LENGUH
PENDIDIKAN KITA
Sudah
baca Jati Diri (Tajuk ) Harian Jawa Pos terbitan Rabu tgl 21 Desember 2016
?.Judulnya enak di baca “ JANGAN PERMAINKAN PENDIDIKAN”.
Dalam
Jati Diri di tulis : “Tolong Pak Menteri tidak lagi mempermainkan pendidikan.
Tanggung jawab seorang menteri tentu jauh lebih besar dari pada seorang rektor di
perguruan tinggi. Kebijakan Mendikbud berdampak pada jutaan pelajar di
Indonesia. Saat menjadi rektor, Muhajir mungkin bisa lebih leluasa
bereksprimen. Tapi setelah menjadi menteri, tidak boleh lagi coba coba”.
Kritik
Jati Diri Jawa Pos ini sungguh beralasan dan cukup menohok. Memang jadi menteri
pendidikan itu susah. Karena akan menjadi sorotan atau perhatian dari setiap
rumah, baik rumah yang masih mempunyai anak didik ataupun yang sudah tidak
punya anak didik. Karena anaknya sudah selesai mendalami pendidikan. Tetapi
kemungkinan besar mereka punya cucu atau keponakan yang masih memerlukan pendidikan.
Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke Empat, Departemen Pendidikan Nasional,
PT.Gramedia Pustaka, Jakarta, th 2008, halaman 326, pendidikan disebutkan
“proses mengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”
Kita
sudah punya Undang Undang RI, tentang Pendidikan, tinggal para pejabat dalam
menafsirkan undang undang itu bagaimana. Dan di jaman teknologi informasi yang
begitu canggihnya, maka perlu seorang menteri sebelum melontarkan gagasan yang
akan berdampak secara Nasional seharusnya berkoordinasi dengan Presiden dan
Wakil Presiden terlebih dahulu. Sehingga tidak perlu gaduh dahulu, baru diambil
keputusan. Koordinasi nantinya pasti akan menghasilkan gagasan yang matang dan
tidak membuat gaduh terlebih dahulu. Maka akan diperoleh sistim mendidik yang
dapat mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat. Dan dapat menelorkan anak
didik yang matang, berguna bagi bangsa dan Negara kita. (Budi
Sampurno,Mak’skom,IPJT,22.12.2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar