di daerahnya, maka dengan mudah mencarikan kantor di-Departemen Pemerintah. Johan masuk bekerja di kantor yang tidak sesuai dengan keinginannnya. Dan bahkan Johan harus indekos dalam satu kamar. Ayahnya ingin anaknya sukses seperti dirinya menjadi pejabat negara. Pesan ayahnya, “ Kalau mau sukses, kau harus tahan menderita, Johan, seperti ayahmu ini, yang merintis dari bawah”.

Kedua, Johon Konco lewat media mengetahui, bahwa ayahnya telah menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi bersama lima orang temannya. Mereka di duga menggelapkan dana pengadaan mobil pemadam kebakaran. Teman-teman di kantor mengejek dengan mengatakan : “ Hei Johan, wajahnya mirip sekali dengan wajahmu”. Apalagi beberapa hari kemudian wajah bapak dan namanya tertulis jelas di media. Dan setelah sebulan kemudian, ayah Johan Konco benar-benar dijadikan terdakwa

Johan Konco kalau pergi ke kantor pada pagi hari, sangat tertekan serta terasa berat sekali, sama beratnya seperti mengangkat keranjang pakaian kotor yang berisi seekor gajah. Dan sejak itu Johan Konco menjadi suka menyiksa binatang.

Ketiga, Ketika Johan Konco memotong-motong koran, majalah dan menyusunnya, anehnya susunannya berbunyi : “Seorang tumbuhan melahap seekor binatang langka juara basket  menyemai bibit unggul tanpa dugaan tinggi melarang mobil pemadam kebakaran spetakuler agrobisnis berkecimpung dalam dunia olah raga nasional sportif mengecewakan setelah di bekuk 1-0 dalam kerangkeng binatang pemakam sesama yang menggemparkan publik sementara hajat hidup orang banyak.

Itulah beberapa tekanan batin yang menimpa Johan Konconegoro. Sangat berat tekanan itu dan menggoncang jiwa serta phisiknya. Malu, sangat malu maka Johan Konco guna menutupi malunya dia selalu menunduk.

Cerpen ini di tutup oleh penulisnya, JIMMY ANGGARA dengan kalimat : Kesokan paginya, Johan Konco bangun dengan mata masih mengantuk. Saat ia memasuki pintu kantornya pagi itu, ia berjalan dengan menundukkan kepalanya dan tetap begitu, bahkan setelah ia duduk di meja kerjanya. Sejak saat itu Johan Konco selalu berjalan seperti itu—apakah memasuki pintu yang terlalu rendah bagi kepalanya ataupun pintu gerbang. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.26.1.2022)  

 

 

 

Minggu, 23 Januari 2022

 Budi Sampurno.Jan.1

SDT.INFORMASI.96

PEDOMAN KITA TENTANG BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA DAN LAGU KEBANGSAAN


Inilah pedoman kita tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan, tertuang pada UURI NO. 24 Tahun 2009. Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, yang telah di godog antara Pemerintah dan DPRRI serta telah disahkan di Jakarta, tgl 9 Juli 2009, ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia, DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono. Undang-Undang ini telah di muat pada Lembaran Negara Republik Indonesia Th.2009, dengan nomor 109.

Dalam pertimbangannya disebutkan, bahwa bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bahwa bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada BAB I, pasal 3 dalam Undang-Undang ini disebutkan, pengaturan bendera, bahasa dan lambang negara, serta lagu kebangsaan bertujuan untuk:

a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuaan Republik Indonesia; b. menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan c. menciptakan ketertiban, kepastian,dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaan. (Budi Sampurno.Mak'skom.IPJT.23.1.2022)


Jumat, 21 Januari 2022

 

Budi Sampurno. Jan.4

SDT.NGOBROL.4.

NGOBROL PASAL GREGETEN.

Pagi itu gerimis masih gemericik. Pak Wagiman serius membaca koran pagi.  Kacamatanya dinaik-turunkan. Kayaknya yang di baca seru, tapi kadang ada huruf-huruf yang tampak kabur. Makanya berkali-kali kacamatanya dinaik-turunkan.

Bu Wagiarti dari dapur, membawa kopi untuk suaminya. Melihat polah suaminya, mengernyitkan keningnya dan matanya. Lalu bertanya.

Wagiarti   : “Serius banget bacanya pak. Ada berita seru ya….Apa kecelakaan..?”

Wagiman tidak mendengar pertanyaan bu Wagiarti, karena saking seriusnya membaca.

Wagiarti     : “ Pak…di tanya kok nggak njawab…Oooo wedang kopinya tak bawa balik dapur lho “

Wagiman    : “ Ya bu…maaf…maaf nggak dengar…”

Wagiarti     :.” Oooo….dasar….”

Wagiman    : “ Dasar suami ibu ngganteng ya….”

Wagiarti     : “ Gee…eeerrrr….Sudah tua…rambut mulai putih, kok ngaku ngganteng….”

Wagiman    : “ Kok sewot…cantiknya tenggelam lho nanti…..”

Wagiarti     : “ Tenggelam ya biarkan saja….Ada berita apa sih…”

Wagiman   : “  Ini lho. KPK kembali melakukan tangkap tangan….”

Wagiarti    : “ Hari gini…kok ya masih ada orang berbuat jahat ya…Nggak kasian rakyat kecil ini. Di tangkap-tangan kena kasus apa…?”

Wagiman   : “ Ini… jual beli jabatan…. Dan korupsi….”.

Wagiarti     : “ Alhamdulillah…ketangkap….Sokor…rasakno…”

Wagiman   : “ Eeee kok rasakno….”

Wagiarti    : “ Ya…tembak mati saja….”

Wagiman  : “ Ya, nggak boleh gitu. Negara kita itu negara hukum. Jadi harus di proses, diadili, dibuktikan, ditimbang bobot kejahatannya.. baru ditentukan hukumannya….”

Wagiarti    : “ Ya..nggak usah panjang-panjang lah….Tembak…Pasti masyarakat banyak yang setuju…”

Wagiman   : “ Terus…kok di tembak itu…pasalnya pasal apa bu….”

Wagiarti    : “ Ya….Pasal Gregeten….!!! “.

Wagiman   : “ Ooooo….Pasal Gregetan…Di KUHP , Di Undang-Undang lainnya juga nggak ada bu….pasal kok gregeten…”.

Bu Wagiarti belum sempat menjawab, mesin cuci berdenting. Dan bu Wagiarti langsung berdiri, berjalan menuju belakang guna memberesi cuciannya. Dan pak Wagiman kembali asyik membaca koran lagi. Dan tidak terasa, gerimis sudah mereda. Bu Wagiarti bersyukur, karena bisa berharap hasil cuciannya segera kering. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.21.1.2022)

 

 

Selasa, 18 Januari 2022

 

Budi Sampurno.Jan.2

SDT.KOMEN.17

Hampir semua media, baik cetak, elektronik ataupun media maya akhir-akhir ini sampai hari ini selalu memberitakan pandemi Covid-19 serta perkembangannya. Dan terakhir tentang munculnya varian baru yang juga sudah mendunia, Omicron. Pemerintah tiap hari juga menginformasikan perkembangan varian baru ini. Tentunya dengan maksud agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada serta mematuhi protokol kesehatan. Lalu bagaimana masyarakatnya?.

CLEKIT dari harian JAWA POS hari Selasa, tgl 18 Januari 2022, memberikan gambaran sebagian sikap masyarakat. Mari kita perhatikan llustrasi yang disampaikan oleh SDR.WAHYU KOKKANG di harian JAWA POS.

Ilustrasi itu menggambarkan, bahwa masyarakat banyak yang mematuhi himbauan Pemerintah. Tetapi ada pula yang beracuh tak acuh terhadap persoalan Omicron. Padahal sudah disosialisasikan, bahwa varian Omicron lebih cepat menular dari pada varian Delta. Omicron telah masuk ke Indonesia, tentulah Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama berjuang untuk menanggulangi, agar varian setan ini tidak cepat dan tidak dapat menjalar secara membabibuta di negara kita tercinta ini. Ilustrasi WAHYU KOKKANG jelas menggambarkan, bahwa masyarakat ada yang tahu, paham tentang bahayanya omicron, tetapi acuh sekali. Digambarkan adanya seorang laki-laki yang tidak memakai masker, di tutup matanya bertuliskan ketidak pedulian.

Pemerintah memperkirakan, bahwa puncak penyebaran omicron akan terjadi pada Februari-Maret. Untuk itu kita semua harus bersikap tegas melaksanakan protokol kesehatan. Para petugas yang berwenang harus mau serta mampu menjalankan tugas sesuai dengan garis yang telah ditentukan. Tetapi yang penting juga masyarakat jangan panik. Penanggulangan omicron ini harus merupakan perjuangan massa yang terpadu. Yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan masyarakat. Dalam menghadapi pandemi Covid, Pemerintah telah mendapat pengakuan dari badan dunia, WHO, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang paling berhasil menghadapi setan virus yang sangat berbahaya ini.

Penggabaran ilustrasi oleh sdr. WAHYU KOKKANG sangat mengena. Salam hangat untuk sdr. WAHYU KOKKANG. (Budi Sampurno.Mak'skom.IPJT.17.1.2022)

Senin, 17 Januari 2022

 

 

BUDI SAMPURNO.Jan.1.2022

SDT.KOMEN.16

LEARNING LOSS ATAU LIFE LOSS.

Saya terusik dengan Jatidiri harian JAWA POS hari Senin tgl 17 Januari 2022, yang berjudul PILIH LEARNING LOSS ATAU LIFE LOSS DI ERA OMICRON?. Diangkat dalam Jatidiri, karena sangat relevan dengan permasalahan yang sedang mendera Indonesia. Bahkan juga mendera negara-negara di seluruih dunia. Dan penderaan ini sudah berjalan dua tahun lebih, yaitu Virus Covid-19. Virus ini terus berkembang menumbuhkan varian-varian baru. Terakhir yang sampai sekarang masih selalu menjadi topik pembicaraan dimana-mana dan di segala bidang. Antara lain di bidang pendidikan.

Ditulis dalam Jatidiri—Kasus infeksi  Covid-19 varian Omicron di prediksi akan memuncak pada minggu ke dua-ketiga Februari. Kemenkes memprediksi angka kasusnya bisa mencapai 40 ribu hingga 50 ribu per hari.

Dan di Alinea terakhir di tulis—Hal lain yang perlu segera ditinjau ulang adalah pembelajaran tatap muka (PTM). Tidak semua siswa sudah mendapatkan vaksin dua dosis. Membicarakan PTM 100 persen mengancam keselamatan siswa, guru, tenaga kependidikan, dan keluarga siswa yang memiliki komorbid. Ancaman learning loss tidak lebih penting dari pada life loss di masa outbreak varian kehidupan masyarakat omicron.

Saya pikir memang benar yang disampaikan Jatidiri tsb. Karena masalah pendidikan adalah sangat kompleks, menyangkut berbagai bidang  kehidupan masyarakat. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Pemerintah harus dapat mengamankan kesemuanya. Pendidkan tidak hanya menyangkut masa depan anak-anak, tetapi lebih besar lagi karena menyangkut kaelangsungan kehidupan negara. Keduanya harus dapat diselamatkan. Tapi tentunya penyelamatan ini tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada Pemerintah. Namun masyarakat dari segala lapisan harus ikut dengan sukarela dan ikhlas  untuk berpartisipasi.

PTM memang lebih efektif untuk proses pembelajaran. Tetapi keselamatan di semua pihak  harus dikedepankan juga. Pendidikan harus dilaksanakan, Sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya mengajaran dan pelatihan. ( Kamus Besar Bahasa Indonsia. Pusat Bahasa. Edisi ke IV. Departemen Pendidikan Nasional. PT.Gramedia  Pustaka Utama, Jakarta 2008. Hal 326). Ini artinya Pendidikan sangat diperlukan agar kelangsungan berbangsa dan bernegara benar-benar menuju tempat yang kita inginkan bersama secara terencana.

Maka masalah PTM, Pemerintah dengan mendengarkan aspirasi masyarakat tentunya akan memperoleh strategi yang jitu. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.17.1.2022)

 

 

 

Minggu, 16 Januari 2022

 

Budi Sampurno. Jan.3

SDT.SASTRA.15

IMAJINASI TIGA TANDA MATI

Menarik cerpen yang saya baca di Harian KOMPAS, Minggu tgl. 16 JANUARI 2022. Saya membaca dengan lancar. Cerpen ini di tulis oleh MURAM BATU, dilahirkan di  Lima Puluh, Sumatera Utara. Masa remaja di Langsa, Aceh. Setelah tamat SMA merantau ke Yogyakarta selama 11 tahun. Sekarang tinggal di Medan. Buku kumpulan cerpennya dan novelnya sudah diterbitkan.

Dalam cerpennya yang di beri judul “TIGA TANDA MATI” berceritera tentang Aku. Tinggal di suatu daerah yang bila ada orang yang mati, pasti sebelumnya ditandai tiga tanda. Tanda pertama adalah----tulisnya: Tanda pertama adalah bintik putih di bawah mata, tetapi tak hilang saat di sapu dengan jari atau kain ataupun air. Biasanya dia berada di ujung mata dekat tulang hidung, bisa di kanan dan bisa  juga di kiri. Kemunculannya langsung diketahui si penderita karena letaknya yang strategis itu. Biasanya muncul seusai bangun tidur. Awalnya mungkin orang sepele, sekedar menyekanya. Namun, karena dia tidak hilang-hilang, maka kepanikan akan langsung mengemuka. Bagaimana tidak, tanda itu bak mendung yang berarti hujan. Itulah sebab, tak perlu berhari-hari orang sadar bahwa tanda itu bukanlah tahi mata.----

Tanda kedua yaitu timbul di dada, ada sebuah bentuk seperti sidik jari jempol. Itu tanda muncul juga ketika pak Derma dan guru cantik bu Indah mau meninggal. Serta ayahnya teman si Aku.

Tanda ke tiga adalah perubahan karakter. Pak Derma menjadi sering marah-marah. Dan bu guru Indah  yang biasanya selalu tepat waktu dan tegas, merubah menjadi manja serta menjadi sosok yang menyenangkan bagi suaminya.

Sdr.MURAM BATU berhasil menggiring imajinasi pembaca dengan berharap cemas tentang tanda ketiga yang ada pada tokoh si Aku. Karena ke dua tanda sudah dimiliki oleh si Aku dan sudah diketahui olah banyak teman-temannya, maka komandannya membebastugaskan dari tugas sehari-hari. Hanya tetap wajib  absen.  Namun si Aku selalu berusaha agar tetap berperangai seperti biasanya. Teman-temannya mengingatkan, bahwa si Aku jarang main bola, maka ia bermain bola lagi. Jarang ke warung bu Num, maka ia sering-sering lagi nongkrong di warung bu Num. Jarang cuci mobil komandan, maka ia kembali mencuci  mobil komandan. Si Aku berusaha statis, agar tidak mati.

Sepertinya tiga tanda ketika orang mau mati itu tidak ada di daerah lain, kecuali di daerah si Aku bertugas. Meskipun si Aku berusaha statis, namun tanda ketiga itu datang juga. Dan si Aku paham juga. Sdr.MURAM BATU menutup cerpennya dengan : Aku tidak tahu siapa yang mengatakan itu, sumpah. Aku tidak tahu. Yang kutahu, di wilayah tempatku tinggal jarang orang mati. Namun ketika ada yang mati, pasti bisa di-tebak kehadirannya. Ada tiga tanda sebagai penanda. Dan kini, kurasa sudah memiliki ketiga-tiganya.

Artinya Si Aku, mati juga. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.16.1.2022)

 

 

 

 

Selasa, 11 Januari 2022

 

SDT. NGOBROL.3

Budi Sampurno.Jan.11.1.2022

NGOBROL WALI KOTA SURABAYA

Setelah tamunya pulang, Wagiman langsung cuci tangan pakai sabun dan setelahnya, duduk di teras rumah sambil termenung. Bener juga apa yang diomongkan dik Basri tadi, katanya dalam hati. Lalu berdiri, masuk ruang kerjanya.

Wagiarti   : Lho…nggak ada..kemana bapak ?. Dibikinkan kopi malah nggak ada…

Wagiman  : Apa bu…saya mengambil koran hari ini….saya tadi membacanya belum selesai.                                    

Terus dik Basri tadi datang.

Wagiarti   : Ada berita apa to pak, kok sajak serius membacanya…

Wagiman  : Ini lho di halaman 14 harian Jawa Pos hari ini, memberitakan, bahwa Wali Kota Surabaya, Bpk. Ery Cahyadi mengajak media kolaborasi untuk membangun kota Surabaya. Ini disampaikan dalam kunjungan pertama di harian Jawa Pos sejak menjabat sebagai Wali Kota Surabaya.

Wagiarti   : Terus gimana pak…

Wagiman  : Lho ini sangat bagus bu. Dan tepat sekali kalau mengajak media untuk ikut membangun Surabaya. Karena pekerjaan media itu kan mencari, mengumpulkan berita berdasar fakta, kemudian mengolahnya untuk dijadikan berita, serta kemudian di sebar luaskan ke masyarakat.

Wagiarti  : Ooo….lalu masyarakat mengetahui, memahami segala sesuatu yang menyangkut lingkungannya. Baik yang sedang direncanakan, sedang dikerjakan oleh Pemerintah serta hasilnya bagaimana dan tanggapan masyarakat bagaimana…gitu to…

Wagiman ; Lha itu ibu pinter…yang memang begitu..

Wagiarti :Tapi beritanya itu kan tidak selalu bagus-bagus pak…Ada orang ngrusak taman, ada maling, ada pelecehan perempuan…ada pejabat yang korupsi…

Wagiman : Ya memang…justru itu yang dimanakan fungsi media sebagai media kontrol, baik kontrol terhadap Pemeritah maupun kontrol terhadap masyarakatnya. Dan ini dijamin oleh Undang-Undang, bu….

Wagiarti  : Ya tahu…Undang-Undang Tentang Pers, kalau nggak salah..

Wagiman : Ingat juga ibu ini..Tepatnya Undang-Undang  No. 40 Tahun 1999, Tentang Pers.

Sebentar ya bu. Bapak tak ambil buku. ….Nah ini dia bukunya …berjudul : Menulis Artikel Dan Tajuk Rencana, Penerbitnya Simbiosa Rekatama, Bandung, th.2004. Dan menurut penulisnya, As.Haris Sumadiria, fungsi pers itu adalah: fungsi informasi, edukasi, koreksi, rekreasi dan fungsi mediasi.

Yang ibu maksud tadi dengan adanya berita tentang pejabat yang korupsi, pelecehan terhadap kaum perempuan. Itu berarti pers atau media berfungsi koreksi atau fungsi kontrol.

Wagiarti  : Cerdik juga pak Wali Kota Surabaya ini. Jadi beliau merangkul media untuk sama-sama di ajak membangun kota Surabaya. Media dengan memberikan informasi berdasarkan fakta yang benar serta memberi koreksi baik pada Pemerintah Kota Surabaya dan juga kepada masyarakat. Sehingga sama-sama saling mengkoreksi untuk kebaikan pembangunan kota Surabaya.

Wagiman  : Hebat ibu. Masih ingat juga, seperti ketika masih jamannya kuliah dulu…

Wagiarti   : I ya dong pak…Semoga niat pak Wali Kota, Ery Cahyadi itu lancar, dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa serta Surabaya benar-benar menjadi kota yang nyaman dan aman.

Wagiman  : I ya bu…kita-kita ini bisanya kan hanya ikut mendoakan.

Wagiarti    : I ya pak….Sudah saya tak melanjutkan pekerjaan di dapur.

Wagiarti berdiri dan berjalan menuju dapur. Wagiman berdiri, menyimpan bukunya di ruang kerja.

Surabaya musim hujan. Tetapi siang hari ini tak secuwilpun awan yang menggumpal. Udara cerah. Matahari bersinar dengan gagahnya. Semoga harapan masyarakat Surabaya benar-benar terwujud dengan kolaborasi semua media dan Pemerintah Kota Surabaya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.11.1.2022)

 

 

 

 

Jumat, 07 Januari 2022

 

Budi Sampurno.Jan(2)

SDT.SASTRA.14

PERIHNYA RINDU DI MALAM NATAL.

SILVESTER PETARA HURIT, pendiri NARA TEATER di Flores Timur ber cerpen di Harian KOMPAS, Minggu, tgl. 26 Desember 2021 dan cerpennya di beri judul KABAR DI MALAM NATAL.Diceritakan, Ama Ola, seorang lelaki yang di tinggal isterinya merantau ke Kalimantan. Bekerja di perkebunan kelapa sawit sudah selama sepuluh tahun. Ina Bolang nama isterinya, meninggalkan suaminya setelah baru setahun menikah. Merantau dengan alasan ekonomi, dan atas persetujuan ke dua belah pihak, suami-isteri. Sebenarnya Ama Ola bisa berdekatan dengan Ina Semol, tetangga yang sudah delapan tahun ditinggal suaminya merantau ke Malaysia.

Mengenai Ina Semol ini, SILVESTER HURIT menulis---Sama-sama masih di usia 30-an. Sama-sama kesepian dan bisa saling mengerti. Namun Ama Ola tak berani. Jangan pernah masuk kebun orang supaya di medan perang panah dan tombak tak kena dirimu. Be- gitulah warisan nenek moyang yang harus di pegang teguh oleh setiap pria dari klen pemilik suri kada.

Di lain kalimat di tulis bahwa Om Ronald si penimbun kopra pernah menggodanya.

“ Jadi laki-laki jangan munafiklah”.

“ Kau pikir saya ini nyamuk bisa gigit sembarangan”

“ Bilang saja sudah kau preteli”

“ Jangan  ukur saya pakai ukuran bajumu sendiri”.

“ Kau pikir isterimu di sana juga setia ?”.

Godaan Om Ronald ini benar-benar mengganggu pikiran dan jiwa Ama Ola. Dan berpikiran yang aneh-aneh penuh kecurigaan terhadap isterinya diperantauan. Tapi saking jujurnya, Ama Ola malah merasa dirinya berdosa dengan pikiran yang penuh kecurigaan itu. Maka dia segera pergi ke gereja guna menebus dosa.

Ama Ola tidak punya handpone, maka kalau ingin berkomnikasi dengan isterinya selalu minta tolong kepada Ina Semol, tetangganya yang ditinggal suaminya merantau di Malaysia.

Sampai di malam Natal isterinya belum juga pulang serta juga tidak ada kabar lewat telepon. Dan di malam Natal ini Ama Ola tetap menunggu kalau-kalau ada berita dari isterinya. Tiba-tiba listrik padam. Ia tetap duduk mematung dikegelapan. Tiba-tiba terdengar Ina Semol memanggil.

“ Om Ama, ada telepon…”

“ Dari Ina Boleng”, sambut Ama Ola girang.

“ Dari Ama Kopong”.

Seketika raut Ama Ola berubah. Ama Kopong, adik bungsu Om Ronald anak Ketua Lembaga Adat, si tukang jual tanah yang tak disukainya.

“ Selamat Natal Ama Ola”.

“ Selamat Natal juga”.

“ Ama Ola, singkat saja saya sampaikan, bahwa  Ina Boleng sudah tiga minggu ini masak nasi untuk saya. Minta maaf, semoga kamu bisa terima” Langsung dimatikan teleponnya tanpa memberi kesempatan satu katapun bagi Ama Ola.

Bagi saya cerpen ini menggoda untuk membacanya secara berkelanjutan, apalagi di dukung dengan judul “KABAR DI MALAM NATAL”. Enak dan lancer di baca, tapi akhir cerita yang tragis, memang membuat pikiran saya ikut sangat terganggu. Perih rasanya. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.7.1.2022)

 

 

Selasa, 04 Januari 2022

 

SDT.NGOBROL.2

Budi Sampurno.Jan.4.1.2022

NGOBROL SAMPAH

Di pagi hari yang kebetulan matahari bebas bersinar, sepasang suami isteri yang rambutnya mulai memutih sedang asyik bersih-bersih rumput di halaman depan rumahnya. Pak Wagiman dengan tangkasnya memotong rumput yang sudah mulai menebal, dan bu Wagiarti menyapu potongan-potongan rumput yang berserakan. Sudah satu jam lebih sepasang suami isteri itu bersih-bersih.        

 Wagiman : Heran..belum seminggu  saya potong kok ya sekarang sudah tebal lagi..

Wagiarti   : Musim hujan pak…makanya cepat tumbuh, apalagi bulan kemarin baru kita

                     beri pupuk.

Wagiman  : Bener bu…Sudah bu. Di lanjut besok. Itu awan mendung sudah mengintip…

Wagiarti    : Ya pak.Ayo cuci kaki cuci tangan. Terus kita istirahat sambil ngobrol di teras.

Pak Wagiman dan bu Wagiarti bersih-bersih diri. Pak Wagiman lantas duduk di teras sedang bu Wagiarti ke belakang kearah mesin cuci. Baru menyusul duduk di teras.

Wagiman   : Bu..sampah plastik bungkus paket  masih di simpan atau sudah di buang ?

Wagiarti    : Masih di gudang…lha si Sis tukang sampah belum masuk, katanya sakit. Itu

                      bak sampah sudah penuh.

Wagiman   : Ini lho bu, saya baru baca kliping koran Jawa Pos tgl 5 Agustus 2021, diberita

                      kan, bahwa dari sepanjang kali Jagir hingga Joyoboyo dalam satu hari sampah

                      yang dikumpulkan  bisa mencapai 1,5 ton beratnya.

Wagiarti     : Ah… masak iya pak

Wagiman   : Lho bener..ini Jawa Pos wawancara dengan bapak Arif Rusman, Kepala Bidang Kebersihan dari Dinas KRTH kota Surabaya.

Wagiarti    : Wah…edan…pada hal …ya sudah sering di himbau agar masyarakat itu tidak buang sampah sembarangan.

Wagiman   : Menurut beliau…sampahnya selain sampah rumah tangga juga sampah barang-barang bekas, seperti kasur rusak, ban bekas, lemari rusak. Dan ini menjadi penghambat aliran air sungai. Karena tersumbat. Padahal sudah secara rutin sungai itu dibersihkan. Masyarakat kita memang masih belum bisa disiplin dalam buang sampah. Heran saya, bu…

Wagiarti     : Pada hal dampaknya terhadap Kesehatan sangat negativ….Itu saya dengar lagi dari radio, katanya ada juga limbah dari luar negeri di buang diperairan Indonesia..

Wagiman    : O..iya…Ini saya juga punya kliping Jawa Pos tgl 9 Desember 2021 yang memberitakan seorang pelajar  SNPN 12 Gresik menjadi tokoh pemberani yang menentang pembuangan limah dari negara2 maju, di buang di Indonesia

Wagiarti      : Wih.. hebat, anak SMP Gresik….

Wagiman     : Ya bu, Namanya Aeshnina Azzhra Aqilani. Dia menulis surat kepada para pemimpin dunia mendesak agar peduli masalah lingkungan, terutama untuk Indonesia. Dia ingin masa depan yang bersih, karena semua anak Indonesia punya hak untuk hidup di lingkungan yang sehat. Jika saat kini lingkungan sudah tercemar, dampak jangka panjangnya akan lebih parah.

Wagiarti       : Arek Gresik…pinter banget, panjang jangkauan pemikirannya.

Wagiman      : Hebat bu, dia kirim surat kepada Donald Trump. Juga kepada Kanselir Jerman Angela Merkel, ke Perdana Menteri Australia Scott Marison, Perdana Menteri Kanada Justine Trudeau, Perdana Menteri Belanda Barbara Visser dan Joe Bidden Presiden Amerika. Dia minta agar pengiriman sampah ke Indonesia dihentikan dan bertanggung jawab atas pencemaran selama ini. Dia minta agar mereka mengolah sampah di negaranya sendiri.

Wagiarti      : Nggak dimarahi dia..?

Wagiman     : Dimarahi…? Malah dia di undang ke Amsterdam Belanda menjadi pembicara   di Plastic Helth Summit di tahun 2021.

Wagiarti     : Wiiih…orang tuanya dan para gurunya pasti bangga banget…!

Wagiman   : Bukan itu saja bu…dia jadi tokoh film dokumenter dalam film GIRLS FOR FUTURE,  bersama dengan anak-anak perempuan dari Australia, India dan Afrika.

Wagiarti     : Anak SMP saja sudah tahu dan berpikir negativnya sampah. Lha kok tetangga kita ini kadang ada yang ndableg buang sampah sembarangan…

Wagiman   : He he he..nggak usah ngritik orang. Mari kita mulai disiplin dari diri kita sendiri.

Bertepatan pak Wagiman berhenti bicara, dari arah belakang terdengar bunyi berdenting tanda mesin cuci sudah selesai melaksanakan tugasnya. Bu Wagiman berdiri, berjalan menuju belakang untuk membereskan cucian. Pak Wagiman memberesi tumpukan kliping dan melanjutkan menyeruput kopinya.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.4.1.2022)

 

 

 

Senin, 03 Januari 2022

 

Budi Sampurno. Jan.1.2022
SDT. KOMEN.20
Saya amat sangat sering mengikuti ilustrasi karya WAHYU KOKKANG di harian JAWAPOS.
Dan di hari ini Senin tgl 3 Januari 2022, pada hal. 4 kembali sdr. WAHYU KOKKANG berkarya memberi komentar tentang berita hoax Thailand didiskualifisasi dalam pertandingan Thailand lawan Indoneasia di Singapura beberapa hari yang lalu. Hal ini disebabkan,Thailand mempergunakan doping. Dan pertandingan harus di ulang lagi. Berita itu dengan cepatnya beredar serta banyak masyarakat yang terkecoh.  Karena menganggapnya itu berita benar, apalagi Indonesia dikalahkan Thailand dengan telak 0-4. Masyarakat benar-benar berharap pertandingan di ulang lagi. Siapa tahu Indonesia bisa mengalahkan Thailand kalau tanpa doping.
Namun setelah ditelusuri, oleh JAWA POS, berita itu adalah berita hoax. Memang menurut Reuters, Thailand sedang mendapatkan sanksi dari Badan Antidoping Dunia (WADA). Tapi sanksi tsb tidak ada hubungannya dengan final Piala AFF.
Menurut Badan Antidoping Dunia ada tiga negara yang dikenakan sanksi, yaitu Thailand, Korea Utara dan Indonesia. Tetapi para atletnya tetap diperbolehkan bersaing dikejuaraan regional, kontinental dan dunia.
Dengan cerdiknya sdr. WAHYU KOKKANG membuat ilustrasi serta di beri narasi  : YANG BIKIN HOAX INI PASTI ANGGOTA ASOSIASI ORANG GEMBLUNG NASIONAL
Saya betul-betul geli membaca narasinya.
Saya cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hal. 62, asosiasi diartikan sebagai perkumpulan orang yang punya kepentingan bersama. Sedangkan gemblung yang berasal dari bahasa Jawa dalam kamus yang sama diartikan: setengah gila (hal.306)
 Jadi. kita berpikir sesuai dengan jalan pikiran sdr. WAHYU KOKKANG , dan ini berlogika, orang yang membuat berita hoax tentang diskualifisasi Thailand dan pertandingan harus di ulang itu orangnya adalah  setengah gila. Serta berkumpul bersama dengan orang-orang berkepentingan  sama, membuat berita-berita hoax.
Salut untuk sdr. WAHYU KOKANG. (Budi Sampurno.Mak'skom.IPJT.3.1.2022)






Minggu, 02 Januari 2022

 

Budi Sampurno.Jan.2022.(1)

SDT.SASTRA.13

NALURI ANAK DALAM SEPASANG LEMBU IBU DAN WAK LAM

HARIAN KOMPAS , MINGGU. TGL.21 NOPEMBER 2021

Cerpen ini di tulis oleh FARIZAL SIKUMBANG, kelahiran Padang tetapi sekarang tinggal di Banda Aceh, kumpulan cerpennya yang sudah  terbit berjudul KUPU-KUPU ORANG MATI.

Cerpen yang di muat di Harian KOMPAS  berceritera tentang satu keluarga yang telah kehilangan kepala keluarganya. Hilang karena di bunuh dan sudah satu tahun, pembunuhnya belum ketahuan serta pihak yang berwajib, polisi Kecamatan juga belum bisa menemukan. Serta motif pembunuhannya juga belum terungkap, padahal jasadnya ditemukan di rumah di pagi hari. Isterinya sangat bersedih.

Ada empat tokoh dalam cerpen ini, yaitu “aku”, ibunya, Agus adik si aku dan Wak Lam, tetangganya. Diuraikan, bahwa setelah sang ayah meninggal, ibunya setiap hari mencari rumput untuk memberi makan seekor lembu, peninggalan suaminya. Ibu selalu pulang dengan sepeda motornya serta membawa sekarung rumput dan langsung dimasukkan ke kandang lembu.

Wak Lam sering menengok keluarga yang kehilangan sang ayah, disertai petuah-petuah seperti :” Sebagai teman ayah kalian, aku tentu akan mencoba memberikan sesuatu bila kalian membutuhkan. Dan semoga ayah kalian ditempatkan di tempat yang layak. Ayah kalian adalah orang baik, penyayang, dan sangat mencintai keluarga”.

Hari-hari berikutnya Wak Lam sering berkunjung ke rumah.

Agus, adik si Aku sangat dekat dengan ayahnya. Setelah meninggal, Agus sering mengurung diri di dalam kamar, perangainya berubah, jarang keluar dan sekolahpun sering membolos. Sedang si Aku merasa tidak yakin kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Meskipun ibunya selalu mengatakan, bahwa Wak Lam itu orang baik serta pernah memberi ibu sekarung beras, serta setuju lembu betinanya dikawinkan dengan lembu jantannya Wak Lam.

Cerpen ini plotnya di bangun dengan datar, sehingga di separo saya membaca sudah menduga bahwa akhir cerpen adalah persoalan wanita dengan lelaki yang bukan pasangan yang syah. Dugaan ini di bangun oleh FARIZAL SIKUIMBANG dengan menuturkan kedalam kalimat “ Rumah Wak Lam tidak jauh dari rumah kami. Dulu ia kawan karib ayah. Sama-sama menjadi petani seperti ayah. Ladangnya juga berdekatan dengan ladang ayah. Aku tidak bisa menyimpulkan apakah ia teman ayah yang baik atau bukan. Sebab sebagai  anak perempuan yang menjelang dewasa, aku tak pernah bicara dengannya. Meski setelah kematian ayah, ia sering ke rumah untuk menguatkan kami, tentu di-tambah dengan kata-kata penuh simpati dan pituah”.

Sejak ayahnya meninggal, Agus mengalami kegelisahan yang mendalam. Dan mengatakan, bahwa Wak Lam bukan orang baik-baik karena pernah menendang pantatnya. Ibunya selalu bersikukuh kalua Wak Lam itu orang baik-baik dan mau memperhatikan dan membantu setelah sang ayah meninggal.

Suatu hari ibunya sepakat kalau lembunya yang betina akan dikawinkan dengan lembunya Wak Lam.

Si tokoh Aku selalu bersitegang dengan ibunya, karena ibunya selalu ngotot kalau Wak Lam itu orang baik-baik. Aku semakin yakin kalau Wak Lam bukan orang baik-baik, karena mendengar dari para tetangga, bahwa ibunya sering di ladang bukan bekerja mencangkul, tetapi sering duduk berduaan dengan Wak Lam.

Disinilah yang saya sebut, naluri si anak kuat kalau ibunya ada hubungan yang tidak baik dengan Wak Lam. Dan ternyata  terbukti diakhir cerpen. Setelah lembunya melahirkan satu anak, Wak Lam mengajak ibu kawin.

“ Begini, aku punya pikiran lain, bagaimana kalau tidak hanya lembu saja yang kita jodohkan, tapi, maksudku, bagaimana antara aku dan engkau juga”.

Ibu terdiam mendengar kata-kata Wak Lam, sedangkan aku bagai kilat yang menyambar. Sampai-sampai gelas yang ku pegang jatuh ke lantai. Dan ku lihat ada niat jahat di mata Wak Lam. Aku berpikir. Apakah Wak Lam yang telah membunuh ayah?.

Ibu terus terdiam dan belum menyeru, sedangkan Wak Lam malam itu seperti seekor rajawali di depan ibu. Lamunanku baru tersentak ketika samar-samar ku dengar dari luar rumah banyak sekali suara-suara.

“Mereka mesti dinikahkan…”

“Mereka berzina di ladang…..”

“Dasar Wak Lam….”

“Dasar lembu perempuan…”

Ternyata Wak Lam bukan orang baik-baik bagi keluarga yang di tinggal mati ayahnya dan yang di bunuh oleh siapa.

Memang anak-anak punya naluri yang kuat.

Untuk si penulis cerpen, FARIZAL SIKUMBANG, saya acungi jempol.

(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.2.1.2022)

 

Sabtu, 01 Januari 2022

 

SDT. NGOBROL.1

Budi Sampurno.Jan.1

NGOBROL PAGI

Di pagi yang basah karena hujan semalam, malam tahun baru dari th 2021 ke th 2022, sepasang suami isteri yang rambutnya sudah mulai memutih, berbincang-bincang di teras rumah membicarakan diri mereka sendiri.

WAGIARTI : Malam tahun baru sepi ya pak. Anak cucu nggak ada yang datang…

WAGIMAN  : Kan masih masa pandemi bu. Anak-anak itu taat pada anjuran Pemerintah. Jadi ya nggak   pergi keluar kota, nggak pulang, lagi pula kan nggak ada cuti. Kemarin ya sudah videocall. Anak-anak, cucu-cucu sehat semua…

WAGIARTI  : Ya, pandemi covid ini sampai kapan sih pak ?

WAGIMAN   : Ya ngak ada yang tau bu. Wong WHO yang sekelas dunia saja tidak bisa meramalkan kapan   habisnya. Malah laporannya ditemukan varian baru…apa itu Namanya….Omnicrom.

                           Sudahlah bu nggak usah mbahas pandemic….Ini lho…wedang kopinya. Padahal sudah bertahun-tahun ibu kalua pagi selalu membuatkan wedang kopi…Tapi kok ya masih EAS.

                           Enak..Anget…Seger…

WAGIARTI   : Ah…gombal…ngrayu…

WAGIMAN   : Lho bener bu….

WAGIARTI   : Saya malah mikir, siapa tetangga yang baru pindah tinggal di depan rumah kita..

WAGIMAN    : Mas Yulianto….Kena apa ?

WAGIARTI    : Kemarin waktu kenalan..kan bapak bilang WW.

WAGIMAN    : Lho, terus kan sudah bapak jelaskan…. WW itu singkatan dari Wagiman Wagiarti

WAGIARTI   : Ya..terus isterinya tertawa cekikikan….

                           Ya…saya kadang juga tertawa geli sendiri….Wagiman ketemu Wagiarti…kok terus nikah..

WAGIMAN   :  Namanya jodoh..ya bisa saja to bu…

WAGIARTI   :  Jodoh…bapak saja yang ndesek-ndesek ngajak nikah..

WAGIMAN   :  Lho…kalau nggak gitu kan nggak ada Yanto dan Yanti serta cucu-cucu kita.

WAGIARTI   : Jodoh..aneh ya jodoh itu, orang mau beli rumah..sudah di tawar dan nggak jadi…katanya nggak jodoh. Ada bapak tudah tua…nikah sama perawan muda belia...di bilang jodoh…Apa sih jodoh itu..

WAGIMAN   : Artinya jodoh…sebentar bapak buka kamus dulu. Naa.. ini Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendiddikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Edisi ke dua, th 1997 pada hal. 416 di tulis..jodoh itu orang yang cocok menjadi suami-isteri, pasangan hidup. Atau bisa juga dalam arti pasangannya. Misal ; jodohnya sepatu ini mana? Maksudnya…pasangan sepatu yang satunya  mana…

                           Ini menurut kamus lho, sudah pasti dapat dipertanggungjawabkan.

Bertepatan dengan Wagiman menutup buku kamus, terdengar suara berdenting dari arah belakang, pertanda mesin cuci sudah selesai melaksanakan tugasnya. Wagiarti berdiri berjalan menuju arah belakang guna membereskan cucian, meninggalkan Wagiman yang tetap di teras sambil menghabiskan sisa kopi paginya. Awan mendung bergerak perlahan ke arah Utara untuk melaksanakan tugasnya menggelontorkan air ciptaan Tuhan.(Budi Sampurno,Mak’skom,IPJT,1.1.2022)

 

SELAMAT PAGI INDONESIAKU