Kamis, 22 Desember 2016

LENGUH PENDIDIKAN KITA

Sudah baca Jati Diri (Tajuk ) Harian Jawa Pos terbitan Rabu tgl 21 Desember 2016 ?.Judulnya enak di baca “ JANGAN PERMAINKAN PENDIDIKAN”.
Dalam Jati Diri di tulis : “Tolong Pak Menteri tidak lagi mempermainkan pendidikan. Tanggung jawab seorang menteri tentu jauh lebih besar dari pada seorang rektor di perguruan tinggi. Kebijakan Mendikbud berdampak pada jutaan pelajar di Indonesia. Saat menjadi rektor, Muhajir mungkin bisa lebih leluasa bereksprimen. Tapi setelah menjadi menteri, tidak boleh lagi coba coba”.
Kritik Jati Diri Jawa Pos ini sungguh beralasan dan cukup menohok. Memang jadi menteri pendidikan itu susah. Karena akan menjadi sorotan atau perhatian dari setiap rumah, baik rumah yang masih mempunyai anak didik ataupun yang sudah tidak punya anak didik. Karena anaknya sudah selesai mendalami pendidikan. Tetapi kemungkinan besar mereka punya cucu atau keponakan yang masih memerlukan pendidikan.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke Empat, Departemen Pendidikan Nasional, PT.Gramedia Pustaka, Jakarta, th 2008, halaman 326, pendidikan disebutkan “proses mengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”
Kita sudah punya Undang Undang RI, tentang Pendidikan, tinggal para pejabat dalam menafsirkan undang undang itu bagaimana. Dan di jaman teknologi informasi yang begitu canggihnya, maka perlu seorang menteri sebelum melontarkan gagasan yang akan berdampak secara Nasional seharusnya berkoordinasi dengan Presiden dan Wakil Presiden terlebih dahulu. Sehingga tidak perlu gaduh dahulu, baru diambil keputusan. Koordinasi nantinya pasti akan menghasilkan gagasan yang matang dan tidak membuat gaduh terlebih dahulu. Maka akan diperoleh sistim mendidik yang dapat mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat. Dan dapat menelorkan anak didik yang matang, berguna bagi bangsa dan Negara kita. (Budi Sampurno,Mak’skom,IPJT,22.12.2016).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar