GUBERNUR
MINTA TEKAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU
Pemprov Jawa Timur terus menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melibatkan peran aktif dari seluruh masyarakat. Gubernur Soekarwo meminta HOGSI (Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia) agar lebih bisa menekan AKI dan AKB di Jatim.Meskipun rasio ibu melahirkan dan meninggal di Jawa Timur sudah di bawah target MDGs. Untuk mencapai target AKB dan AKI, Pemprov Jatim menggalakkan berbagai program.
Saat ini AKI dan AKB di Jatim yakni sebesar 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio tersebut lebih rendah dari target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 102 per 100.000.
Keberhasilan Jatim atas kemampuan menekan AKI dan AKB ini berbuah penghargaan. “Saya sama Bude dapat penghargaan dari Ibu Menteri Kesehatan. Tapi karena saya gubernurnya jadi saya yang terima penghargaan,” jelasnya disambut tepuk tangan peserta anggota HOGSI.
Spontan Pakde Karwo pun mengapresiasi tepuk tangan anggota HOGSI yang hadir di Surabaya. “Yang tepuk tangan itu yang telah bekerja keras menurunkan AKIdan AKB. Yang kerja ya sampeyan-sampeyan . Saya hanya terima penghargaannya saja,” tegasnya.
Adapun program yang dijalankan Pemprov Jatim melalui pemberdayaan TP PKK seperti revitalisasi posyandu, serta penanganan persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan terlatih dan penempatan desa siaga. Selain itu, Jatim juga mendirikan dan memperbanyak Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan Poliklinik Desa (Polindes).
"Dengan didirikannya Ponkesdes dan Polindes, akan muncul masalah SDM. Namun, melalui program peningkatan kompetensi tenaga perawat hal tersebut dapat teratasi," Dengan begitu, menurut Soekarwo tenaga perawat yang akan bertugas ke daerah sudah memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga medis.
Jatim juga fokus membangun Ponkesdes, Puskesma Pembantu (Pustu) Gawat Darurat, Puskesmas Rawat Inap Standar, dan Puskesmas Rawat Inap Plus untuk mendekatkan akses kesehatan pada masyarakat. Khusus Ponkesdes, akan ditempatkan 2 perawat dan 1 bidan untuk mendampingi ibu hamil sampai melahirkan.
Sementara itu Ketua HOGSI, Dr Omo Abdul Madjid SpOG(K) mengatakan, dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HOGSI ke-9 , pihaknya juga berfokus pada upaya peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan reproduksi. “Ini kami lakukan melalui integrasi aspek klinik, sosial, lingkungan dan pedekatan multidisiplin dalam upaya mempersiapkan generasi emas yang menjadi tema kegiatan PIT HOGSI tahun ini,” katanya.
Menurutnya, tahun ini yang menjadi prioritas adalah tantangan peningkatan kesehatan umumnya kesehatan reproduksi pada khususnya. Hal itu, dimulai dari upaya pencapaian MDGs, implementasi sistem jaminan kesehatan nasional dan yang berfokus pada upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan.(KominfoJatim,Makskom,IPJT)
Pemprov Jawa Timur terus menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melibatkan peran aktif dari seluruh masyarakat. Gubernur Soekarwo meminta HOGSI (Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia) agar lebih bisa menekan AKI dan AKB di Jatim.Meskipun rasio ibu melahirkan dan meninggal di Jawa Timur sudah di bawah target MDGs. Untuk mencapai target AKB dan AKI, Pemprov Jatim menggalakkan berbagai program.
Saat ini AKI dan AKB di Jatim yakni sebesar 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio tersebut lebih rendah dari target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 102 per 100.000.
Keberhasilan Jatim atas kemampuan menekan AKI dan AKB ini berbuah penghargaan. “Saya sama Bude dapat penghargaan dari Ibu Menteri Kesehatan. Tapi karena saya gubernurnya jadi saya yang terima penghargaan,” jelasnya disambut tepuk tangan peserta anggota HOGSI.
Spontan Pakde Karwo pun mengapresiasi tepuk tangan anggota HOGSI yang hadir di Surabaya. “Yang tepuk tangan itu yang telah bekerja keras menurunkan AKIdan AKB. Yang kerja ya sampeyan-sampeyan . Saya hanya terima penghargaannya saja,” tegasnya.
Adapun program yang dijalankan Pemprov Jatim melalui pemberdayaan TP PKK seperti revitalisasi posyandu, serta penanganan persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan terlatih dan penempatan desa siaga. Selain itu, Jatim juga mendirikan dan memperbanyak Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan Poliklinik Desa (Polindes).
"Dengan didirikannya Ponkesdes dan Polindes, akan muncul masalah SDM. Namun, melalui program peningkatan kompetensi tenaga perawat hal tersebut dapat teratasi," Dengan begitu, menurut Soekarwo tenaga perawat yang akan bertugas ke daerah sudah memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga medis.
Jatim juga fokus membangun Ponkesdes, Puskesma Pembantu (Pustu) Gawat Darurat, Puskesmas Rawat Inap Standar, dan Puskesmas Rawat Inap Plus untuk mendekatkan akses kesehatan pada masyarakat. Khusus Ponkesdes, akan ditempatkan 2 perawat dan 1 bidan untuk mendampingi ibu hamil sampai melahirkan.
Sementara itu Ketua HOGSI, Dr Omo Abdul Madjid SpOG(K) mengatakan, dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HOGSI ke-9 , pihaknya juga berfokus pada upaya peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan reproduksi. “Ini kami lakukan melalui integrasi aspek klinik, sosial, lingkungan dan pedekatan multidisiplin dalam upaya mempersiapkan generasi emas yang menjadi tema kegiatan PIT HOGSI tahun ini,” katanya.
Menurutnya, tahun ini yang menjadi prioritas adalah tantangan peningkatan kesehatan umumnya kesehatan reproduksi pada khususnya. Hal itu, dimulai dari upaya pencapaian MDGs, implementasi sistem jaminan kesehatan nasional dan yang berfokus pada upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan.(KominfoJatim,Makskom,IPJT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar