Rabu, 01 Maret 2017


RUMAH KOMPOS PEMKOT SURABAYA MAMPU HASILKAN LISTRIK

Selain mengolah sampah organik menjadi pupuk, dua rumah kompos milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di Bratang dan Waonorejo ternyata juga mampu menghasilkan listrik untuk penerangan taman kota.   
"Rumah kompos Wonorejo mampu menghasilkan 8.000 watt dan rumah kompos Bratang menghasilkan 6.000 watt, semua kami gunakan untuk menerangi taman kota," kata Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu (1/3) pagi.
Selain rumah kompos, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Surabaya dengan inovasinya juga mampu memproduksi listrik serta mampu menjual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 2 Megawatt per hari. Program listrik dari hasil kelola limbah sampah akan ditingkatkan, dan pada awal tahun 2019 optimis, Surabaya bisa menjual 11 megawatt perhari ke PLN.
Dikatakan Risma, sejak beberapa tahun terakhir, pemkot bersama warga melakukan program pengurangan sampah mulai dari tingkat rumah tangga, kampung, kampus, hotel, sekolah, dan pasar, universitas, dengan gerakan mengelolah sampah mandiri Reduce - Reuse - Recycle (3R).
Berkat kerja keras tersebut, Surabaya berhasil menurunkan jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 10-20% per tahun. Sebagai pelaksana di lapangan, Surabaya memiliki 28.600 kader lingkungan, serta 520 orang fasilitator lingkungan yang menggerakkan dan mendorong masyarakat, dalam menata kampungnya agar tetap bersih dan asri.
"Dari kampung saja kami bisa mengurangi jumlah sampah hingga 300 ton per hari," katanya.Kemampuan pasar-pasar kota beberapa tahun teakhir dalam mengolah sampah secara mandiri, juga mampu mengurangi volume sampah hingga mencapai 39,59 ton per hari.
"Kami juga punya program bersih bantaran sungai, serta mendorong para pelajar Surabaya untuk memiliki kepedulian lingkungan yang diwujudkan melalui pembentukan sekolah dan kampus berbasis eco school dan eco campus," ujar bu Risma
Saat ini, Surabaya memiliki 121 taman aktif serta 29 lapangan bola, futsal, dan voli yang tersebar di seluruh penjuru kota, keberadaan fasilitas umum ini  butuh perawatan tanaman dan penerangan. "Kami tidak mungkin melakukan perawatan dengan pupuk kimia, itu butuh biaya sangat besar. Karena itu, kami mengoptimalkan pembuatan kompos”.
Agar program berjalan optimal, Pemkot menyiapkan bank sampah dan rumah kompos yang tersebar di seluruh perkampungan, cara ini menjadikan sampah tidak lagi menjadi barang yang tidak berguna, melainkan punya nilai ekonomis tinggi.
Dalam pengelolaan sampah,  Pemkot juga dibantu Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dalam mambuat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Jambangan yang mampu menghasilkan per hari 20 ton kompos yang digunakan untuk merawat taman kota.
Kompos hasil limbah organik tersebut, juga dipakai untuk merawat hutan kota di Surabaya yang luas areanya mencapai 60 hektar. Surabaya akan mambuat hutan kota dibekas TPA Keputih dengan luas mencapai 65 hektar.
Risma berharap, langkah yang dilakukannya bersama masyarakat bisa memotivasi dan menginspirasi kota atau kabupaten lain dalam hal pengelolaan sampah. "Ini yang dapat kami lakukan untuk Jawa Timur dan Indonesia secara umum, semoga bisa jadi contoh daerah lain," begitu harapan bu Rism mengakhiri wawancara. (kominfojatim,Mak’skom.IPJT.1.3.17)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar