Kacamatakom APRIL
SDT.INFORMASI 8
KUNJUNGAN KERJA DPRD JATIM DI BEJI PASURUHAN
Kakom.Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Jawa Timur meminta kepada perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan dapat
menyerap produk perikanan yang bersumber dari hasil tangkap nelayan. Mengingat saat
ini, Pandemi Covid-19 tidak hanya
memberikan dampak negatif pada sektor kesehatan, namun juga ke semua sektor,
termasuk nelayan dan pelaku usaha perikanan.
Anggota Komisi B
DPRD Jatim, Rohani Siswanto dikonfirmasi, Jumat hari ini mengatakan selama ini
diketahui di lapangan bahwa produk nelayan lebih banyak diambil oleh pengepul
baru ke perusahaan. "Nah, upaya kita ini mengajak Dinas Perikanan
bagaimana dikemudian hari perusahaan bisa langsung ambil dari nelayan. Sehingga
memotong jalur distribusi dan pada akhirnya nilai tambah di nelayannya
tinggi," katanya.
Seperti diketahui, jajaran
Komisi yang membidangi perekonomian melakukan Kunjungan dan monitoring ke PT
Inti Lautan Fajar Abadi (Intan Seafood) di Beji, Pasuruan, yang langsung
dipimpin Wakil Ketua, Amar Syafiudin.
Rohani, menjelaskan
saat ini Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada Januari 2021 naik 0,35
persen dari 96,26 persen di Desember 2020 menjadi 96,60 persen di bulan Januari
2021. Situasi saat ini, terutama karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat
membuat pendapatan nelayan sangat minim.
Terkait hal itu, sudah
ada kesanggupan dari Dinas terkait untuk terjun langsung bersama perusahaan dan
nelayan untuk menyampaikan standarisasi. "Karena problemnya di
standarisasi. Para nelayan juga kurang mendapatkan informasi dengan berapa dan apa yang dibutuhkan terkait
standarisasi yang ada di perusahaan. Informasi ini harus sampai ke
nelayan," terangnya. Agar para nelayan bisa tahu tujuan akhirnya.
Disamping juga kesejahteraan nelayan akan meningkat. Karena nilai yang
ditawarkan juga akan lebih tinggi.
Untuk Dinas terkait,
akan menjadi pekerjaan berat yang harus dijalankan untuk memangkas pengepul.
Hal itu semata-mata demi kesejahteraan nelayan. Pemangkasan pengepul ini harus
dari beberapa dinas, antara lain Dinas Perikanan, Dinas Koperasi dan Dinas Perdagangan
Provinsi Jatim.
Dalam monitoring tersebut,
Anggota Komisi B diajak melihat langsung
proses produksi ikan di Intan Seafood. Direktor PT Inti Lautan Fajar Abadi,
Geerry Kosasih menjelaskan pihaknya sengaja mengajak melihat langsung proses
produksi di perusahaannya. Agar tahu proses pengolahan ikan meski di tengah
wabah pandemi ini.
Diungkapkan oleh
Geerry, produksi di masa pandemi masih dinilai bagus. Rata-rata untuk bahan
baku 250 ton per bulan. Tahun 2020 juga lumayan penjualannya, tapi stoknya juga
naik karena food service seperti hotel tidak jalan selama pandemi.
Meski demikian,
pihaknya mengaku beberapa negara Eropa tingkat kebutuan sangat tinggi. Yakni
mencapai 80 persen dan sisanya meliputi wilayah Asia. Paling tinggi import ke
Amerika mencapai 80 persen dan sisanya meliputi wilayah Asia seperti Cina dan
Vietnam.
Pada kesempatan yang sama,
Kasi Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Jatim, M Suhadi mengatakan pihaknya terus melakukan pembinaan mutu dan jaminan
mutu dalam bentuk pelatihan. Dan dilakukan di semua pelabuhan.
Suhadi mengakui masih rendahnya peningkatan mutu
pengetahuan pada nelayan, jadi perlu pembinaan secara terus menerus.
Sementara, Wakil Ketua
Komisi B DPRD Jatim, Amar Syaifuddin mengatakan kegiatan monitoring ini ingin
memastikan seluruh perusahaan di bidang pengolahan ikan juga tidak ada kendala
meskipun di masa pandemi. Semua proses yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat dalam hal nelayan serta hasil
tangkap ikan terus berjalan.
Hal serupa juga
disampaikan Anggota Komisi B, Mohammad Alimin berharap Dinas-Dinas Provinsi
Jatim yang terkait membuat grand design kemitraan dengan nelayan dalam rangka
kesejahteraan masyarakat nelayan.
Politisi Partai Golkar
ini juga mengatakan perlu adanya koperasi nelayan. Hal itu untuk memangkas
keberadaan pengepul. "Kita tahu sendiri di nelayan pasti ada pengepul.
Harapan kita ada koperasi nelayan yang bisa lebih profesional. Jadi hasil
tangkap mereka bisa lebih besar juga dan negosiasinya ke perusahaan juga pasti
akan tinggi jika dibentuk koperasi,"begitu harapannya. (Mak’skom.IPJT.JNR.9.4.2021)
Views 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar