UBHARA BERCOCOK TANAM URBAN FARMINGVi
Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya berhasil menyulap lahan parkir
di belakang Fakultas Fisip, menjadi taman urban farming untuk beragam jenis
sayur dan tanaman berkhasiat.
“Ada 12 jenis sayur-sayuran seperti kankung, sawi, cabai, dan
terong. Kami juga menanam pohon lontar dan bayam merah yang punya banyak
khasiat,” ungkap Dekan Fisip Ubhara Surabaya, Ismail di sela kegiatan belajar
mengajar, Senin hari ini
Dikatakannya, sejak 2015 ia dibantu dosen dan mahasiswa
memanfaatkan lahan seluas 8x30 meter untuk menaman bahan kebutuhan sehari-hari.
”Kami juga menanam padi, kedepan kami akan mencoba menanam buah naga dan
sirsak. Kami tidak pakai pupuk kimia sehingga hasil buah dan sayuran yang kami
hasilkan benar-nemar sehat”.
Pembuatan urban farming, untuk mempraktikkan mata kuliah
kewirausahaan, sehingga mahasiswa bisa mengetahui budi daya tanaman, yang
nantinya bisa jadi alternatif usaha pasca lulus kuliah. Mahasiswa dipersilahkan
untuk membudidayakan jenis tanaman yang mereka anggap bermanfaat secara
ekonomi, termasuk cara memasarkannya.
Sementara Wakil Dekan I Fisip Ubhara, M Fadeli menambahkan, ide
urban farming didapat saat berkunjung di Pondok Pomosda Nganjuk yang diasuh
Kiai Tanjung dan punya program kemandirian pangan. “Meski kita mahasiswa sosial
tetapi kita juga bisa berkarya di bidang pertanian,” penjelasan Fadeli.
Untuk mengawali program ini, Fadeli membeli bibit tanaman
organik dan membuat sejumlah tempat pengembangan, salah satunya dengan sistem
hidroponik yang cocok diterapkan di perkotaan.
Hidroponik memang cukup rumit dalam pembuatannya, bahkan butuh
perlakuan dan pengaturan khusus agar produk yang dihasilkan mampu tumbuh optimal
dan berjumlah banyak. Namun di samping itu hidroponik juga memiliki kelebihan
dalam hal media tanam. Hidroponik tidak membutuhkan lahan berupa tanah yang
subur melainkan tanaman yang ditanam langsung tumbuh di atas air. Hidroponik
akan menghasilkan produk yang berkualitas dan sehat untuk dikonsumsi. Selain
itu hidroponik juga memiliki nilai estetika yang lebih dibanding dengan sistem
tanam yang lain.
Dengan melihat terbatasnya lahan di perkotaan, sistem
vertikultur dianggap paling efektif dalam penerapan urban farming. Dengan
vertikultur maka dengan luas lahan yang terbatas tetap mampu ditanami tanaman
dalam jumlah lebih banyak. Vertikultur
bisa dibuat dengan pipa paralon maupun bambu yang sudah tidak dimanfaatkan.
Dengan sistem pertanaman yang vertikal maka memungkinkan cara menanam ini
menjadi lebih efektif dari segi lahan lahan dan bernilai estetika yang tinggi.
“Untuk mewujudkannya kami mengeluarkan sekitar Rp7-10 juta.
Sejak 2017 Ubhara bekerja sama dengan Sahabat Bumi untuk mengembangkan bibit tanaman
dan membuat pupuk organik cair,” terangnya.
Urban farming adalah konsep memindahkan pertanian konvensional
ke pertanian perkotaan, yang berbeda ada pada pelaku dan media tanamnya.
Pertanian konvensional lebih berorientasi pada hasil produksi, sedangkan urban
farming lebih pada karakter pelakunya yakni masyarakat urban. Urban farming
telah menjadi gaya hidup karena semakin tinggi kesadaran masyarakat urban untuk
menjalani gaya hidup sehat.
Dengan melakukan aktivitas urban farming, masyarakat mendapat
ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran,
menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global.
Pemahaman yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan
konsep ini tidak lagi sekadar gaya hidup kaum urban, tapi meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan
sekita. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas makanan yang masuk ke
dalam tubuhnya. Jika kita selalu mengonsumsi makanan tidak sehat, kita akan
merasakan dampak buruknya meski tidak dalam jangka pendek.
Fadeli lebih lanjut menjelaskan: “Pentingnya urban farming
sebagai aktivitas yang berkontribusi terhadap ruang terbuka hijau dan ketahanan
pangan, membuat semakin banyak masyarakat yang juga tertarik untuk melakukan
kegiatan ini”. (Bud.S.Kominfojatim.Mak’skom.IPJT.12.2.18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar